Langkah Debora terhenti, di depan gerbang masuk masjid. Ia melirik sejenak ke pakaian yang sedang ia gunakan, dress yang hanya sebatas lutut?
masa iya dia mau masuk ke dalam masjid dengan pakaian sedikit terbuka ini?
Ada fikiran yang membuatnya urung untuk masuk. karena tidak etis saja, masuk ke masjid dengan penampilan seperti itu.
Padahal dia sendiri sebenarnya sudah sangat penasaran dengan pria yang sedang berdakwah di dalam masjid itu. Hingga membuat Debby terdiam cukup lama dengan fikiran berkelana, memikirkan tentang apakah dia akan diam diri di sana, atau tetap masuk. Tapi?
Seorang wanita dewasa di belakang tiba-tiba saja menyentuh pundaknya. Membuat gadis itu reflek menoleh.
"Neng, Lagi apa? Kok diam di sini?" Tanya wanita itu.
"Anu...? Pengen masuk Ceu, tapi saya pakai pakaian seperti ini. Jadi nggak enak." Jawab Debby.
"Owh, boleh atuh kalau mau masuk mah. Nanti di dalam kan bisa pakai mukenah. Hayu lah masuk... Ustadznya masih muda, kasep lagi." Ucap ibu-ibu itu. Debby pun terkekeh.
"Beneran saya boleh masuk?" Tanya Debby meyakinkan lagi.
"Bener neng, ini kan rumah Allah. Siapa saja boleh masuk." Ajaknya yang langsung menggandeng tangan Debby. Keduanya pun masuk, mereka jalan memutar menuju pintu samping, tempat para jamaah wanita berkumpul. Namun sebelum itu Debby menghentikan langkahnya, mengintip Ustadz yang masih berdiri di atas mimbarnya.
"Kak Rumi?" Gumam Debby, senyumnya seketika langsung mengembang sempurna, benar dugaannya. Dia memang hafal betul suara Rumi, dan tidak menyangka saja jika pria itu sedang mengadakan kajian di masjid dekat Gereja tempatnya beribadah.
"Ayo atuh neng," ajak wanita itu lagi. Debby pun terkesiap, sehingga membuatnya langsung kembali melangkahkan kaki mengikuti wanita yang sudah berjalan tergopoh-gopoh itu, masuk ke dalam masjid.
Sempat sih dia jadi pusat perhatian karena tak berhijab, namun dengan cepat wanita itu langsung memberikan mukenah kepadanya, serta menyuruhnya untuk memakai itu cepat.
"Makasih Ceu." Ucap Debby.
"Sama-sama, neng." Mereka pun duduk bersebelahan sembari mendengarkan ceramah ustadz Rumi, sebagai Ustadz pengganti karena Ustadz yang biasanya ngisi kajian di sana sedang berhalangan hadir.
Di sana Rumi masih berbicara, membahas tentang keistimewaan Doa.
"Allah SWT itu, senang sekali loh pada para hamba-Nya yang gemar berdoa. Itu serius, ada salah satu Nabi yang paling banyak berdoa, tahu siapa namanya?" Tanya Rumi, yang di sana masih diam saja menerka-nerka ada yang menyebut Nabi Muhamad Saw, ada pula yang menjawab semua Nabi.
"Iya semua Nabi, memang senang berdoa ya. Tapi ada satu Nabi yang sampai Allah puji dia dengan kalimat, senang berdoa. Yaitu Nabi Ibrahim as." Jawab Rumi kemudian.
"Nabi Ibrahim as itu memiliki julukan hamba yang Awwahun Halim. Apa itu awwah? Awwahun dalam bahasa tafsirnya yaitu Da'an atau dalam artian bisa disebut orang yang banyak berdoa. Kalau pernah berdoa itu namanya Da'in. Orang yang menyerukan juga Da'in atau yang biasa kita dengar dengan sebutan Da'i. (ujibu da'watad da'in) begitu ya bunyinya? 'Aku mengijabah atau memperkenankan orang yang berdoa' itu kalau doanya sesekali? Tapi kalau doanya sudah sering, pakaiannya tasydid, tasydid itu artinya penegasan. Bukan lagi Da'in tapi sudah Da'an."
"Arti Da'an, itu berarti doanya sudah sering sekali, sudah panjang sekali. Dan Nabi Ibrahim doanya itu udah seperti kita membaca Qur'an dua juz. Sedangkan kita baca Qur'an yang kaya do'a, singkat dan padat, tapi nggak jelas ya?"
Semua terkekeh.
