Lambaian tangan Naja mengiringi kepergian Jen. Semakin jauh mobil sahabatnya dari pandangan matanya, semakin luruh pula senyuman di bibirnya.
Dalam hatinya bergema permintaan maaf untuk Jen atas kata-kata penghiburan yang semu. Iya, tidak mudah menghadapi seorang Excel. Bahkan Naja tak melihat keberanian dalam dirinya. Meminta maaf sebenarnya bukan hal sulit bagi Naja, mungkin separuh hidupnya dipenuhi ucapan permintaan maaf.
-Tapi ini Excel-
Nyali Naja ciut seketika, bahkan sudah tak menyisakan jejak sedikitpun. Membayangkan ekspresinya saja, dada Naja terasa sesak.
Naja berbalik menuju kamar kosnya. Memilih merebahkan diri di atas kasur. Naja memutuskan untuk menunda beberapa saat misinya hari ini. Dia takut Jen masih mengawasinya.
Sekali lagi mengawang hidupnya di langit-langit kamar. Hingga suara notifikasi di ponselnya mengalihkan perhatiannya. Dengan gerakan malas, Naja bangkit dan meraih tasnya.
Beberapa pesan tampak memenuhi layar ponselnya. Kemudian ibu jarinya menggulir layar ke atas. Ada beberapa pesan dari provider selularnya, menyatakan bahwa nomornya mendapat sejumlah nominal pulsa.
Membanting tubuhnya ke atas kasur lagi, melemparkan ponselnya menjauhi tangannya. Tak ada yang menarik, tak ada yang membuatnya semangat. Tidak juga asa yang biasa memenuhi hatinya, saat membayangkan dia bertemu Ai suatu hari nanti.
"Kapan waktu itu tiba? Sementara aku masih berada di titik terbawah hidupku. Masih bukan siapa-siapa."
- Masih merangkak menjalani hidup yang lebih terjal lagi.-
Naja membalik tubuhnya, membenturkan kepalanya pada bantal. Putus asa, buntu, ingin menyerah, ingin berlari dari semua beban di hatinya. Beban yang dibuatnya sendiri.
"Aaaarrrrhhhhh," teriakan Naja tertelan sempurna oleh bantal yang menenggelamkan kepalanya. Bertahan beberapa saat di posisi itu. Hingga napasnya seakan habis.
"Huh...huh...huh," diraupnya dalam-dalam udara di sekitarnya. Memenuhi lagi rongga paru-parunya yang terasa kosong.
Kepalan tangannya memukul kasur berulang-ulang. Geram, saat dirinya tak bisa mentas dari keterpurukannya.
"Ayo Naja, bangkit! Ingat, dalam sejarah hidupmu, tak ada yang datang padamu kecuali kau menjemputnya. Entah itu bahagia entah itu uang!" Kedua telapak tangannya menepuk pelan sisi kepalanya. Mengembalikan posisi otaknya ketempat semula.
Gerakan cepat dan sedikit melompat, Naja bangun dari kasur. Tangannya terkepal di udara. "Ayo Naja, semangat!"
Sekali lagi dia berlari ke kamar mandi, membasahi wajahnya, kemudian membenahi penampilannya. Menarik sudut bibirnya dengan kedua telunjuknya.
Menghempaskan beban sekali lagi, sebelum melangkah keluar kamar, menerjang kerasnya dunia dengan langkah kaki kecilnya.
***
Excel dalam perjalanan menuju kantornya, saat matahari sepenggalah tingginya, Fokusnya tak teralih dari tablet ditangannya. Dengan sebelah tangan menopang dagu, Excel tampak menawan. Pria itu selalu menarik untuk diperhatikan saat sorot wajahnya tajam dan serius.
"Semalam kau menelponku ada apa?" tanya Rega ketika lampu lalu lintas menyala merah. Tatapan keduanya beradu melalui rear-view mirror di sebelah Rega.
Excel mengubah posisi duduknya. Mengalihkan perhatiannya pada jajaran gedung di sisi jalan. Lalu lalang orang yang menyeberang jalan terasa lebih menarik untuk di perhatikan.
"Apa tentang Mikha lagi?" Tebak Rega saat Excel membuang muka. Rega sendiri bingung dengan sikap Excel yang mudah berubah.
"Apa sudah terlalu lambat jika aku mencari Mikha sekarang?" Sorot mata Excel berubah sayu, sarat keraguan. Tatapannya lurus ke arah bagian belakang tubuh Rega yang menjalankan lagi kendaraannya.
Rega melebarkan kelopak matanya, lelah sebenarnya membahas Mikha lagi. Tidak bisakah dia mencari wanita lain? Pikir Rega.
"Entahlah, Cel! Aku juga tidak tahu, menurutku sudah terlalu lama jika kau baru mencarinya sekarang!"
Inilah yang dipikirkan Excel, sudah terlalu lama. Bisa saja Mikha sudah menikah, bahkan kedua orang tua Mikha sudah pindah dari kota ini. Excel dan Papanya sudah lama kehilangan kontak dengan mereka.
-Apa yang terjadi dengan mereka?-
Sejenak Excel memejamkan mata. Menyesal tidak mencari Mikha sejak awal. Bayangan tak jelas melintas lagi di benaknya. Sedikit kacau dengan campuran bayangan orang lain.
-Sudah lupakah pada sosok Mikha?-
Excel membuka mata, mengerjapkan berulang-ulang kelopak matanya. Mengusir bayangan lain yang menodai indah bayangan Mikha.
"Tidak buruk juga membuka hati untuk wanita lain, Cel! Meski sulit kau wajib mencobanya kan?"
"Aku takut jika hanya bibirku saja yang mengakui jika aku menyukai orang lain, sementara hatiku masih terpaut dengan Mikha!"
"Jika Mikha mu sudah milik orang lain, apa iya kau masih merantai hatimu dengannya?"
Bibir Excel terbuka, namun, tak ada yang terucap. Memilih menelan lagi jawabannya, ke dalam dasar hatinya.
"Kau sungguh pria yang berkeras hati, Cel! Harusnya, saat seperti ini, kau melonggarkan ikatanmu, lemahkan egomu! Bagaimana jika ada wanita lain yang lebih baik dari Mikha? Atau ada cinta lain yang mencintaimu lebih dari Mikha?" Rega sedikit memberi tekanan pada setiap ucapannya. Demi meyakinkan Excel bahwa ada banyak kemungkinan terburuk, sekalipun Mikha ditemukan.
"Apa kau siap jika kau bertemu Mikha saat dia sudah bahagia dengan hidupnya?" Sambung Rega.
Napas Excel mengalirkan beban yang teramat berat. "Entahlah, aku tidak tahu!"
Rega memijat keningnya. "Terserah kau sajalah, Cel! Oh ya, kita nanti akan bertemu Tuan Tristan, setelah itu aku akan membantumu mencari Mikha mu itu!"
Pun dengan hiburan akan Mikha tak jua membuat raut wajah Excel berubah ceria.
-Astaga!-
Rega meraup wajahnya kasar. Dia benar-benar menyerah pada sahabatnya.
"Kurasa kau dulu terbuat dari adonan semen!"
Excel tak lagi peduli. Matanya asyik menikmati jalanan. Ucapan Rega mulai menggoyahkan hati Excel. Benar, dunia tidak berputar mengelilingi satu wanita.
Mungkin saja wanita itu, pikirnya. Wanita yang melukar gelungan rambutnya, menyisirnya dengan jari. Rambut yang mirip dengan rambut Ranu. Excel sampai harus memutar kepalanya untuk melihat wanita itu. Sayangnya, sudah tak lagi jelas.
"Benar kan? Ada wanita lain yang mampu membuatmu tertarik?!"
Tanpa sepengetahuan Excel, rupanya Rega mengamati sahabatnya. "Kalau cari pengganti Mikha juga harus jelas, Cel! Aku ngga mau lho cari wanita tadi!"
Excel mengeluarkan decakan penuh kekesalan. "Kebetulan rambutnya mirip dengan Ranu! Apa sebegitu mudahnya aku mencari wanita pengganti Mikha? Sekalipun terdesak, aku pasti memilih yang terbaik!"
"Aku hanya bercanda, Cel! Kau sedang datang bulan?"
Raut wajah Excel makin tak karuan lagi rupanya. Kesal, marah, dan sedikit kecewa.
"Rambut itu...?"
.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Aeyma Rahma
rambut itu.....rambut naja ya thor?wkwkwk
2022-12-07
1
💮Aroe🌸
rambut?
2022-02-19
0
Miss asthura
rambut rambut siapa ini kasiih bikin tak enak hati,,,,
2021-12-18
1