Saddam duduk dengan kaki tersilang dan membaca sebuah buku. Sesekali pandangannya terangkat mengamati beberapa orang yang duduk terkantuk-kantuk di executive lounge maskapai nomor satu di Singapura itu saat waktu telah melewati tengah malam.
Beberapa saat lagi mereka akan boarding, dan Eko yang telah mendapatkan semua paspor mereka beberapa saat yang lalu kini duduk bersandar dengan mata terpejam.
Saddam mengerling jijik ke arah Rizky yang membenarkan letak rambut Vero saat wanita itu memejamkan mata sambil memeluk tas tangannya yang besar.
Pria itu benar-benar tahu cara mengambil kesempatan. Setelah puas mengelus dan mengusap-usap kepala Vero, pria itu duduk bersandar serta merta memejamkan matanya.
Rully memainkan ponselnya sedari tadi, Saddam bisa menebak pria itu pastilah masih berkirim pesan dengan tunangannya. Karena dilihatnya sesekali rully tersenyum dan mengetikkan sesuatu.
"Your attention please, passengers of..."
Panggilan untuk boarding baru saja menggema, Saddam segera bangkit dan mencolek lengan Eko yang langsung terbangun dengan sigap.
Ketika melewati Rizky yang masih tersandar dengan mata terpejam dan mulut setengah ternganga, Saddam menyempatkan menendang ujung sepatu pria itu.
Rizky terlonjak dengan mengerjap-ngerjapkan matanya, Saddam berlalu dari ruangan itu dengan senyum sinis yang tersungging di sudut bibirnya.
Eko berjalan cepat di belakang mengikutinya menuju jalur prioritas untuk masuk ke dalam pesawat.
Saddam tiba lebih dulu di dalam kabin bisnis pesawat dan duduk di kursi yang ditunjukkan Eko kepadanya.
Masih dengan wajah datar, dia kembali membuka buku yang tadi dibacanya. Eko masih berdiri membereskan barang bawaan mereka.
Ketika akhirnya ketiga orang lainnya muncul, Eko menyerahkan kertas boarding mereka kepada pramugari yang berdiri tersenyum di kabin bisnis.
Pramugari langsung menyebut nama "Mr. Rizky." dan mengambil bawaan tangan Rizky serta menunjukkan sebuah kursi tunggal di dekat jendela persis di belakang kursi Rully.
"Vero duduk di mana?" Saddam mendengar suara Rizky bertanya entah pada siapa. Saddam berusaha tidak menoleh untuk mencari tahu.
"Silakan duduk dulu Mas Rizky, Mba Vero juga duduk di kelas bisnis. Ga mungkin di ekonomi sendirian." Eko yang masih berdiri menjawab pertanyaan Rizky sambil terkekeh. Pramugari tadi ikut tersenyum mendengar perkataan Eko.
Saddam berusaha keras untuk tidak tersenyum. Baru kali ini dia terbang dengan orang yang terkesan repot sekali dengan posisi tempat duduk di dalam pesawat.
"Miss Veronica," Pramugari yang menyebutkan nama Vero mengambil bawaan wanita itu dan menunjukkan kursi di sebelah Saddam.
Nafas Saddam tertahan sambil sedikit melirik ke arah Vero yang kini telah duduk di sebelahnya.
Sedari tadi dia mengira bahwa Eko akan duduk di sebelahnya seperi biasa.
Saat Saddam berusaha memberikan tatapan minta penjelasan ke arah Eko yang duduk di kursi tunggal sebelah kanannya, asistennya itu terlihat pura-pura sibuk dengan layar televisi yang berada di depannya.
Saddam mengatupkan rahang dan kembali menatap buku yang masih berada di tangannya.
Lirih didengarnya Vero mengatakan "Thankyou," kepada pramugari yang baru saja berlalu dari hadapan mereka.
Lampu pesawat telah dipadamkan, dalam keadaan remang-remang dibantu oleh lampu baca Saddam melihat Vero memijat-mijat bahu.
Sepertinya tas yang dibawa wanita itu benar-benar berat untuk ditopang oleh bahu mungilnya.
Saddam merasa kerongkongannya terasa sangat kering dan dia telah meminum air mineral berkali-kali sambil terus melanjutkan membaca.
Dia merasa tak pernah segugup itu. Wanita di sebelahnya sekarang seperti membawa perasaan tidak nyaman pada jantungnya.
Sedikit melirik ke kanan, Saddam melirik sepatu dan pakaian yang dikenakan Vero.
"Pakaian murah, meski tetap bagus di badannya." Saddam lagi-lagi berkata di dalam hati.
Kini Saddam merasa dirinya seperti seorang wanita nyinyir yang sedang menilai dan mengomentari pakaian wanita lain.
Sedikit malu dengan hal yang berada di dalam pikirannya, kini dia berusaha memusatkan konsentrasi pada buku yang dibacanya.
Dan sepertinya tidak berhasil.
Beberapa saat setelah pesawat stabil terbang di udara, Vero membaringkan tubuhnya membelakangi Saddam. Vero jatuh tertidur dengan cepat.
Saddam mendengar nafas wanita di sebelahnya mulai teratur. Selimut yang harusnya bisa dikenakan Vero hanya teronggok terlipat di atas tubuhnya.
