Nando terkejut melihat mobil Ibu terparkir di halaman. Nando mengira Nara memberitahu kasus penculikan Bara. Nando bergegas masuk ke dalam rumah. Sedangkan Nara sama Bu Yulia sedang santai di teras belakang.
"Ibu, kapan datang, kok ngga ngabari kita," tanyaku.
"Lina masuk rumah sakit, dan kaki kirinya harus di amputasi, sementara Alex luka di pelipis kiri sama kaki tapi masih bisa jalan pakai tongkat. setelah sembuh nanti dia harus mempertanggung jawabkan kelakuannya. Untung uang kita sementara di tahan buat barang bukti di persidangan nanti."
Nara dan Ibu mendengarkan penjelasan Nando, mereka mengucap syukur karena Lina sama Alex nantinya bakal di tahan.
"Mas, bagaimana nasib anak mereka, kasihan masih bayi harus di tinggal ibunya, biarpun dia telah jahat sama kita tapi aku tetep kasihan sama anaknya."
"Menurut info yang aku dengar, anaknya di titipin ke Panti Asuhan daerah sekitar," jelas Nando.
"Ohh syukurlah kalau begitu, jadi ada yang rawat," Nara merasa lega.
Nara adalah orang yang sangat baik, padahal Lina sudah berulang kali menyakiti tapi tetap saja hatinya tidak membenci. Nando begitu beruntung punya Nara, semoga saja Nando tidak akan membuat kesalahan yang kedua kali.
"Nara...terima kasih, kamu sudah memaafkan semua kesalahan Nando, Ibu percaya bahwa kamu adalah istri, menantu dan ibu yang baik," Bu Yulia memeluk Nara dengan penuh kasih.
****
Di Rumah Dika
Dika nampak sedang duduk santai, dia sangat menyesalkan perbuatan Dela yang ikut terlibat kasus penculikan Bara. Untung saja dia tidak jadi bertunangan sama dia, sampah tetaplah sampah, hanya sampah tertentu saja yang bisa di daur ulang menjadi kerajinan indah. Dika nampak tersenyum sendirian memandang layar ponsel yang terpampang wajah Nara tersenyum cantik.
"Nara...sebenarnya aku masih punya rasa sayang untukmu, itu makanya aku pilih memutuskan Dela saat tau temen Dela telah merebut suamimu. Aku tak habis pikir sama suamimu, kenapa dia bisa jatuh dalam pelukan wanita ular itu, kurang apa kamu. Aku ingin kamu bahagia, aku ngga mau melihat kamu di sakiti oleh suamimu." Dika terus menikmati lamunannya.
Kring...kring...
Mata Dika tertuju ke arah layar ponsel yang ada di genggamannya.
"Hallo, Ra...ada apa," Dika mengangkat telepon dari Nara.
"Dik, apa kamu sudah mendengar kabar kalau Dela juga terlibat kasus penculikan Bara kemarin,?" di kejauhan Nara menangakan perihal keterlibatan Dela.
"Iya Ra, aku udah mendengarnya, tapi buat apa kamu ngabari aku tentang Dela toh aku sama Dela udah ngga ada apa-apa," jelasku singkat.
"Ra...bagaimana proses perceraian kalian, apa udah beres Ra," kuberanikan diri untuk bertanya, walaupun ini sifatnya intern rumah tangga mereka.
"Kami ngga jadi cerai Dik, Mas Nando minta maaf dan minta kesempatan sekali lagi, jadi aku kasih dia kesempatan, ini juga buat kebaikan Bara Dik," Nara menjelaskan semuanya kasus perceraian yang Nara layangkan tempo dulu.
"Ohh, begitu ya...selamat ya kalian bisa berkumpul kembali, ya udah selamat siang Ra, salam buat semuanya," Dika menutup telepon dengan tubuh yang lemas.
Mungkinkah kemarin Dika berharap kalau Nando sama Nara berpisah?
Dika masih terduduk dengan tatapan kosong, masih teringat jelas saat Nara minta ijin untuk menikah. Waktu itu aku masih kuliah semester akhir. Aku mengikhlaskan orang yang aku cintai menikah dengan orang lain, tapi saat aku tau orang yang aku cintai telah di sakiti aku ngga rela...aku ngga terima.
"Nara...," Dika menghela nafas panjang.
****
Ibunya Lina membawa Clara ke sebuah Panti Asuhan, dia menitipkannya di sana sampai Lina keluar dari penjara. Sementara Ibunya Lina kembali ke kampung.
"Clara Anindya, ini nama lengkapnya...saya sertakan beberapa keterangan dan asal-usul orang tuanya," Ibunya Lina menyerahkan berkas yang ada di map merah itu ke Ibu Panti.
"Baiklah Bu, kami pihak Panti Asuhan akan merawat Clara dengan baik," jawab Ibu Panti.