"Kaya orang di kejar maling... Baru bismillahirrahmanirrahim, mentok-mentoknya Al Fatihah, itu saja cepatnya ngalahin kereta cepat, nggak jelas lagi, tau-tau, Aamiin! Paling kenceng."
Jamaah tertawa lagi.
"Allah itu tidak suka kita yang berdoa tapi terburu-buru. Apalagi yang tidak pernah berdoa, merasa bahwa dia mampu melakukan apapun sendiri, tanpa berdoa. Itu sudah lain julukannya, namanya sombong. Tidak membutuhkan Allah."
"Padahal Nabi Muhammad Saw, pun memerintahkan kita untuk meminta apapun sama Allah SWT walaupun hanya garam. Hanya garam ya...? Itu kan sepele sekali tuh, garam saja minta sama Allah apalagi, jodoh." Rumi senyum-senyum. "Jomblo begini, bahasannya jodoh Mulu ya."
Terkekeh lagi yang di sana.
"Jadi jangan pernah, kita kaya meremehkan Allah. Karena apa? Allah itu malah justru malu jika ketika hamba-hamba-Nya menengadahkan kedua tangannya, berdoa? tapi Allah tidak mengabulkan. Yang penting apa? Sabar... Bukan berarti doa sekarang, 'ya Allah saya minta uang satu juta buat bayar utang.' brukkk langsung di jatohin uang satu juta. Nggak gitu ya? Tapi melalui perantara, entah suaminya yang kerja, atau istrinya... Atau mungkin kita lagi main tahu-tahu ada yang ngasih uang satu juta? Uang kaget ya hahaha."
"Pokoknya, Allah pasti kabulkan setiap doa hamba-Nya. Minimal sama dengan apa yang kita minta, atau bahkan lebih dari yang kita minta, asalkan permintaan kita itu baik. Kalau tidak terkabul berarti permintaan kita itu tidak baik atau jatohnya nanti akan merugikan kita, makannya kenapa kita harus lebih banyak berprasangka baik kepada Allah, supaya apa? Kita itu mendapatkan hal-hal baik setelahnya."
Ceramah Rumi masih berjalan sampai beberapa menit kemudian, sementara Debby mulai merasakan ponselnya bergetar. Dia pun mengeluarkan itu dari dalam tasnya.
'astaga, mamah telfon?' batin Debby, sebenarnya dia masih betah di sana namun karena dia datang ke tempat itu bersama ayah dan ibunya, dia pun harus pulang.
Dia melipat cepat mukenahnya lalu berlari kecil keluar dari masjid itu.
Di sisi lain, hanya sekilas saja Rumi Seperti melihat sekelibat wanita yang melintas dari jendela samping tanpa mengenakan hijab.
Namun ia segera menggeleng dan kembali fokus pada ceramahnya.
Debby yang di luar terus berlari kecil menghampiri sang ibu dan ayahnya yang sudah berdiri di depan mobil mereka.
"Ya Tuhan... Dari mana sih kamu?" Tanya sang ibu yang dengan gerakan pelan menurunkan ponsel di telinganya, pada gadis yang hanya cengengesan berjalan menghampiri.
"Maaf mah, tadi Debby haus. Jadi cari minum." Jawab Debby yang tanpa di suruh sudah membuka pintu Cabin tengah, lalu masuk ke dalam mobil itu dengan nafas yang tersengal-sengal.
Sementara kedua orangtuanya hanya geleng-geleng kepala, turut masuk ke dalam mobil itu kemudian.
Hari yang semakin senja, memunculkan sinar mentari berwarna oranye yang lumayan menyilaukan karena menembus kaca depan.
Debby tersenyum sendirian di sana, ia benar-benar sangat mengagumi pria itu. Bahkan sampai ada impian dia bisa masuk kedalam agamanya dan hidup bersama pria yang sudah ia tetapkan menjadi calon imam dia, ya... Walaupun itu hanya khayalan dan harapan dia semata.
Selebihnya, semua tergantung di Rumi, juga Tuhan.
'sungguh calon imam. Kau benar-benar sempurna.' batin gadis itu sembari menyentuh dadanya yang berdebar kencang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
Baca Novel smbil belajar lagi ini, 🥰
2023-01-05
0
N Hayati
i hope debby take decision in right
2022-01-23
0
Rafika Aprilyanti Alfian
Ya allah thoor Rumi sama anak ku saja yah thoor🤣tapi syank thoor anak ku bru umur 12thn thooor gimana dong ini karena aku juga penggemarnya ustadz Rumi Al Fatih nih thoor gehalu boleh dong yah authoor😅😅😅
2022-01-20
0