6. Bola Mata Coklat Muda

"Jadi gimana? Lu dah dapet izin dari Om Rizal?" Rully bertanya pada Vero sambil duduk di atas motornya yang telah distandar ke samping.

"Udah, gampang, aman, santai aja lu" Vero menjawab sambil bersandar dan memeluk Yana manja yang duduk di sebelahnya.

"Santai...santai... yang ada ntar gua diomelin kalo ke rumah." Rully menggerutu.

Vero tertawa sambil mencoba menendang ujung sepatu Rully yang berada dekat kakinya.

"Emang kalian harus gitu ya? berangkat sejauh itu?" Yana mengedikkan bahunya tempat di mana kepala Vero bersandar.

"Lu jangan nanya gua, laki lu tuh yang nantangin gua ikut. Meski sebenarnya gua emang penasaran banget ama cerita spekulasi soal makhluk yang mendiami hutan itu. Manusia atau spesies lain sih? Kenapa belom ada jurnal yang ngebahas itu. Gua udah capek nyarinya. Misteri banget." Vero berkata antusias sambil menegakkan tubuhnya.

"Makhluk? Kayaknya masih sejenis manusia deh. Suku asing pedalaman mungkin. Sejenis itulah, ntar kita liat aja. Sapa tau bisa diajak foto-foto. Nama kita bakal jadi headline di majalah travel sebagai orang pertama yang berhasil ngabadiin foto mereka. Apalagi bayaran si Saddam gede banget." Rully mengangkat-angkat alisnya menatap tunangannya dan Vero bergantian.

"Modal lu kawin dong." Vero mencibir

"Emang." Rully tertawa sambil mengacak sayang rambut tunangannya.

"Itu Rizky beneran harus ikut?" Vero sedikit cemberut.

"Kita perlu dia, meski pecicilan ga jelas tapi tuh anak masih ada gunanya. Kalo kita kesulitan di sana, mungkin kita bisa manfaatin koneksi dia di WWF. Yah lu tahan-tahan dikitlah dengan keganjenan doi." Rully tertawa melihat Vero yang langsung menatapnya sinis.

"Geli gua, maunya nempelin mulu. Kayak ga ada kerjaan aja." Vero cemberut.

"Ya kerjaannya nempelin elu dong Ver..." Yana berkata sambil memeluk Vero.

"Lagian ditaksir cowo cakep tapi cuek aja, jadian aja deh. Sekali-sekali ngerasain yang namanya pacaran." Rully menjitak pelan jidat Vero.

"Engga ah. Ga minat gua ama dia." Vero berdiri dari duduknya.

"Yuk Yan, cari duit" Vero menarik lengan Yana yang masih terlihat nyaman duduk di bangku halaman depan laboratorium.

"Hati-hati di jalan pulang ya Yang..." Yana menatap Rully seolah tak rela dirinya diseret masuk ke dalam gedung oleh Vero.

"Kamu juga hati-hati ya nemenin perempuan itu di lab..." Rully terkekeh sambil menyalakan motornya.

Tak berapa lama Vero dan Yana sudah memakai seragam labnya dan menghadapi semua peralatan yang berantakan karena eksperimen Vero kemarin malam.

"Buruan kita harus cepat beresin ini semua sebelum ada orang lain dateng." Vero bergegas memunguti tabung-tabung kecil yang bergelimpangan di atas meja.

"Lagian nafsu banget sih lu pengen nemuin vaksin yang hampir ga masuk akal itu." Yana berkata sambil mengambil sebuah plastik hitam sebagai tempat sampah.

"Lu bayangin kalo lu hamil beberapa bulan dan bayi lu dideteksi punya kelainan kromosom. Vaksin yang gua pengen bikin ini, untuk memperbaiki kelainan itu sejak si bayi berada di dalam kandungan. Biar bayinya lahir normal." Vero berbicara sambil terus mengembalikan semua peralatan pada tempatnya.

"Tapi itu hampir mustahil Ver..." Yana menyahut tanpa menoleh.

"Dengan beberapa persilangan genetik mungkin ga mustahil juga Yana sayang..."

"Tapi mau kamu cobain ke siapa? Aku aja serem bayanginnya. Gimana kalo lahirnya malah jadi makin aneh." Yana menghentikan kegiatannya dan menatap Vero. Tapi Vero hanya diam tak acuh melanjutkan kegiatannya.

Kemarin malam Vero yang sudah sangat frustasi karena kelelahan dan melihat hasil eksperimen bahannya tak mencapai hasil yang memuaskan merasa tak sanggup membereskan semua peralatan yang telah digunakannya di dalam lab itu.

Menghubungi Yana dan meminta bantuannya di pagi hari adalah jalan ninja Vero agar dirinya tak tertangkap basah mempergunakan laboratorium perusahaan untuk kepentingan pribadinya.

...--oOo--...

Vero dan Yana keluar dari gedung lab berjalan beriringan sambil mengaitkan lengan satu sama lain seperti dua orang anak kembar yang tak terpisahkan.

Di bangku halaman telah duduk Rully yang sangat setia mengantar jemput tunangannya seperti ingin menghabiskan banyak waktu dengan Yana sebelum bertolak ke Afrika Selatan beberapa hari ke depan.

"Bonceng gua lagi dong sampe halte bus." Vero merengek manja kepada Yana.

"Lu pulang ama dia aja." Rully mengarahkan pandangannya ke arah sebuah motor besar yang memelankan laju kecepatannya menuju ke arah mereka.

Itu Rizky. Pria berumur 29 tahun yang bekerja di WWF dan merupakan pegiat alam yang sering keluar-masuk hutan.

Rizky mengenal Vero pertama kali di sebuah acara yang diadakan oleh kampus wanita itu. Saat itu Vero yang cantik berwajah oriental dengan rambut lurus sepinggang dan mengenakan kacamata minus serta tidak banyak bicara kepada orang-orang di sekelilingnya sangat menarik perhatian Rizky.

Sejak saat itu Rizky yang selama ini tidak pernah sulit mendapatkan wanita dengan bermodal wajah tampan dan motor besar idaman gadis-gadis muda merasa tertantang dengan sikap acuh tak acuh Vero padanya.

Rizky yang terlalu sering menempeli Vero kemana-mana membuatnya secara tak sengaja akrab dengan pasangan Rully dan Yana.

"Gua ogah ah pulang bareng dia." Vero menuju motor Rully dan mendorong tubuh Yana yang telah duduk di atas boncengan agar memberinya ruang.

Yana yang tampaknya ingin sahabatnya itu segera punya pacar membuat tubuhnya sekaku mungkin agar Vero tak berhasil mendapatkan tempat duduk di boncengan.

"Udah di sini aja." Rizky berkata sambil membuka helm yang membuat rambut depannya langsung turun.

Vero memang harus mengakui jika Rizky adalah sosok ganteng dan ramah. Tapi Vero yang introvert sering terganggu dengan keramahan pria itu.

Alih-alih ingin mengunjungi kediaman Vero, Rizky malah beberapa kali mengajaknya untuk main ke apartemen tempat tinggal pria itu.

Vero bergidik membayangkan apa yang akan terjadi jika dirinya berduaan dengan Rizky yang agresif di dalam apartemen itu.

Jelas tidak mungkin jika Rizky hanya mengajaknya bermain catur atau monopoli.

"Yuk ah, kita nongkrong dulu sekalian ngobrolin soal ketemuan ama bos baru kita besok." Rully berteriak dari depan yang berhasil membuat Vero buru-buru menuju ke boncengan motor besar Rizky.

Dengan tubuh kaku Vero meletakkan tasnya di antara punggung Rizky dan dadanya. Dirinya benar-benar tak rela jika punggung Rizky harus merasakan benda empuk dan kenyal sambil mengemudi.

...--oOo--...

Hari senin pagi berikutnya, Vero absen dari laboratorium dengan alasan sakit untuk menepati janjinya kepada Rully bahwa mereka semua akan menemui orang yang menawarkan proyek kepada mereka.

Dengan mengenakan celana hitam, kaos putih dan blazer casual berwarna abu-abu dan sepasang sneakers Vero berangkat dengan dijemput oleh Rully.

Itu pun setelah dirinya bersikeras pada Rully bahwa dia tidak akan mau berangkat jika Rizky yang menjemputnya. Vero tak mau terdiam dalam suasana kaku karena tak sanggup meladeni ocehan dan candaan Rizky yang menurutnya terlalu ramai.

Rully dan Vero tiba lebih pagi di sebuah gedung kantor besar dan langsung menuju lantai 16 tempat di mana sang direktur berada.

Seorang sekretaris seksi dan cekatan meminta mereka menunggu di sebuah ruangan tertutup. Wanita itu mengatakan akan memanggil mereka jika bosnya sudah siap menerima tamu di ruangannya.

Vero yang sedari tadi mengamati seluruh bagian kantor mewah itu bertanya-tanya pria seperti apakah yang memiliki perusahaan itu.

Rully hanya mengatakan kepada Vero jika orang yang menawarkan proyek besar itu kepada mereka adalah sosok pria lajang dan cukup tenar di berbagai club mewah di Jakarta.

Vero membayangkan sosok pria pecicilan dan banyak bicara seperti layaknya Rizky yang juga merupakan pria playboy dan genit.

"Ly, Saddam itu orangnya gimana?" Vero bertanya setengah berbisik kepada Rully. Tapi karena ruangan itu kosong suara Vero terdengar sangat jelas.

"Gimana apanya? Entar lagi juga ngeliat sendiri. Pokoknya elu jangan pandang mata dia lama-lama." Rully yang sedang membuka-buka sebuah majalah menjawab tanpa menoleh kepada Vero.

"Emang kenapa? Kalo dia ngajak gua ngomong gimana? Trus gua harus mandang apanya dong? Anunya?" Vero menjawab Rully dengan sedikit kesal.

Mendengar perkataan Vero, Rully tertawa keras sambil mengibaskan majalahnya ke arah Vero.

"Denger ya, gua aja yang laki-laki tulen ngerasa Saddam tuh punya sesuatu yang bener-bener menarik. Penuh kharisma gitu. Terkesan dingin dan ga perlu ama orang lain. Tapi sorot matanya kayak ada sedih-sedihnya gitu" Rully berkata sambil menerawang mencoba membayangkan sosok Saddam saat pertemuan terakhir mereka.

"Ada sedih-sedihnya gimana? Matanya tadi emang kenapa? Juling? Elu yang jelas dong."

"Elu liat aja deh sendiri. Kalo ngeliat dia tuh, gua ngerasa wajar kalo dia gampang dapetin cewe. Hati-hati lu jangan sampe jatuh cinta." Rully kembali membuka majalahnya.

"Jatuh cinta sama laki-laki kayak gitu? Hih!" Vero mencibir.

Rully baru saja akan menarik rambut panjang Vero ketika pintu terbuka dan mereka melihat Rizky datang.

"Gua ga telat kan?" Rizky berkata sambil menghempaskan tubuhnya di sofa yang sama dengan Vero.

"Engga, belom." Rully menjawab sambil menoleh ke arah pintu. Dia merasa karena personil mereka saat ini sudah lengkap, harusnya sekretaris tadi sudah memanggil mereka.

"Cantik banget sih," Rizky berkata pada Vero sambil berusaha mencolek pipi wanita itu.

Vero menghindar dengan sebal,

"Apaan sih."

Pintu kembali terbuka dan sekretaris seksi yang mereka lihat pertama kali tadi berdiri di pintu dengan senyum mengembang.

Rizky yang merupakan pemuja wanita seksi dan cantik setengah terperangah melihat wanita yang mengenakan rok sangat pendek dengan ukuran dada yang luar biasa itu berdiri di depan pintu.

"Mari ikut saya, Pak Saddam-nya udah berada di ruangan." Sekretaris tadi tetap berdiri di depan pintu untuk menunggu mereka semua bangkit.