"Panti Asuhan Kasih Bunda," ini nama Panti Asuhan kami Bu. Ibu bisa kesini kapan saja Ibu mau.
"Terima kasih Bu, baiklah saya ijin pamit pulang," Ibunya Lina berpamitan untuk pulang.
****
Nando membuka pesan yang masuk ke ponsel Nara," aku ikut bahagia kalau kamu bahagia Ra, semoga rumah tanggamu tetap utuh dan Nando benar-benar menyayangimu," tulis Dika di kotak pesan.
"Degg...mendadak Nando merasakan dadanya sesak dan berat, ternyata Dika masih memiliki perhatian lebih sama Nara," Nando duduk di balkon kamarnya dan memandang lepas ke bawah.
"Mas...Mas...kita makan dulu yuk, tuh Ibu sudah nunggu di bawah," Nara memanggil-manggil Nando tapi tak ada sahutan juga. Nara mengintip ke arah balkon belakang kamarnya, dia melihat Nando sedang termenung.
"Hmm...hayoo...lagi nglamunin siapa nih," Nara memeluk Nando dari belakang. Nando bergeming dan memutarkan badannya ke arah Nara. Nando memeluk erat tubuh Nara dan mencium lembut kening Nara.
"Yukk kita makan bareng, aku udah lapar nih," Nando memicingkan matanya ke arah Nara.
"Apaan sih, genit deh..."
Mereka menuruni anak tangga menuju ke ruang makan, di sana udah ada Ibu dan Bara yang siap menyantap makan malam. Nara mengambilkan nasi sama lauk buat Nando. Mereka pun dengan lahap menikmati makan malam bersama.
"Betapa bodohnya aku telah menyia-nyiakan kamu Ra, kini aku akan menjagamu, dan tak akan ada laki-laki lain yang akan mengambilmu dari sisiku."
"Besok aku mau ke Jakarta Bu, Ra...udah lama aku tidak ke kantor. Selama ini aku pasrahkan sama Gunawan sepenuhnya."
"Kamu harus fokus sama kerjaan kamu, di sana jangan macem-macem," Ibu menasihati Nando.
"Di Jakarta berapa hari Mas, apa proyek yang di Kalimantan udah beres," timpal Nara.
"Ya udah, sana kalian istirahat aja biar Bara sama Ibu, ehh jangan lupa besok kamu ke makam Aura ya," Ibu Yulia seraya mengingatkan.
Keduanya berjalan menaiki tangga menuju kamar mereka. Nando duduk dengan mata tertuju pada layar laptop, sedangkan Nara duduk di kasur sembari baca majalah. Sesekali Nando melirik ke arah Nara yang berada di ranjang. Nando menutup laptop dan bangun dari tempat duduknya mendekati Nara.
"Eumm, Ra...aku mau tanya sama kamu, jawab dengan jujur Ra," Pertanyaan Nando membuat mata Nara bulat sempurna karena kaget.
"Ada apa Mas, keliatannya serius banget?" Nara menghentikan aktifitas membacanya.
"Apa kamu masih mencintai Dika?"
"Maksudnya?" Nara menekankan karena tidak percaya dengan pertanyaan Nando. Nara mulai terlihat emosi, dia menarik tubuhnya dari pelukan Nando.
"Mas, yang selingkuh itu kamu, dan kamu udah menghancurkan hati aku hingga berkeping-keping. Kamu juga yang menyatukannya kembali dari serpihan hati yang kau hancurkan, kenapa sekarang malah kau yang meragukan cintaku," Nara menangis tersedu membelakangi Nando.
"Ra, aku minta maaf, tadi aku baca pesan dari Dika," Nando menjawab dengan sambil menggaruk kepalanya yang tidak merasa gatal.
Nando menyesal bertanya seperti itu, dia berusaha memeluk tubuh Nara, tapi tangan Nara melepaskan pelukan Nando. Nara beringsut bangun dari kasur. Nando terlihat lesu tertunduk.
"Kenapa Mas, meragukan cinta dan kesetiaanku, aku hanya menganggap Mas Dika itu teman, dia menenangkan aku saat Mas Nando pergi meninggalkan aku bersama wanita lain. Atas dasar apa Mas Nando curiga.
Nando menyesal dengan pertanyaanya barusan, harusnya malam ini jadi malam yang indah karena Nando besok ke Jakarta malah jadi malam yang kelabu.
Udah ngga mood lagi deh...
Masih bersambung nih, jangan lupa like ❤ dan komentarnya ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Eti Guslidar
makanya jgn selingkuh nandoooo
2021-07-03
0
Endang Oke
kenapa nara tidak tinggal di jskarta bareng nando.di jskarta tuh banysk cewe2 cantik.kok pisah begitu.
2021-05-29
2
Little Peony
Semangat selalu Thor 🌻🌻🌻
2021-04-30
1