Setelah satu bulan berada di A*****a, akhirnya permasalahan yang ada sudah menemui titik terang. Namun demikian, hati Alfredo juga masih belum tenang, mengingat kondisi tersebut bisa memburuk kembali jika dia salah mengambil langkah. Untuk itu diperlukan kecermatan dan kecepatan dalam pengambilan setiap keputusannya.
Malam ini, diwaktu luangnya, Alfredo pergi kesebuah toko perhiasan untuk membelikan Felicia sebuah gelang berlian.
Saat sedang fokus memilih gelang apa yang cocok untuk Felicia, tiba - tiba dari arah samping dia dikejutkan oleh suara seorang wanita yang tidak asing baginya.
" Alfredo..." , teriak seorang wanita.
" Alfredo Leonard Putra Brahmasti ", ucapnya dengan mata berbinar.
" Bianca...", ucap Alfredo sambil memeluk wanita yang ada di depannya tersebut.
"Apa kabar ", tanyanya.
" Kamu stay disini sekarang ", tambahnya lagi.
" Iya, aku sudah menjadi warga A*****a sekarang, ikut suamiku. Kabarku baik, kamu sendiri gimana ?", tanya Bianca.
" Maaf ya, waktu pernikahan kamu dengan Vera dulu aku tidak bisa datang karena ada sesuatu hal disini yang tidak bisa kutinggal ", ucapnya dengan wajah menyesal.
" Kabarku baik, seperti yang kamu lihat sekarang ", ucapnya sambil tersenyum lebar.
" Pernikahanku sama Vera hanya dihadiri keluarga dan teman terdekat saja, jadi jangan terlalu dipikrkan ", ucap Alfredo sambil menepuk pelan pundak Bianca.
Tiba - tiba ponsel Bianca berdering. Wajah Bianca terlihat panik saat menerima panggilan tersebut.
" Sorry, aku harus pergi sekarang. Kalau kamu ada waktu, sebelum balik ke Indonesia tolong mampir kerumahku dulu. Ada hal penting yang inggin aku bicarakan dan berikan padamu ", ucap Bianca.
" Apa itu ?", tanya Alfredo penasaran.
" Nanti saja kalau kamu mampir ke rumah, aku pergi dulu ya...bey...", ucap Bianca sambil berlalu pergi.
" Sir, which bracelet you want ", ucap pelayan toko perhiasan bertanya kepada Alfredo.
" Please pack this one ", ucap Alfredo menunjuk gelang berlian simple dengan bentuk bunga ditengahnya dan tanaman merambat dengan daun kecil disepanjang ringnya.
Setelah semua oleh - oleh untuk keluarganya telah didapatkan, Alfredo segera kembali ke hotel tempat dia tinggal.
Setelah mandi dan makan malam, Alfredo berdiri di balkon menikmati kerlap - kerlip sorot lampu gedung bertingkat sambil menikmati segelas wine.
Pikirannya tertuju pada pertemuannya dengan Bianca tadi siang. Alfredo penasaran dengan apa yang inggin disampaikan oleh Bianca kepadanya.
" Apa barang itu berkaitan dengan almarhum papi ", batin Alfredo.
Karena seingatnya dulu, saat Bianca hendak pergi ke A*****a, dia sempat meminta dirinya untuk menemuinya di bandara.
Saat itu Alfredo gagal menemui Bianca dikarenakan kondisi maminya yang memburuk setelah papinya meninggal sehingga harus segera dilarikan ke rumah sakit.
Dan sejak saat itu Alfredo tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Bianca.
Keesokan harinya tampaknya nasib baik sedang berpihak padanya. Semua hal yang dilakukannya berjalan dengan lancar. Bahkan pertemuannya dengan klien yang selama ini menyulitkan dirinya juga berjalan dengan baik dengan ditandatanganinya kesepakatan kerjasama antara kedua belah pihak.
Setelah membereskan semua yang ada, Alfredo segera meluncur kerumah Bianca di daerah M*******n C**y.
Saat Alfredo tiba dikediamannya, Bianca segera mempersilahkan Alfredo untuk masuk dan mengajaknya keruang kerjanya.
Dari laci meja kerjanya, Bianca mengeluarkan sebuah flashdisk berwarna merah dan menyerahkannya kepada Alfredo.
" Flashdisk ini pemberian om Bram sebelum beliau meninggal. Saat ini beliau bilang agar aku menyerahkannya langsung kepadamu dan tidak boleh ada yang tahu mengenai keberadaan flashdisk ini, kecuali aku dan kamu ", ucap Bianca
" Pada saat pemakaman om Bram, sebenarnya aku inggin memberikannya kepadamu. Tapi saat itu ada telepon yang mengabarkan bahwa mommy ku masuk rumah sakit dan dalam kondisi kritis yang mengharuskannku untuk segera terbang kesana. Makanya, waktu itu aku memintamu untuk datang ke Bandara menemuiku, tapi kamu tidak datang ", tambahnya dengan wajah sedih.
" Kenapa kamu baruemberitahukan hal ini kepadaku sekarang", ucap Alfredo dengan tatapan tajam.
" Maaf sebelumnya, aku sempat melupakan tentang keberadaan flashdisk itu karena sibuk dengan permasalahan keluarga dan perusahaanku. Sampai dua hari yang lalu aku sempat melihatmu di hotel X. Dan saat melihatmu itulah aku mulai teringat tentang flashdisk tersebut dan berusaha mencarinya ", ucap Bianca dengan wajah muram.
" Apa kamu sudah sempat membuka flashdisk ini", tanya Alfredo
" Karena penasaran, semalam aku sempat membukanya. Didalamnya berisi tentang video proses persalinan Irene dan....", ucap Bianca terbata.
" Dan apa...", tanya Alfrrfo penasaran.
" Dan ada rekaman tentang seseorang yang sengaja menyuntikkan obat pada saat Irene berada di ICU, dan setelah obat tersebut disuntikkan kondisi Irene kritis dan akhirnya meninggal ", ucap Bianca sambil menangis.
" Maksudmu ada yang sengaja melukai Irene ", tanya Alfredo dengan wajah marah dan dijawab anggukan oleh Bianca.
" Bagaimana papi bisa mendapatkan rekaman tersebut ", ucapnya dengan wajah binggung.
" Sepertinya om Bram sudah curiga dari awal, jd dia meletakkan kamera tersembunyi untuk menjaga Irene ",ucap Bianca ragu.
" Apa maksudmu...", tanya Alfredo.
" Jadi om Bram sempat bilang padaku saat berada di rumah sakit, waktu menunggu Irene operasi secar. Om Bram merasa ada yang janggal hingga Irene melahirkan lebih cepat dari perkiraan, karena sebelumnya tidak ada tanda - tanda ", ucap Bianca sedih..
" Siapa yang rega melakukan itu?", ucap Alfredo dengan nada marah.
"Dalam video yang terekam tersebut tidak jelas siap yang melakukannya, karena pelaku menggunakan penutup kepala dan masker. Tapi kalau dilihat dari bentuk tubuh dan gerakannya bisa dipastikan dia seorang wanita. ", ucap Bianca.
" Dalam flashdisk juga ada rekaman video pertengkaran antara om Bram dan Vera ", ucap Bianca dengan hati - hati.
" Papi bertengkar dengan Vera ? ", tanya Alfredo dengan tatapan tajam.
"Iya, dan kalau dilihat dari data tanggal rekaman tersebut adalah hari dimana om Bram masuk rumah sakit karena serangan jantung. Dua minggu sebelum akhirnya om Bram masuk rumah sakit lagi dan meninggal dunia ", ucap Bianca.
" Dan...dalam pertengkaran tersebut om Bram menuduh Vera yang telah membunuh Irene dan akan melaporkannya kepolisi ", lanjut Bianca.
Alfredo yang mendengar ucapan terakhir Bianca langsung berdiri dan meninju tembok yang ada disampingnya.
Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Vera istrinya yang terlihat lugu ternyata penyebab dibalik meninggalnya dua orang yang sangat disayanginya, papi dan Irene.
Alfredo merasa darahnya mendidih, kemarahan dan kesedihan yang mendalam bercampur menjadi satu.
Alfredo terus memukul tembok yang ada didepannya tersebut hingga tangannya berdarah.
Bianca yang melihat kondisi Alfredo segera memeluk dan berusaha menenangkannya.
" Aku tahu kamu marah, tapi cobalah tenang. Semua tidak akan terselesaikan jika kamu seperti ini ", ucap Bianca menangis sambil memeluk Alfredo yang masih dikuasai amarahnya.
Setelah agak sedikit tenang, Bianca segera mengobati luka yang ada di punggung jari Alfredo. Sedangkan Alfredo hanya diam membisu. Keheningan sempat terjadi beberapa saat hingga Alfredo tiba - tiba berdiri.
" Baiklah, aku harus pergi sekarang. Ada beberapa hal yang harus segera aku bereskan. Terimakasih atas flashdisknya ", ucap Alfredo datar dan segera berlalu meninggalkan Bianca ya g menatap kepergian Alfredo dengan sorot kesedihan.
Setelah kepergian Alfredo, Bianca hanya bisa duduk terdiam. Tak terasa airmatanya mengalir begitu saja. Dia mengerti bagaimana perasaan Alfredo sekarang. Tentunya dia sangat terpukul dengan kenyataan ini. Bianca sendiri merasa menyesal, kenapa dia baru membuka flashdisk itu kemarin
Sepulang dari rumah Bianca, Alfredo segera menghubungi anak buahnya untuk mencari informasi yang berkaitan dengan kematian Irene dan papinya. Dia berjanji kepada dirinya sendiri akan mengusut tuntas kasus tersebut sampai tuntas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments