Di hotel *****, saat acara penutupan berlangsung, profesor Willy terlihat beberapa kali mencoba menghubungi Felicia tapi tidak berhasil.
Diedarkannya pandangan keseluruh ruangan berharap gadis cantik berambut ikal sebahu terlihat disana.
Tapi beberapa kali dia mengedarkan pandangan, orang yang dicarinya sama sekali tidak terlihat. Kecemasan mulai muncul di raut wajah pria tampan berkacamata tersebut.
" Dimana kamu Felicia...", batin profesor Willy cemas.
" Seharusnya aku tidak mengabaikan feelingku tadi ", ucapnya pelan.
FLASH BACK ON
" Prof...saya ijin pergi ke toko yang ada di depan hotel sebentar ", ucap Felicia sambil berbisik.
" Baik, tapi jangan lama - lama. Sebentar lagi acara penutupan segera dimulai " ucap profesor Willy pelan yang di jawab anggukan oleh Felicia.
Felicia yang sudah mendapatkan ijin segera meninggalkan profesor Willy yang sedang berbincang - bincang dengan perwakilan kampus lain yang ikut hadir dalam acara tersebut.
Dari kejauhan, profesor Willy menatap kepergian Felicia dengan perasaan cemas. Entah kenapa tiba - tiba perasaannya tidak enak melihat kepergian Felicia siang itu.
" Aku rasa tidak akan terjadi apa - apa. Toh..Dia hanya pergi ke toko yang ada di depan hotel ", batin profesor Willy berusaha menghilangkan kecemasannya.
FLASH BACK OFF
Acara penutupan yang menandakan bahwa rangkaian acara yang berlangsung selama tiga hari ini berakhir, telah selesai dilaksanakan.
Semua peserta terlihat keluar gedung untuk kembali kepenginapan masing - masing. Tapi ada juga yang langsung meninggalkan lokasi acara kembali ke kotanya.
Profesor Willy yang masih setia berdiri di pintu keluar terlihat semakin panik saat gedung acara telah sepi. Hanya terlihat beberapa panitia yang membereskan sisa - sisa acara.
Dan saat melihat ketua pelaksana acara, dia langsung menghampiri dan melaporkan bahwa asistennya telah menghilang dari hotel semenjak siang.
Pihak panitia yang mendapatkan laporan tersebut segera mengerahkan seluruh anggota timnya untuk mencari keberadaan Felicia diseluruh area hotel, tapi usaha mereka tidak membuahkan hasil.
Dengan perasaan panik dan khawatir, profesor Willy berjalan mondar - mandir di depan hotel.
Ditanyainya semua orang yang lewat, berharap mereka melihat gadis cantik itu. Tapi hasilnya juga sama, tidak ada seorangpun yang mengetahui keberadaan gadis itu.
Dengan sedikit frustasi, profesor Willy mengacak rambutnya secara kasar. Tanpa sadar pandangannya tertuju pada cctv yang berada di depan hotel.
" Mungkin aku bisa mengetahui dimana Felicia lewat cctv yang ada di hotel ", ucapnya gembira.
Tak ingin membuang banyak waktu, profesor Willy segera menghubungi pihak hotel agar bisa melihat rekaman cctv tersebut.
Untuk bisa melihat rekaman tersebut ternyata tidaklah mudah. Banyak prosedur yang harus dilaluinya. Tapi semua itu dijalankan oleh profesor Willy dengan sabar. Saat ini yang ada dipikirannya hanyalah secepatnya mengetahui keberadaan Felicia.
Setelah bernegoisasi cukup alot dengan manager hotel, akhirnya profesor Willy berhasil melihat rekaman cctv.
Wajah frustasi muncul kembali saat dalam rekaman sama sekali tidak menunjukkan tentang keberadaan Felicia.
Namun pandangannya terhenti saat dia melihat sosok gadis dengan baju biru laut, celana panjang hitam yang dipadu dengan blazer lengan panjang hitam yang diyakininya sebagai asistennya.
" Coba...coba ulangi rekaman itu ", tunjuk profesor Willy kepada operator.
Dilayar terlihat seorang gadis sedang keluar hotel, yang diyakininya adalah Felicia.
Betapa terkejutnya profesor Willy saat dia melihat Felicia disekap dan diangkut kedalam mobil van hitam oleh beberapa pria bertopeng.
Beberapa kali profesor Willy meminta agar rekaman tersebut diulang - ulang untuk memastikan bahwa gadis yang disekap tersebut adalah Felicia.
Setelah yakin, profesor Willy dibantu oleh pihak panitia segera melaporkan kasus penculikan tersebut kepada pihak yang berwajib.
Setelah mendengar kesaksian perwakilan dari penyelenggara acara dan profesor Willy sebagai orang terakhir yang berhubungan dengan korban, ditambah data rekaman cctv hotel yang memperlihatkan dengan jelas plat nomor van hitam yang menculik Felicia, maka pihak kepolisian segera menindak lanjuti laporan tersebut.
Setelah semuanya beres, profesor Willy dan anggota tim balik kembali kepenginapan sambil menunggu kabar selanjutnya.
Dengan perasaan sedih, profesor Willy segera menghubungi Ajeng, sebagai salah satu orang terdekat Felicia untuk mengabarkan kasus penculikan yang menimpa asistennya itu, dengan harapan bahwa Ajeng mungkin mengetahui siapa dan apa motif dibalik penculikan tersebut.
Ajeng yang mendengar kabar tersebut sangat terkejut dan tanpa sadar gelas yang dibawanya jatuh ke lantai.
Rani, salah satu karyawan di cafe Felicia yang pada saat Ajeng menerima telepon berada disebelahnya segera membersihkan gelas yang telah hancur.
Sedangkan karyawan yang lainnya segera membantu Ajeng untuk duduk dan mengambilkan air minum agar Ajeng tenang.
Dengan tangan gemetar, Ajeng menghubungi Alfredo.
AL : Hallo...
AJ : Fee...Felicia diculik, ucap Ajeng sambil menangis sesenggukan.
AL : Iya, aku sudah tahu
AL : Anak buahku sudah kukerahkan untuk mencarinya.
AL : Saat ini aku juga sedang dalam perjalanan ke Jogja
AJ : Apa ini perbuatan istrimu, tanya Ajeng sambil terisak
AL : Aku belum tahu pasti, tapi sepertinya begitu...
AL : Mengingat selama ini Felicia tidak pernah mempunyai musuh
AJ : Tolong bawa Felicia pulang dengan selamat...ucapnya penuh harap
AL : Pasti...
AL : Aku pastikan bahwa pelakunya akan mendapatkan hukuman berat....ucap Alfredo dengan penuh penekanan
AJ : Kamu juga hati - hati di jalan, kangan sampai lengah
AL : baik, terimakasih atas nasehatnya
AL : Aku tutup dulu teleponnya
AL : Kamu doain semoga Felicia cepat ketemu
Dengan nafas berat, Alfredo yang sudah setengah perjalanan segera menghubungi anak buah yang sedang mencari keberadaan Felicia didaerah pegunungan p***t daerah w******i k****n.
Inilah posisi terakhir yang ditinggalkan Felicia lewat ponselnya sebelum akhirnya jejak tersebut menghilang.
" Bagaimana....apa sudah ada titik terang", tanya Alfredo.
" Belum bos, tapi kita menemukan ponsel nona Felicia dalam hutan, dekat gudang tua ", ucap anak buah yang dihubungi Alfredo.
" Gudang tua ", guman Alfredo.
" Betul bos. Kalau melihat jejak kaki dan mobil van yang masih terparkir disini, sepertinya mereka juga lagi mencari keberadaan nona Felicia ", ucapnya lagi.
" Terus sisir hutan hingga Felicia ketemu. Satu jam lagi aku sampai lokasi ", ucap Alfredo yang langsung mematikan sambungan telepon.
Didalam mobil, Alfredo sibuk dengan ponselnya. Dia terus mengecek perkembangan pencarian dari pihak kepolisian yang dibantu oleh tim SAR untuk mencari keberadaan gadisnya tersebut.
Sedangkan ditempat lain, Setyo terlihat sangat murka mengetahui bahwa tawanannya tersebut melarikan diri dan sampai sekarang anak buahnya masih belum mengetahui keberadaan gadis itu.
" Dasar b***h, menjaga gadis lemah seperti itu saja kalian tidak becus ", teriaknya murka.
Ditendangnya anak buah yang berada didepannya hingga jatuh terpental. Sementara anak buahnya yang lain hanya bisa menunduk terdiam melihat kemarahan bosnya.
"Aku tidak mau tahu....kalian harus mendapatkan kembali gadis itu hidup - hidup", ucapnya lagi.
" Kalau tidak..., maka nyawa kalian sebagai gantinya ", ucapnya dengan tatapan tajam.
Semua anak buah Setyo langsung meninggalkan ruangan, sebelum kemarahan bosnya semakin besar.
Rohim pemimpin mereka segera memperintahkan anak buahnya yang berada di gunung p***t untuk kembali mencari keberadaan Felicia sampai dapat.
" Arrhhh....dasar s**l ", ucapnya penuh emosi. Dilemparnya semua barang yang bisa digapainya hingga hancur berantakan.
Sementara itu, di rumah kecil berukuran empat kali lima meter persegi terlihat seorang anak laki - laki kecil duduk diatas ranjang dengan wajah sedih.
Beberapa kali dia terlihat menyeka wajah dan leher seorang gadis yang terbaring tak sadarkan diri diatas ranjang.
" Kapan kakak cantik ini bangun bu ", tanya anak laki - laki yang bernama Doni.
" Kalau demamnya turun, kakak cantik ini pasti bangun ", ucap sang ibu sambil mengusap kepala Doni.
" Sekarang adek tidur dulu ya, besok adek kan harus sekolah. Kakak cantik malam ini biar ibu yang jaga ", ucapnya lembut.
Mendengar perintah ibundanya, Donipun segera tidur disamping Felicia, sedangkan si ibu berbaring diatas tikar disamping ranjang.
Karena rumah yang dimilikinya kecil dan hanya memiliki satu buah kamar. Maka kamar tersebut dipergunakan untuk Felicia dan anaknya.
Sementara itu dihutan jati, semua orang yang mencari keberadaan Felicia masih belum mendapatkan hasil.
Bahkan tim kepolisian sudah menerjunkan anjing pelacak untuk mencari keberadaan gadis itu juga berakhir dengan tangan kosong.
Alfredo yang sudah tiba dilokasi dan ikut dalam pencarian terlihat sedikit kesal dengan hasil yang didapatkannya.
" Bagaiman Felicia bisa hilang begitu saja, seperti ditelan bumi ", batinnya sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments