Nando terus melaju dengan kecepatan tinggi, dia ingin mempertemukan Lina dengan Alex supaya tidak dapat menyangkalnya. Nando menghubungi Doni sama Endro untuk mengawasi Alex jangan sampai keluar dari Cafe itu. Akhirnya Nando sampai ke Cafe yang di tuju, Nando berjalan dengan gemuruh amarah yang meletup-letup, menarik paksa Lina menuju sudut Cafe di mana Alex dan teman-temannya berada. Lina berusaha melepaskan cengkraman tangan Nando namun terlalu kuat Nando memegangnya.
"Braakk!!
"Nando mendorong Lina ke arah Alex yang sedang duduk bersama temannya.
Prok...prok...hebat...sudah saatnya sandiwara kalian berakhir. Kalian berdua memang serasi. Hasil test DNA bahwa Clara bukanlah anaku.
"Buk...bukk!! Nando menghajar Alex.
"Hentikan!! Pekik Lina. Kamu juga laki-laki yang tidak pernah puas dengan dua istri," Lina berusaha membela dirinya dan juga Alex.
"Awas Lin, kamu minggir dari sini, biar aku yang akan hajar balik suami mu yang tol*l ini.
Alex bangun terhuyung hendak mengarahkan pukulannya ke Nando, tapi dengan cepat Nando menghadangnya. Hingga Alex jatuh tersungkur di hadapan Lina. Darah segar terlihat menetes dari sudut bibir Alex.
"Mulai sekarang kamu angkat kaki dari rumahku! Bawa anak dan ibumu," perintah Nando sambil pergi meninggalkan mereka.
Doni sama Endro mengekor di belakang Nando, mereka takut Nando membabi buta di rumahnya. Nando yang sedang gundah lantaran surat panggilan sidang perceraian di tambah lagi dengan masalah Lina. Tapi setidaknya urusan Lina sudah beres, hingga Nando bisa bernafas lega, walau dia sangat menyesali apa yang telah ia perbuat, hingga Aura pergi meninggalkan Nando untuk selama-lamanya lantaran syok mendengar kenyataan Nando bersama Lina.
"Kenapa dulu aku tidak menyadari, bahkan Nara sampai terluka karena ulahku, dan kini Bara pun membenciku, aku memang orang yang kurang bersyukur. " Ibu...maafkan aku yang tidak mau mendengarkan nasihatmu.
Akhirnya Nando sampai di rumahnya, dia menyuruh Bi Imah untuk mengemasi barang-barang milik Lina dan Ibunya.
"Jangan sampai ada yang tersisa di rumah ini, taruh depan pintu semua koper yang sudah siap.
"Ba-baik Den," dengan gugup dan wajah yang penuh dengan tanda tanya Bi Imah melaksanakan semua yang di perintahkan Nando.
Doni sama Endro hanya bisa melihat pemandangan di depannya, semua koper sudah berada di ruang tengah. Keduanya milih berpamitan setelah mengetahui apa yang Nando lakukan.
"Kasihan Nando, dari awal sudah aku peringatkan, jangan sampai terperosok, ehh dia ngga dengerin kita waktu itu. Kasihan Nyonya Nara sama Bara yang waktu itu di usir paksa sama Nando demi membela perempuan itu, apa mungkin Nyonya Nara masih mau memaafkan Nando. Mereka terdiam larut dalam pikirannya masing-masing.
****
Lina memapah Alex masuk ke dalam mobil, " ini semua gara-gara kamu Lex, kalau tadi kita ngga ke Hotel, kita ngga akan mendapat masalah seperti ini.
"Udah, diam kamu Lin! Aku akan membalaskan semua yang terjadi barusan," Alex menyeringai kesakitan.
"Sekarang kita ke rumah dulu, mau ambil barang-barangku. Nando pasti sudah melempar semua barangku yang ada di rumah itu.
"Kamu itu bod*h Lin, dari dulu kamu tidak bisa kerja, rumah aja masih milik Nando. Kenapa tidak dari awal langsung pakai namamu.