Rully mendahului mereka semua untuk keluar dari ruangan. Dan ketika semua sudah keluar, sekretaris tadi dengan cekatan berjalan mendahului mereka menuju pintu ruangan bosnya.

Suara sepatu hak tingginya mengetuk-ngetuk di lantai dengan keras. Laki-laki mana saja yang berada di belakang perempuan itu pastilah akan memandang ke bagian bokong wanita itu yang hanya tertutup kain sejengkal.

Vero mencibir membayangkan pria seperti apa yang membiarkan sekretarisnya berpakaian hampir telanjang seperti itu.

Sekretaris tadi kembali masuk ke dalam ruangan dan menutup pintunya, Vero berdiri di luar dengan ekspresi tidak sabar karena merasa mereka kini seperti rombongan organisasi pemuda setempat yang sedang meminta sumbangan untuk acara 17-an ke kantor-kantor.

Vero masih akan melanjutkan omelannya di dalam hati ketika si sekretaris kembali membuka pintu dan mengangguk ke arah mereka.

Rully melangkah masuk lebih dulu dan menyapa,

"Selamat Pagi Pak Saddam."

"Pagi Rully," Pria yang disapa Rully menjawab dengan senyum sambil menyapukan pandangannya kepada dirinya dan Rizky yang berdiri di sebelah Rully.

Rasa penasaran Vero soal kata-kata Rully soal mata Saddam terjawab.

Vero tak pernah melihat mata laki-laki sebagus yang dimiliki oleh laki-laki yang saat itu sedang berdiri di depan mereka.

Laki-laki yang jelas terlihat memiliki gen timur tengah dengan tubuh tinggi langsing semampai, berhidung mancung dan jambang yang turun hingga ke bawah telinganya benar-benar membuat tampilan pria itu benar-benar jantan.

Jika Rizky bisa dibilang cukup tampan, ketampanan yang dimiliki Saddam bisa dibilang berbeda. Tak heran dia cukup terkenal di kalangan para wanita.

Tampan dan kaya ternyata benar-benar perpaduan yang sangat menjanjikan.

Vero melihat mata Saddam sekilas dan merasakan jika sedari tadi pria itu menatap dengan pandangan yang tidak dimengerti olehnya.

Vero merasa salah tingkah dan sedikit terintimidasi dengan tatapan pria itu. Secepat kilat dirinya mengalihkan pandangan kepada berbagai benda yang berada di dalam ruangan kantor saat itu.

Sambil sesekali membetulkan letak kacamatanya, dia masih berdiri dan sekarang mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

Merasa pandangan Saddam masih terus-terusan mengarah padanya, Vero memberanikan diri mengalihkan pandangan langsung menatap pria itu.

"Pagi Pak," Veronica berhasil mengeluarkan suara tercekat saking gugupnya.

"Kamu?" Pria di depannya bertanya dengan tatapan terpana. Saddam melihatnya seperti melihat sosok hantu yang pernah ditemuinya.

"Veronica. Panggilnya Vero aja" Vero mengangkat alis melirik tangannya yang telah terulur ke depan untuk menyadarkan pria itu.

Menyadari isyaratnya, Saddam menyambut uluran tangan Vero.

"Saddam" Saddam menyebutkan namanya dengan tatapan yang belum lepas dari wajahnya.

"Rully bener...Rully bener. Mata laki-laki ini kesannya berbahaya. Tapi emang bagus banget." Suara dalam kepala Vero berteriak-teriak mengingatkan.

Sosok dengan bola mata teduh berwarna coklat muda dengan bulu mata lentik itu masih berdiri di depannya.

Vero hanya bisa mengangguk-angguk dengan membuat ekspresi tak peduli sambil menatap papan akrilik di belakang meja kerja.

Entah kenapa sekarang Vero merasa terganggu dengan kehadiran sekretaris berpakaian setengah telanjang yang masih berdiri di dekat mereka.

Dirinya tak mengerti kenapa tiba-tiba dia berharap bahwa hubungan Saddam dan sekretarisnya benar-benar merupakan hubungan profesional.

...***...

...Mohon dukungan atas karyaku dengan like, comment atau vote ...

Terpopuler

Comments

Mytha🕊

Mytha🕊

sampe sini alu baru paham... berrti yg tabrakan sama babang pirja di bandara yg pada mw ke afrika selatan trus tas alya jatoh itu saddam yaaa punya anak guanteng.... i know...i know

aaaah kereeen laaah karyamu thor, best... bisa nyambung gitj n gak gampang di tebak 🥰🥰

2024-03-09

0

saddam dan vero ... sama sama jatuh cinta pada pandangan pertama.

2024-03-04

0

kalau menggunakan peralatannya saja masih bisa sembunyi sembunyi, tapi bahan untuk melakukan eksperimennya ?

kalau vero memakai bahan dari instansi lambat laun akan ketahuan karena adanya pengeluaran janggal. tapi kalau keluar dari kantong pribadi, berapa uang yang harus digelontorkan vero ?

2024-03-04

0

lihat semua
Episodes
1 1. Percakapan Terakhir
2 2. Sekretaris
3 3. Ibu
4 4. Fotografer
5 5. Peneliti
6 6. Bola Mata Coklat Muda
7 7. Pecinta
8 8. Keberangkatan
9 9. Transit
10 10. Ketibaan
11 11. Johannesburg
12 12. Sudut Pandang
13 13. Keluarga
14 14. Another Strangers
15 15. Berkumpul
16 16. Hawa Dingin
17 17. Kokwane
18 18. Fakta
19 19. Follow Me
20 20. Shock Therapy
21 21. Kabut Tebal
22 22. Malam Dingin Pertama
23 23. Awal Mula
24 24. Dalam Sebuah Kastil
25 25. Bayi Pertama
26 26. Akhir Penantian
27 27. Suara Nafas
28 28. Guncangan
29 29. Cause of Me
30 30. Terpisah
31 31. Mulai Gelap
32 32. Hanyut
33 33. I Will Find You
34 34. Skin to Skin
35 35. Let's Get It On
36 36. Canggung
37 37. Penculikan
38 38. The Last Porter
39 39. Di Sepanjang Lembah
40 40. Asisten Ulung
41 41. Nasib Rizky
42 42. Di Dalam Gendongan
43 43. Pergumulan
44 44. Serum Terakhir
45 45. Before You Go
46 46. Petarung
47 47. Wait For Me
48 48. Pria di Kursi Roda
49 49. Tuan Rumah
50 50. The Laboratory
51 51. Cucu Bungsu
52 52. Bukan Teman Pilihan
53 53. Teman ??
54 54. Trespass
55 55. Save You
56 56. The Real Fight
57 57. Kecupan Di Pipi
58 58. Ledakan Terakhir
59 59. Tatoo
60 60. Kritis
61 61. Menunggu
62 62. Ketika Tuan Enzo Sadar
63 63. Istri ?
64 64. Mulai Janggal
65 65. Kembalinya Ingatan
66 66. So What?
67 67. The Conclusion
68 68. Mahasiswi Miskin
69 69. Rully Ngambek
70 70. Di Atas Parit
71 71. Masih Butuh Waktu
72 72. Menanggalkan Kenangan
73 73. Pesona Tuan Enzo
74 74. Pindahan
75 TERIMA KASIH PEMBACA
76 75. Basecamp Baru
77 76. Panas
78 77. Ya atau Tidak ?
79 78. Interview oleh Vero
80 79. Kastil Saddam
81 80. Pandangan Veronica
82 81. Canggung (lagi)
83 82. Kejutan
84 83. Kejutan (2)
85 84. I Want You to The Bone
86 85. Beautiful
87 86. Handsome
88 87. Singa Betina
89 88. Secret Villa
90 89. I Belong To You
91 90. Last Day
92 91. Ngambek
93 92. Curhat Saddam
94 93. Apologize
95 94. Early Morning
96 95. Untuk Sahabatku, Rully
97 96. Hadiah Wisuda
98 97. Menyambut Dunia Baru
99 98. Tetap Di Sampingku
100 99. Arriving at Moskwa
101 100. Pertemuan Bisnis
102 101. Menjadi Istrinya
103 102. Jangan Tidur
104 103. A Mother
105 104. Hai Zach!
106 105. Afrika Selatan ?
107 106. Tiba di Masa Depan
108 EXTRA PART 1
109 EXTRA PART 2
110 EXTRA PART 3 : IN THE END
Episodes

Updated 110 Episodes

1
1. Percakapan Terakhir
2
2. Sekretaris
3
3. Ibu
4
4. Fotografer
5
5. Peneliti
6
6. Bola Mata Coklat Muda
7
7. Pecinta
8
8. Keberangkatan
9
9. Transit
10
10. Ketibaan
11
11. Johannesburg
12
12. Sudut Pandang
13
13. Keluarga
14
14. Another Strangers
15
15. Berkumpul
16
16. Hawa Dingin
17
17. Kokwane
18
18. Fakta
19
19. Follow Me
20
20. Shock Therapy
21
21. Kabut Tebal
22
22. Malam Dingin Pertama
23
23. Awal Mula
24
24. Dalam Sebuah Kastil
25
25. Bayi Pertama
26
26. Akhir Penantian
27
27. Suara Nafas
28
28. Guncangan
29
29. Cause of Me
30
30. Terpisah
31
31. Mulai Gelap
32
32. Hanyut
33
33. I Will Find You
34
34. Skin to Skin
35
35. Let's Get It On
36
36. Canggung
37
37. Penculikan
38
38. The Last Porter
39
39. Di Sepanjang Lembah
40
40. Asisten Ulung
41
41. Nasib Rizky
42
42. Di Dalam Gendongan
43
43. Pergumulan
44
44. Serum Terakhir
45
45. Before You Go
46
46. Petarung
47
47. Wait For Me
48
48. Pria di Kursi Roda
49
49. Tuan Rumah
50
50. The Laboratory
51
51. Cucu Bungsu
52
52. Bukan Teman Pilihan
53
53. Teman ??
54
54. Trespass
55
55. Save You
56
56. The Real Fight
57
57. Kecupan Di Pipi
58
58. Ledakan Terakhir
59
59. Tatoo
60
60. Kritis
61
61. Menunggu
62
62. Ketika Tuan Enzo Sadar
63
63. Istri ?
64
64. Mulai Janggal
65
65. Kembalinya Ingatan
66
66. So What?
67
67. The Conclusion
68
68. Mahasiswi Miskin
69
69. Rully Ngambek
70
70. Di Atas Parit
71
71. Masih Butuh Waktu
72
72. Menanggalkan Kenangan
73
73. Pesona Tuan Enzo
74
74. Pindahan
75
TERIMA KASIH PEMBACA
76
75. Basecamp Baru
77
76. Panas
78
77. Ya atau Tidak ?
79
78. Interview oleh Vero
80
79. Kastil Saddam
81
80. Pandangan Veronica
82
81. Canggung (lagi)
83
82. Kejutan
84
83. Kejutan (2)
85
84. I Want You to The Bone
86
85. Beautiful
87
86. Handsome
88
87. Singa Betina
89
88. Secret Villa
90
89. I Belong To You
91
90. Last Day
92
91. Ngambek
93
92. Curhat Saddam
94
93. Apologize
95
94. Early Morning
96
95. Untuk Sahabatku, Rully
97
96. Hadiah Wisuda
98
97. Menyambut Dunia Baru
99
98. Tetap Di Sampingku
100
99. Arriving at Moskwa
101
100. Pertemuan Bisnis
102
101. Menjadi Istrinya
103
102. Jangan Tidur
104
103. A Mother
105
104. Hai Zach!
106
105. Afrika Selatan ?
107
106. Tiba di Masa Depan
108
EXTRA PART 1
109
EXTRA PART 2
110
EXTRA PART 3 : IN THE END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!