Excel memasuki ruang kerjanya dengan perasaan gusar, kesal dan marah. Rega yang mengikutinya tampak kelelahan, sehingga dengan segera dia menenggak air mineral yang tersedia di kulkas kecil di sudut ruangan.
Excel sejak berusia 25 tahun sudah mulai di beri tanggung jawab mengurus Star Media, melanjutkan misi tertunda dari papa sambungnya. Meski dengan menjadi pimpinan perusahaan ini, dia harus rela mengubah alur hidup yang sudah di rencanakan sejak memasuki bangku SMA. Dokter, atau ilmuwan adalah mimpinya sejak kecil. Dia tak mampu menolak permintaan Papa sambungnya, Papa yang sudah memberinya segala kemudahan. Kasih sayang dan cinta untuknya, Mama, dan adik-adiknya.
"Masih menolak jika aku bilang kau mencintai Mikha?" Rega membawa botol air mineralnya ke arah sofa berbentuk L di tengah ruangan. Rega melirik sekilas pada pria yang begitu teguh pada pendiriannya.
Excel masih enggan berbicara, dia memilih memejamkan mata, dengan kepala bersandar di kursi kebesarannya, menelisik ke dalam relung hatinya. Setakut ini kah dia pada cinta?
Mikha, satu-satunya wanita yang menjadi temannya. Satu-satunya wanita yang beruntung mendapatkan kesempatan mendampingi Excel. Sebagai calon istrinya.
Apa karena cinta? Bukan tentunya. Dia hanya tidak mau membuat orang tuanya khawatir, lagipula Mikha sudah mengenalnya sejak bangku kuliah, juga putri dari salah satu rekan kerja Harris Dirgantara. Lebih baik daripada harus mencari wanita diluaran sana yang harus melalui proses panjang sebuah perkenalan. Excel tidak mau membuang waktunya untuk hal seperti itu.
Mikha mengatakan bahwa dia sangat senang Excel menerimanya, sebagai calon tunangan. Selama dua tahun lamanya mereka menjalin hubungan, selama itu pula Excel berusaha bersikap layaknya pasangan. Jujur saja, Excel bahagia. Namun, selangkah lagi menuju pertunangan, Mikha memilih pergi, meninggalkan Excel tanpa pamit.
Mengingat ini, mendadak Excel mendidih, tidak terima perlakuan Mikha padanya. "Aku kesal karena dia pergi tanpa berpamitan padaku! Setidaknya kami harus mengakhiri dengan cara yang lebih baik!"
"Oke fix, kau mencintai Mikha! Kau hanya menyangkalnya. Jika kau benci, kau bisa mencarinya, membalaskan dendam, bukan menantinya seperti ini!" Rega memberikan penilaian akan isi hati sahabatnya ini. Yang paling enggan mengakui perasaannya pada Mikha.
Excel menghela napas, lalu menegakkan tubuhnya, "Kembali bekerja, Ga! Kau mau makan gaji buta?"
"Mulai nih, si entong kalau terpojok, larinya ke pekerjaan! Kau harus jujur dengan perasaanmu, itu lebih melegakan daripada harus berpura-pura dan bersembunyi dibalik bayang-bayang dendam dan kebencian." Tegas Rega seraya bangkit meninggalkan ruangan Excel.
Excel meraup wajahnya hingga mengacak rambutnya yang tersisir rapi. Gelombang rambutnya membuatnya berbeda dengan pria lain yang cenderung berambut lurus. Tampan dan berwibawa, meski tubuhnya tak kekar, namun langsing dan tinggi.
Netra indah itu menatap jendela kaca yang menampakkan pemandangan luar gedung. Tak ada yang masuk kedalam penglihatannya, hanya menatap saja. Menjabarkan satu persatu perasaannya yang sulit sekali dipisahkan.
"Inilah mengapa aku benci terperosok dalam perangkap bernama cinta! Menyesatkan dan menyakitkan!" Gumamnya dalam hati.
Hembusan napas frustrasi begitu akrab terdengar, Excel mengalihkan pandangannya mengelilingi ruangan kerjanya. Bayangan Mikha malah lekat berada diantara kosongnya ruangan ini. Dua tahun bersama, masih terasa begitu nyata baginya. Satu tahun perpisahan tak mampu menghilangkan semua kenangan indah akan cantiknya paras wanita itu.
Dan siapa mereka yang berani menggusur memori indah Mikha yang begitu meraja dihati dan pikiran Excel? Perlahan senyum yang membubung tinggi di kedua sudut bibir Excel luruh. Berganti muram yang semakin pekat.
"Gadis bodoh, manja dan tak tahu apa-apa itu sok-sokan mau menggantikan Mikha! Mikhaku yang sempurna!" Kali ini tak mampu terlisan bahkan hanya sekedar gumaman.
Seakan sembilu menggores hatinya. Mikha adalah dua sisi yang membuatnya bahagia dan kecewa, suka dan luka, cinta dan benci juga rindu dan dendam.
Seketika mood pria ini hancur berkeping-keping. Kacau. Sampai sekarang dia bahkan tak bisa melupakan dua sisi perasaannya, bahkan dia harus bertengkar dengan adiknya yang begitu di sayanginya. Hanya demi perasaan aneh pada Mikha.
"Rapat hampir dimulai Cel, masih mau melamun saja?" Rega mengulurkan kepalanya, mengingatkan Excel rapatnya yang sudah tertunda hampir satu jam lamanya.
Terperangah, Excel meraih tabletnya dan beranjak ke ruang rapat. Dibuntuti Rega, Excel mulai membaca lagi point penting rapatnya kali ini.
"Tumben dia sudah bawa model sendiri?" Celetuk Excel saat permintaan si klien diluar kebiasaan para pemakai jasa Star. Star adalah perusahaan periklanan besar, tinggal tunjuk bintang mana yang sesuai dengan konsep iklan, dan, si klien pasti puas dan hasilnya menakjubkan. Produk melejit dan laku keras. Tujuan akhir tercapai.
"Kekasihnya sendiri katanya! Dia juga ingin lokasi pembuatan iklannya di rumahnya sendiri!" Rega kini sudah sejajar dengan Excel.
Excel mencebikkan bibirnya. "Definisi bucin! Cari pemeran pria paling keren, Ga! Kita lihat saja, apa kekasihnya itu bisa berpose dengan baik atau malah merusak iklannya sendiri?!"
Rega mulai sibuk mencari pemeran pria yang sesuai dengan produk milik kliennya. Sambil terus mengikuti Excel.
"Selamat sore, Tuan Tristan!" Sapa Excel dari ujung ruangan. Dengan langkah dari kakinya yang jenjang langsing, Excel berjalan tegap menghampiri Tristan.
"Ini masih siang, Tuan!" Tristan berdiri menyambut uluran tangan Excel dan menjabatnya erat.
"Ah ya, anda benar, saya bahkan belum lama menyelesaikan makan siang!" Dengan lihai Excel menutupi kesalahannya. Terlalu lama mengarungi masa lalu membuat Excel lupa, baru saja jarum jam tergelincir melewati angka satu.
Dengan gerakan tangan, Excel mempersilakan Tristan duduk lagi. "Apa kemauan saya terlalu berat, hingga anda butuh waktu untuk berpikir ulang?"
"Ah, bukan begitu, Tuan!" Sekali lagi Excel dibuat salah tingkah sendiri mendengar penuturan pria berwibawa di depannya. "Kebetulan tadi adik saya mengajak saya makan siang, dan lokasinya jauh dari sini! Jadi, ya," tangan dan kepala Excel bergerak seirama seolah berkata "ya begitulah" atau "anda tau sendiri".
"Adik atau kekasih?" Tristan menyelidik, hingga kepalanya sampai miring ke kanan.
"Saya single abadi, Tuan! Selain Mama dan kedua adik saya, hanya ART yang dekat dengan saya!" Jawab Excel lirih. Sehingga membuat Tristan tergelak.
"Saya paham, anda pasti tak punya waktu untuk memikirkan wanita! Toh, anda tinggal menunjuk satu dari ribuan, dan anda akan mendapat yang paling baik tentunya!" Excel membenarkan ucapan Tristan dengan jemari membentuk pistol.
Bang.
Meski semua itu tidak benar. Dan, Excel menggerutu dalam hati, sebab harus setuju dengan ucapan yang sama sekali tak mencerminkan dirinya. Dia tak suka, sebenarnya, tapi semua demi kejayaan Star.
"Baiklah, mari kita segera mulai! Lebih cepat, lebih baik bukan?" Excel mulai menyalakan tabletnya, dan mulai berdiskusi tentang konsep iklan yang diminta.
Tristan adalah pemilik brand perhiasan yang cukup terkenal. Hampir setiap bulan, dia membuat iklan untuk produk terbarunya. Boleh dibilang, Tristan adalah langganannya, tapi baru kali ini, dia mau menunggu Excel. Pasti demi kekasihnya, cibir Excel dalam hati.
Sesuatu yang menurutnya aneh.
.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Sur Anastasya
lnjut🤩🤩🤩🤩🤩
2022-06-26
1
nyonya_norman
adekmu 5 ya mas excel, bukan cuma 2
2022-06-15
0
💮Aroe🌸
masih sebel ma Excel😑
2022-02-06
0