"Itu tidak segampang yang kamu kira, aku sudah menyuruh notaris untuk urusan rumah, tapi sebelum beralih nama jadi namaku keburu ketauan. Ini semua gara-gara kamu yang gegabah," terang Lina.
Mereka sampai di rumah megah milik Nando, ada tumpukan koper di halaman rumah. Mang Udin sengaja membuka pintu gerbang supaya mereka bisa mengambil barang Lina yang sudah siap di halaman rumah.
Setelah keduanya terbongkar, mereka langsung menuju ke Rumah Sakit di mana Clara di rawat. Sang Ibu tertegun melihat Lina datang bersama Alex, matanya menatap Lina tanda tak mengerti. Lina menjelaskan semuanya bahwa semua telah berakhir. Ibunya sangat kecewa lantaran ATM berjalannya sudah pergi meninggalkan mereka.
"Kita mau pulang kemana Lin," tanya ibunya lemah.
"Nanti setelah Clara sembuh kita cari kontrakan bu, masih ada sedikit uang tersisa di ATM.
"Awas Nando! Aku akan membalaskan semua sakit yang kini aku rasakan," gerutu Lina. Tunggu saja Nando!!!
"Lin, bagaimana kalau kita culik anaknya Nando, lumayan kan kita dapat tebusan," Alex menatap Lina dengan serius.
"Cerdas juga kamu Lex," sahut Lina.
Setelah Clara sembuh dan boleh di bawa pulang, mereka menempati rumah kontrakan yang Lina sewa. Ibu nya nampak murung, tidak suka dengan keadaan yang sekarang.
"Sabar, Bu...nanti kita akan kembali seperti kemarin, untuk sementara kita nempati rumah ini dulu. Oh, iya Bu...barang-barang ibu yang kemarin beli dengan harga mahal tolong ibu jual dulu nanti Lina ganti.
"Enak saja, itu sudah jadi milik ibu Lin! Aku ngga mau, malu sama ibu-ibu arisan nanti," jawab ibunya ketus.
****
Setelah terbongkarnya kasus Lina, kini Nando tinggal sendirian di rumah Aura. Dia merasa kesepian, dulu yang ramai ada suara tangisan Bara kini benar-benar sepi. Hanya ada suara Bi Ijah dan Mang Ujang. Nando terdiam cukup lama, lamunannya terbang bersama Bara dan Nara.
"Sedang apa kalian di sana, masih ingatkah kalian,?" Nando bertanya dalam hati, di raihnya benda pipih yang tergeletak di meja. Apa dia mau mengangkat teleponku, akan aku coba menghubunginya.
Tut...tut...tut..."suara di ujung telepon sana.
"Lagi kemana mereka, atau mereka memang tidak mau mengangkatnya.
"Hoaam,"aku ngantuk, mau tidur dulu sebentar sebelum aku ke Bogor.
Setelah 2 jam Nando tertidur, dia pun bangun untuk membersihkan badannya. Nando bersiap ke rumah Nara yang di Bogor. Sebenernya Nando malu untuk minta maaf, apalagi terbukti kalau Lina itu wanita ular. Setelah kurang lebih 4 jam dalam perjalanan akhirnya Nando sampai juga di halaman rumah Nara. Nando kaget ada mobil terparkir di halaman rumah Nara.
"Ada tamu siapa ya, coba aku masuk dulu. Apa mungkin Nara ganti mobil?
Nando memencet bel rumah yang ada di teras, tidak lama setelah itu pintu rumah terbuka. Nara terkejut melihat kedatangan Nando. Nando langsung bersujud di kaki Nara untuk minta maaf.
"Nara, maafkan aku...selama ini aku khilaf, aku laki-laki yang kurang bersyukur. Hanya kalian lah hartaku.
