Tangan Vero kemudian melepaskan pegangannya pada jaket Saddam.
Mendengar kata-kata Vero, Saddam sepertinya tersadar akan situasi mereka dan melepaskan Rizky dengan kasar hingga Rizky setengah terjungkal ke depan.
Rully tertawa terbahak-bahak. Vero sebal melihat ekspresi Rully yang seperti sedang mengolok-oloknya.
"Gitu dong. Gua suka kalo lu tegas gini. Biar ga terus-terusan ditindas orang lain" Rully mengacak-acak rambut Vero sambil berjalan menuju ranselnya yang teronggok di dekat ban mobil.
Awalnya Vero merasa bergidik mendengarkan cerita yang dituturkan Osas di depan pondok Penjaga Hutan saat itu.
Apalagi hutan yang rimbun dan musim dingin membuat matahari seperti tak pernah terbit di daerah sana.
Vero melirik jamnya dan melihat saat itu sebenarnya masih pukul 2 siang, tapi kabut membuat penampakan sekitar mereka tampak seperti saat magrib atau subuh.
Angin yang sesekali menerpa pipinya terasa dingin menusuk.
Jika tiba-tiba perasaan enggan masuk ke hutan saat itu muncul di benak Vero, hal itu mungkin terjadi bukan karena kengeriannya terhadap makhluk kanibal.
Tapi lebih kepada keinginannya untuk tetap berada di bawah selimut untuk bergulung agar tetap hangat.
Dia merasa ujung-ujung jarinya kebas mati rasa di dalam sarung tangan wolnya.
Keempat orang pemandu sudah sejak tadi berdiri memanggul tas mereka.
Saddam berbicara pada Osas yang tak jauh dari Eko yang terlihat masih berjongkok mengatur isi ranselnya.
Rizky tampak berbicara serius dengan Ndaka. Tampak pria berkulit hitam itu sesekali menunjuk hutan yang berada di belakangnya.
Vero tak mengerti apa yang sedang dibicarakan kedua orang pria yang nyaris baku hantam tadi.
"Ly! Lu ngapain?" Tanya Vero.
Rully yang berada tak jauh dari wanita bermata sipit itu menunjuk peta kertas yang dibentangkannya di atas kap mobil.
Vero berjalan mendekati mobil, Rully masih tekun melihat antara peta kertas dan ponselnya secara bergantian.
"Ngapain sih?" Desak Vero.
"Aneh deh" Rully bergumam.
"Apanya?"
"Bentuk hutan ini di peta kertas dan di ponsel beda. Emang ga terlalu mencolok sih, tapi menurut gua hutan pada peta ponsel sedikit mengecil di bagian ini" Rully menunjuk bagian timur hutan.
Vero meniru tingkah Rully. Matanya bergantian menatap peta kertas dan di ponsel secara bergantian.
"Apa peta kertasnya ini udah lama?" Vero menjentikkan peta kertas di depannya.
"Baru kok. Gua baru beli kemarin. Di kasi peta terbaru. Ya ini" Rully masih tertegun.
"Apa mungkin peta di ponsel udah lama ga di-update?" Vero kembali bertanya.
"Bagian ujung timur hutan ini, dari peta satelit udah bukan bagian hutan lagi"
"Kita jalan sekarang?" Saddam menghampiri Rully dan Vero yang masih menatap peta.
"Ayo" Rully melipat peta kertas dan menyelipkannya di kantong samping ranselnya.
Keempat pria lokal pemandu mereka telah melangkah lebih dulu di depan. Salim yang tertua di antara keempat pemandu itu tampak berjalan paling depan.
...--oOo--...
Afrika Selatan termasuk negara yang paling maju di benua Afrika. Afrika Selatan memegang sebagian besar industri modern di benua tersebut.
Geologi Afrika termasuk kepada batuan tua. Morfologinya merupakan plato raksasa dengan lembah-lembah retakan yang menyebar di daerah timur.
Dulunya Afrika menyumbang 25% hutannya untuk paru-paru dunia. Sejak kebakaran hebat yang merenggut 1 juta mil persegi wilayah hutannya, kini dunia merasa takut bahwa jumlah itu bisa terus meningkat.
Orang-orang mengenal Afrika sebagai benua terpanas sepanjang tahun dengan adanya musim hujan dan kemarau yang jelas kecuali di daerah equator.
Sedikit yang sadar bahwa Afrika tak melulu akrab dengan cuaca panas.
Seperti halnya hutan yang sedang mereka masuki sekarang ini. Sebelah utara dan barat hutan itu berbatasan langsung dengan negara Lesotho.
Suatu keadaan yang kontras sekali. Di mana Afrika Selatan adalah negara yang berbentuk republik, berbatasan langsung dengan Lesotho yang berbentuk monarki konstitusional.
Bisa dikatakan, Lesotho adalah sebuah negara yang terjebak di tengah-tengah Afrika Selatan.
Sampai dengan hari ini, 40% populasi negara ini hidup di bawah garis kemiskinan. Tak heran banyak dokter sukarelawan maupun aktivis-aktivis dunia yang mengabdikan hidupnya di negara itu. Meski tentu saja mereka tetap harus keluar masuk melalui Afrika Selatan.
Lesotho adalah negara dataran tinggi yang seluruhnya berada 1000 meter di atas permukaan laut. Pada musim dingin, iklim di negara itu benar-benar bisa menyiksa makhluk tropis.
75% penduduk negaranya tinggal di daerah pedesaan dan 90% barang yang dikonsumsi berasal dari negara tetangga; Afrika Selatan.
Bisa dibayangkan betapa negara ini sangat bergantung dengan tetangganya.
Rakyat Afrika Selatan juga terbiasa dengan adanya penyusup dari Lesotho yang mencari nafkah di negara mereka.
Makalo, salah satu pendamping mereka masuk ke hutan pun bisa jadi berasal dari Lesotho. Karena pria itu tampak paling penurut dan lebih banyak diam dibanding ketiga lainnya.
Sebelum berangkat ke Afrika Selatan, Vero sempat mempelajari beberapa hal penting tentang Afrika Selatan dan negara sekitarnya.
Sehingga ketika mengetahui hutan itu dikenal berbahaya oleh penduduk sekitar tapi masih banyak orang yang menawarkan diri sebagai pendamping karena tergiur oleh bayarannya, Vero memaklumi hal tersebut.
Penduduk di sekitar hutan itu lebih takut mati kelaparan ketimbang mati karena disantap oleh makhluk kanibal.
Salim telah berjalan jauh di depan mereka sambil sesekali menebas dedaunan yang melintang dan dirasa menghalangi jalan mereka.
Setelah kira-kira berjalan selama hampir satu jam, Vero mendengar Osas berteriak mengatakan sesuatu dalam bahasa mereka kepada Salim.
Salim berhenti dan menoleh ke belakang. Osas berjalan ke depan dan mengatakan sesuatu kepada ketiga orang temannya.
Setelah menjawab berupa anggukan, Makalo dan Ndaka berjalan ke belakang.
Rully yang berjalan di depan Vero ikut menoleh melihat kemana Makalo dan Ndaka pergi.
Ternyata Osas sepertinya mengatakan kepada dua orang pemandu untuk berjalan di belakang sebagai sweeper.
Mereka berjalan dalam satu garis lurus mengikuti jalan setapak yang sepertinya sudah lama sekali tidak dilalui manusia. Jalanan itu mulai mengabur dan hampir tertutup oleh rumput dan dedaunan kering.
Formasi mereka melalui jalan setapak yang sudah mulai mengabur saat itu adalah Salim, pemandu sekaligus porter dengan usia paling tua. Salim berusia 42 tahun. Di belakang Salim, Osas mengikuti dengan membawa sebuah ransel yang cukup besar dan berat. Ransel itu berisi tenda dan peralatan membuat bivak. Osas sendiri berusia 37 tahun.
Di belakang Osas, berurutan Saddam, Rully, Vero, Eko dan Rizky.
Di belakang Rizky disusul oleh Ndaka yang berusia 36 tahun dan Makalo yang termuda, pria itu masih berusia 28 tahun.
Entah apa saja yang dibicarakan Rizky dan Ndaka selama perjalanan. Tapi kedua orang itu terdengar sesekali tertawa.
Suasana hutan yang terkesan sangat dingin dan semakin lama semakin gelap sedikit mencair karena percakapan Rizky dan Ndaka.
Bahkan Saddam yang sejak awal terlihat sangat anti dengan Rizky pun merasa tidak terganggu oleh suara tawa mereka.
"Sir, soon it will get darker, can you still walk for another hour?" Osas berbicara pada Saddam sambil tetap berjalan dan menoleh sebentar pada pria di belakangnya.
Pemimpin porter itu mengatakan jika hari sebentar lagi akan gelap, dan dia bertanya apa mereka sanggup untuk berjalan kira-kira sejam lagi.
"One hour?" Saddam melihat jam dan menoleh ke belakang dan menatap Rully menanti kesepakatan.
Rully menaikkan bahunya tanda bahwa hal itu bukan masalah. Vero menatap Saddam dengan wajah yang masih segar. Sedangkan Eko yang ditatap majikannya cuma bisa nyengir dengan bulir peluh di dahinya.
"I think that is okay. Just do what you think is good. You know this place better" Saddam mengangguk kepada Osas. Menyetujui bahwa mereka akan melanjutkan perjalanan sebentar lagi.
Saddam juga mengatakan kepada Osas untuk melakukan hal terbaik menurutnya karena pemimpin porter itu mengenali hutan lebih baik dari mereka semua.
Osas mengangguk mantap,
"Okay Sir"
Jalanan di depan terlihat mulai menanjak. Saat kaki Vero baru mulai menjejakkan langkah pertamanya di sebuah akar pohon yang mencuat, sebuah suara mengejutkan mereka.
"ADUUUHHHH.... ADUUUHHHH...."
Suara Rizky menggema di hutan yang hening dan mulai gelap.
Beberapa burung yang bertengger di atas pohon di sekitar mereka tampak terbang berhamburan karena teriakan Rizky.
...***...
...Mohon dukungan atas karyaku dengan like, comment atau vote ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
anisa f
eh ngapain itu penggiat alam
2023-09-16
0
EndRu
kenaoa Riz? drama.apa lagi
2023-01-03
0
MyRosse🥀
di culik atu² repot ini😬
2022-11-27
0