"Keliatan capek banget, kayak ga pernah jalan jauh. Tapi berani ikut ke Afrika. Mending lu diem di rumah, belajar masak." Saddam mengomeli Vero di dalam kepalanya.
Sedikit menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan semua orang telah tidur, Saddam mengambil selimut dari atas tubuh Vero dan membuka lipatannya.
Saddam menyelimuti tubuh wanita mungil yang tidur meringkuk di sebelahnya itu.
Setelah memastikan seluruh tubuh Vero tertutup selimut dari kaki hingga ke bahunya, Saddam kembali menyandarkan tubuh untuk melanjutkan membaca.
Sekilas melirik posisi Vero yang membenamkan wajahnya di bantal dengan rambut yang jatuh menutupi wajahnya, Saddam mengulurkan tangan kanannya menyibakkan rambut panjang itu dan menyelipkannya ke belakang telinga Vero.
Vero sedikit bergerak dan Saddam buru-buru menarik tangannya untuk membalik halaman buku yang dipegangnya.
...--oOo--...
Mata Rully setengah terpejam saat dirinya melihat Saddam menoleh ke kiri dan ke kanan seperti hendak melakukan pencurian dalam cahaya remang kabin.
Sedikit tertarik dengan apa yang akan di lakukan Saddam, Rully terus mengamatinya.
Ternyata pria kasar dan sombong itu menyelimuti tubuh Vero yang telah tidur di kursinya.
Vero pasti tertidur seperti anak anjing kedinginan yang meringkuk dengan sembrono seperti biasa.
Setengah tak menyangka bahwa Saddam bisa tersentuh dengan hal seperti itu.
Seperti menyadari sesuatu, Rully tersenyum dan berkata dalam hati.
"Sepertinya perjalanan ini bakal semakin menarik."
...--oOo--...
Eko menghindari tatapan bosnya yang meminta penjelasan kepadanya sedari tadi. Dia terus pura-pura sibuk dan tak peduli. Dia memang harus mengambil resiko untuk membuktikan teorinya. Tak apa jika nanti Saddam akan membentak atau memelototinya karena telah membuat bosnya duduk di sebelah wanita yang bernama Veronica itu.
Eko baru memperhatikan di perjalanan pertama mereka, bahwa Saddam terlihat sering memperhatikan Veronica.
Dan dugaannya benar, baru saja dilihatnya Saddam menyelimuti Vero diam-diam.
Eko merasa sangat bahagia, setelah sekian lama baru kali ini bosnya itu terlihat peduli dengan orang lain.
...--oOo--...
Jantung Vero benar-benar tidak bisa diajak berkompromi saat pramugari menunjukkan kursi yang akan didudukinya sebelas jam ke depan berada di sebelah Saddam.
Entah kebetulan atau memang telah diatur oleh seseorang, Vero sangat kesal karena harus duduk bersebelahan dengan pria yang nyaris tak pernah berbicara itu.
"Gua langsung tidur aja kali ya... Jadi gua ga perlu basa-basi." Vero berbicara di dalam hati.
Posisi Rully terlalu jauh untuk melihat bagaimana reaksi pria itu melihatnya terjebak di sebelah Saddam.
Sesaat setelah pesawat stabil berada di udara, Vero membaringkan badannya membelakangi Saddam yang masih tekun berkutat dengan bacaannya.
Rasa kantuk yang sudah menyerangnya sejak berada di lounge ternyata sangat membantu.
Matanya langsung terpejam dan perlahan dirinya merasa sudah terombang-ambing di alam setengah sadar.
Mungkin Vero baru tertidur setengah jam saat dirinya merasa seseorang menutupi badannya dengan selimut.
Awalnya Vero mengira bahwa itu adalah pramugari, tapi saat dia menyadari jika dirinya tidur menghadap lorong dan tak ada seorang pun yang berdiri di hadapannya, Vero segera menyadari sesuatu.
Saddamlah yang telah merentangkan selimut dan menutupi tubuhnya yang meringkuk kedinginan.
"Ni laki ngapain sih? Biarin aja. Gua ga minta diselimutin." Vero menggerutu dalam hati.
Vero memejamkan matanya rapat-rapat dan bersyukur karena rambutnya jatuh menutupi wajah hingga tak memperlihatkan matanya yang masih setengah terbuka.
Saat mengira Saddam telah selesai, Vero menarik nafas lega meski tubuhnya terasa menegang karena gelisah dan detak jantungnya masih berdebar tak beraturan.
Tiba-tiba jari tangan yang terasa hangat menyentuh pipinya, jari-jari tangan itu mengangkat rambutnya yang terjuntai ke wajah dan menyelipkan ke belakang telinganya.
Jari-jari tangan itu begitu hangat saat tersentuh pipinya. Vero memejamkan mata dan kembali hanyut tertidur.
...***...
...Mohon dukungan atas karyaku dengan like, comment atau vote ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Nana Maryani
mbabang saddam biasa dugem kuat melek lah pa lagu sebelahnya cewek ga bisa banget liat cewek nganggur
2024-03-14
0
Mytha🕊
aiiiih kok aku yg jadi senyum2 ini liat saddam sama vero 😄
2024-03-09
0
Dewi Sri
saya datang kak jus, saya dah baca yg 1 dan itu sangat ngeri.
2024-03-06
0