Nara tak bergeming di tempatnya, tangannya di silangkannya ke dada, dengan api kemarahan dia menjawab Nando," apa kamu sudah di campakkan oleh Lina Mas,?" dan kau berharap kita bisa berkumpul lagi seperti dulu. Nara tak kuasa menahan air mata, air matapun mulai menetes. Semarah apapun dia tetaplah seorang istri yang punya lebih banyak sisi kelembutan.
"Bangunlah Mas, ini juga masih rumahmu, kamu berhak masuk. Tapi gugatan yang aku layangkan tetap akan berjalan," Nara berjalan masuk je rumahnya dan di ikuti oleh Nando yang mengekor di belakangnya.
"Mamahh..." Bara berlarian dari arah belakang rumah dengan seorang pria, dan betapa kaget keduanya saat tau siapa yang di lihat.
"Dika, kenapa kamu di sini, ada hubungan apa kamu sama Nara," Nando teringat saat Lina mengatakan kalau mereka masih berkomunikasi dengan baik, apa Nara sudah selingkuh dariku, buru-buru Nando memulihkan ingatannya yang sempat hilang sesaat.
"Maaf Mas, saya di sini hanya menghibur Bara yang kesepian, tidak ada teman bermain, saya sama Nara tidak ada hubungan lebih kecuali persahabatan, "Dika berusaha menjelaskan.
Bara menatap ayahnya dari kejauhan, dia tidak langsung berlari ke ayahnya, dia hanya ingat kalau Nara pernah di sakiti oleh ayahnya. Mungkin dia trauma dengan apa yang dia lihat.
"Bara...sini sayang, ayah kangen sama Bara," Nando mengarahkan kedua tangannya untuk memeluk Bara, namun Bara berlari ke arah Nara.
"Sini duduk sayang," Nara mengajak Bara duduk di sofa dan mengelus lembut rambut Bara.
Akhirnya mereka duduk, Nando saling pandang, dia tidak percaya kalau Dika hanya sebatas sahabat.
"Bagamana hubungan Mas Nando sama Lina," ku buka kebisuan ini, supaya Mas Nando dan Dika tidak tegang.
"Mas Nando," Nara mengulangi.
"Emm, iya Nara, Lina sudah melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik," jelasnya.
"Wow, seneng dong punya anak perempuan," Nara membalas dengan nada sinis.
"Tapi bayi itu bukan anakku Ra, dia anaknya Alex pacar Lina," Nando berusaha menjelaskan apa yang ia alami. Dari awal sampai akhir hingga kini semuanya terbongkar.
Nara melotot mengekspresikan wajahnya tandanya dia kaget.
Tapi Nara sama Dika masih tetap mendengarkan apa yang Nando ceritakan, sementara Bara masih ada dalam pelukan Nara.
"Aku pernah bilang kalau Lina itu perempuan ular, tapi kau malah membelanya. Kau telah di butakan oleh kecantikan Lina, padahal dia ngga cantik-cantik amat," Nara membuang pandangannya keluar, dan Nando terlihat menundukkan wajahnya.
"Nara...Nando...saya ijin pamit pulang, semoga rumah tangga kalian bisa segera di perbaiki, kasihan Bara," Dika berdiri memeluk Bara dan bergegas keluar rumah.
Sekarang tinggal mereka bertiga, Nando mendekat ke arah Bara yang sepertinya ketakutan. Nando memeluk Bara dan menciumi kening Bara.
"Maafkan ayah Nak," Nando semakin erat memeluk Bara, sementara Nara masih duduk di sudut sofa. Nara membiarkan ayah dan anak saling berpelukan. Mereka terdiam larut dalam pikiran masing.
****
Like, komentarnya di tunggu ya, jangan lupa klik tombok vote love nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Erni Kusumawati
jgn balikan Nara...sekali berkhianat maka akan berkhianat kembali
2022-04-03
0
Linda Z
jan mau balik sama Nando.... ntar kumat lagi selingkuhx.
2021-08-04
1
iim ruhimat
jangan mau kembali lagi Nara,biarin Nando nyari jalang yg lainnya
2021-07-11
0