Malam itu Nando menginap di rumah Nara, mereka masih cangggung setelah hampir satu tahun tidak bertemu dan saling sapa. Keduanya banyak diam hanya sesekali ramai karena Bara yang aktif bermain.
"Kalau Mas Nando cape silahkan istirahat dulu, di atas masih ada satu kamar kosong."
" Bara bobo di kamar bawah ya," aku pergi meninggalkan mereka di bawah. Kamarku berhadapan sama kamar Mas Nando, sementara Bara di kamar bawah. Dia udah gede jadi bobonya udah sendirian.
"Maaf Mas, aku belum bisa menerimamu untuk saat ini."
Kalaupun aku memaafkanmu, tapi untuk sekarang aku belum bisa menemanimu tidur. Besok adalah sidang gugatan kita.
"Nara menatap langit-langit kamar, pikirannya terus berjalan mencari jalan terbaik untuk rumah tangganya dan untuk kebaikan Bara juga nantinya.
Sakit memang, dia telah mengkhianati dan menyakiti fisikku di depan orang banyak. Dia lebih membela wanita murahan itu, dan sekarang dia pergi meninggalkannya. Ya Allah apa yang harus aku perbuat, berikan petunjuk Mu.
Malampun semakin larut, Nara akhirnya terlelap dalam buaian malam.
"Nara...aku ingin sekali tidur bersamamu seperti dulu, bercanda dan tertawa bersama, mungkinkah itu tidak akan bisa kita ulangi lagi. Kesalahanku terlalu fatal, aku sadar apa yang aku lakukan itu salah, tapi tidak kah ada kesempatan lagi untukku. Aku berjanji Nara, aku tidak akan mengulangi kesalahanku untuk kedua kali." Nando masih gelisah di kamarnya.
Akhirnya Nando pun terlelap dalam balutan mimpinya.
"Hari ini adalah jadwal sidang perceraian kita Ra, aku akan bersiap mandi dulu. Apa kamu sudah siap," Nando bergeming dari tempat tidur.
Nara sibuk masak di dapur menyiapkan sarapan pagi, kebetulan Mba Dinah lagi pulang kampung jadi dia sendiri yang memasak semuanya. Bara belum terlihat keluar kamarnya, mungkin semalam dia bobo larut malam sama ayahnya.
"Nara menoleh sumber suara di belakangnya, terdengar suara langkah kaki seseorang yang mendekat.
"Udah bangun Mas, sebentar lagi sarapan pagi udah siap, dan kita bisa berangkat lebih awal," aku sengaja terlihat sibuk, tanpa menoleh ke arahnya.
"Ra...apa kamu masih marah padaku," Nando bertanya dengan nada tak bersemangat.
"Ayo Mas kita sarapan dulu, biar nanti Bara makan sendiri, kayanya dia belum bangun deh," Ku alihkan pertanyaan Mas Nando.
Nara membawa semua masakan yang sudah selesai ke meja makan, semua sudah siap, Nara mengambilkan piring dan mengambil nasi untuk Nando.
"Ini Mas, kalau yang ngga suka jangan di ambil, sengaja aku masak dengan menu yang banyak, karena hari ini Bara ada kegiatan makan bersama di sekolahn.
"Iya Ra, terima kasih, aku suka semuanya kok," Nando melirik ke arah Nara yang serius mengambil menu sarapan pagi.
"Ayah...Ayah masih di sini," tiba-tiba Bara muncul dari balik pintu.
"Ngga sayang, Ayah akan di sini terus sama Bara," Nando mencubit hidung Bara.
"Mau sarapan bareng ayah apa nanti aja," tanya Nando.
"Minum susu aja Mah," Bara mendekati Nara.
Suasana pagi itu mengingatkan masa-masa indah dulu saat kumpul bersama. Ada Ibu, Aura, Nara dan Bara. Tapi kini senyap...Aku sama Nara seperti patung berjalan, entah sampai kapan dia akan memaafkan aku.
Sarapan pagi pum selesai, Nara sibuk menyiapkan keperluan Bara karena sekalian berangkat ke Pengadilan Agama untuk memenuhi sidang gugatan perceraian yang Nara ajukan.
"Ra, kita bareng aja ya," pinta Nando.
"Baiklah, ayo naik ke mobil ayah," aku menuntun Bara masuk ke mobil Nando. Tidak ada percakapan serius di antara kami. Setelah Bara sampai ke sekolah aku berjalan menuju ke ruang guru untuk menitipkan Bara. Aku kembali naik mobil bersama Nando. Ku alihkan pandanganku ke luar jendela mobil, biar mata kita tidak beradu pandang.
Satu jam sudah kita lewati, akhirnya sampai di Kantor Pengadilan Agama. Aku turun lebih dulu di susul Mas Nando mengikutiku. Kami menuju ruang mediasi dan menunggu di tempat yang di sediakan. Kami beranjak dari tempat duduk ketika ada panggilan menyebut nama kita.
Tok...tok...tok...
Kami berdua masuk, dan di persilahkan duduk. Mediator memberikan banyak penjelasan tentang perceraian, bahwa pihak yang akan jadi korban adalah ana. Di situ dada Nara seolah sesak, entah bagaimana masa depan Bara tanpa seorang ayah. Pihak mediator menyarankan untuk di pikir kembali dan senin pekan depan di suruh datang lagi. Kami saling pandang, entah apa yang ada di pikiran keduanya. Sesi mediasipun selesai, mereka bersalaman pamit.
Dalam perjalanan mereka masih terdiam, hening...tanpa sepatah katapun keluar dari mulut mereka.
"Ra, bisakah kita ngobrol sebentar, kita tidak bisa seperti ini terus menerus. Kasihan Bara melihat kita seperti patung berjalan." pinta Nando
Nando menghentikan mobilnya di sebuah Taman Kota. Dia mengajak Nara turun duduk di bangku yang ada di Taman.
"Ra... Saya benar-benar minta maaf, dan berjanji tidak akan mengulangi. Aku benar-benar menyesal," Nando memegang tangang Nara. Nara masih memalingkan wajahnya dengan mode diamnya," Mas...apakah kau tau betapa sakitnya di khianati? Hati ini terasa tercabik hingga hancur berkeping, saat melihat kau menggandeng tangan Lina dalam keadaan hamil. Dunia terasa runtuh kala itu. Dengan amarahku, aku menampar wajahnya, tapi kau membela perempuan murahan itu! Sakit sekali Mas," Nara menangis sesenggukan.
Nando membiarkan Nara mengeluarkan luapan isi hatinya yang selama ini ia pendam.
"Aku siap kau hukum Ra, apa saja semaumu," Nando meremas lembut jemari Nara dan menciumnya. Perlahan Nando memeluk Nara, ada rasa bersalah yang tak bisa di wujudkan. Nara pun menjatuhkan badannya di pelukan Nando masih dengan isak tangisnya.
"Apakah janji Mas bisa aku pegang,"tanyaku masih dalam pelukannya. Kita akan memulainya dari awal Ra, hapus semua keburukan yang ada pada diriku," sahutnya.
Keduanya saling berpelukan. Mereka lupa waktu kalau Bara pulang lebih awal.
"Mas, Bara pulang lebih awal, nanti dia nangis kalau kita telat jemput. Ayo kita pulang."
Mereka bergegas pergi dari Taman Kota menuju parkiran mobil. Nando melajukan mobilnya meninggalkan Taman. Akhirnya sampai di depan sekolahan Bara, dia nampak murung sudut lapangan.
"Hallo sayangku...maafin Mamah ya, tadi Mamah sama Ayah mampir sebentar ke rumah temen," Nara memeluk sang buah hati.
"Apa Mamah sudah baikan sama Ayah," tanya Bara sangat berharap.
Nara menatap ke arah Nando dan mengangguk.
"Horee...kita bisa main bareng Yah, Mah," ucapnya girang sambil berlarian menuju mobil. Nara sama Nando mengikutinya dari belakang.
Malam itu mereka bertiga kumpul di ruang tengah, nampak Bara sedang bermain dengan mobil-mobilannya, sementara Nara sedang membaca majalah dan Nando sibuk dengan laptopnya.
"Mah, Bara ngantuk, mau bobo..." Bara menarik lengan Nara, dan Nara segera menggendongnya. Nara pun menemani Bara sampai pules tertidur.
"Bara udah bobo Ra,?" aku juga udah selesai. Nando menutup laptop dan menyimpannya.
"Aku udah ngantuk Mas, mau ke kamar dulu," pamitku. Mas Nando mau tidur di mana, sama Bara atau di atas.
"Sama kamu dong," Nando langsung menggendong tubuh mungil Nara menaiki tangga menuju kamar.
Nara diam menatap wajah Nando, " Mas, sudah lama sekali kita tidak melakukannya, apakah Mas menginginkannya,?" bisiku lirih.
Nando membuka pintu kamar dan menjatuhkan tubuh Nara dengan pelan. Apa kamu sudah siap untuk mengawali kehidupan yang baru ini," Nando memeluk Nara, mencium dan mengelus rambut Nara yang terurai.
Walau agak canggung karena lama mereka tidak melakukannya tapi akhirnya mereka sukses menghabiskan malam. Rasa yang terpendam lama terlepas sudah.
Pergulatan yang panjang mengantar keduanya ke alam mimpi, posisi keduanya masih berpelukan. Hingga sang fajar datang mereka masih terlelap.
****
Lina sama Alex sedang membahas rencana penculikan Bara, dengan di bantu kedua temannya besok mereka menuju kota Bogor. Rencana mereka sudah matang tinggal menunggu pagi. Mereka semua tertidur di rumah kontrakan Lina, termasuk Dela pun ikut dalam rencana penculikan itu, karena Dela merasa di rugikan oleh Nara dan Nando. Pertunangan mereka batal dan Dika memutus cintanya. Botol minuman berantakan di ruang tamu, mereka tidak pernah bisa lepas dengan yang namanya obat-obatan.
Keesokan harinya mereka bersiap untuk berangkat ke Bogor, mereka membawa dua mobil. Lina sama Alek dalam satu mobil dan yang lain bertiga pakai mobil Dela.
Apa kalian sudah siap semuanya, hati-hati dan waspada jangan sampai meninggalkan jejak. Jalankan sesuai rencana kita tadi malam.
"Ok, siap laksanakan," mereka pun mulai melajukan mobilnya. Lina dan Alex mengikuti dari belakang. Butuh waktu kurang lebih 4 jam untuk sampai ke Bogor.
****
Jangan lupa bantu like dan komentar ya, biar Author semangat nulisnya...💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
angel
thor jgn lebay kaleee... masa sgt gampang baikkan.. hny krn anak.. katanya uda setahun gk ketmu, bara baik2 aj...
2022-06-01
0
Sariutami
kenapa balik lagi
2022-03-08
0
Wardani Jati
ish....paling gak suka aku sama perempuan lemah yang dengan gampang memaafkan pengkhianatan
2022-03-07
0