5. Peneliti

Keesokan harinya di tempat yang sama, Rully sedang mencoret-coretkan pena di agendanya. Seperti yang lalu, dia tiba lebih dulu di kafe yang sama untuk bertemu Saddam.

Sepuluh menit berlalu, Saddam yang ditunggunya tampak mendorong pintu kafe dengan tangan kanannya dan tangan kirinya terlihat memegang sebuah benda yang hampir sama dengan benda yang dicoret-coretnya sekarang. Sebuah agenda.

Rully mengira pria itu datang sendirian, tapi tampaknya seorang pria berkacamata mengikuti langkahnya dari belakang.

Setelah berbasa-basi dan memesan minuman, Rully dan Saddam berbicara serius dengan sesekali melihat dan mencatatkan sesuatu di dalam agenda masing-masing.

Pria berkacamata yang merupakan asisten sekaligus supir Saddam duduk di meja yang hanya berjarak 30 senti dari meja mereka.

"Jadi seorang mahasiswi S3 dan seorang lagi pecinta alam?" Saddam mengernyit sambil mengetuk-ngetukkan penanya ke agenda.

"Pegiat alam. Bekerja di WWF. Dan pengalamannya dengan hutan liar luar negeri lumayan banyak." Ujar Rully.

"Kalian berteman?"

"Gua dan Vero temen sejak kecil, dia udah kayak adek gua sendiri. Tunangan gua, satu kerjaan ama Vero. Ehem." Rully berdehem dan seperti menilik reaksi Saddam saat dirinya mengatakan kata tunangan.

Saddam menyadari ekspresi Rully yang seperti menunggunya untuk bertanya soal kehidupan pribadi pria itu. Tapi Saddam tak tertarik sama sekali. "Hmmm, oke. Yang satunya? Temenan juga?"

"Yang satu orang lagi, namanya Rizky. Gua ga tau mereka kenalnya gimana, tapi bisa dibilang Rizky ini temenan ama Vero udah lama. Kalo gua ngeliat sih, Rizky ini tergila-gila ama Vero yang kayaknya cuma mau temenan. Tapi dibalik itu mereka adalah orang-orang profesional yang cinta banget ama kerjaannya. Vero udah lama nyari sesuatu untuk bahan penelitian disertasinya, dan waktu gua ceritain soal mitos makhluk aneh yang tinggal di hutan itu. Dia tertarik banget pengen ikut."

"Dan Rizky?" Saddam bertanya.

"Dia mungkin hanya sekedar berwisata menemani sambil mengekori Vero dengan senang hati. Tapi kita perlu tanda pengenal dan koneksi Rizky di WWF jika kita kesulitan masuk ke hutan itu." Rully menekankan kalimat terakhirnya seolah mengingatkan Saddam.

"Kalo lu yakin, gua oke aja. Yang penting, ga ganggu rencana gua. Oya, nantinya sebelum masuk ke hutan, gua bakal ngunjungi kakak perempuan gua yang tinggal di Cape Town. Jadi selama gua mampir ke sana, gua minta lu yang urus soal penduduk lokal yang bakal jadi pemandu kita. Gimana? Sanggup lu? Gua bayar semuanya." Saddam sedikit mendongak angkuh menatap Rully yang menyulut sebatang rokok.

"Fine. Gua yang beresin. Lu terima beres. Jadi deal kan? Kita semua 4 orang?" Rully mengeluarkan sisa asap dari mulutnya.

"Oke, 4 orang." Saddam mengangguk.

"Saya Pak?" Eko yang sedari tadi diam kini bersuara bertanya pada Saddam.

"Ya? Emang kenapa kamu?" Saddam menoleh kepada asistennya dengan wajah tak mengerti.

Rully juga ikut mengernyit menatap Eko yang mengedipkan matanya dan membetulkan letak kacamatanya dengan cepat.

"Saya ndak dihitung? Saya mau ikut Pak, kita berlima. Bukan berempat." Eko menatap bosnya dengan pandangan sedikit kecewa karena merasa dilupakan.

"Engga Ko. Kita mau masuk ke hutan liar Afrika. Bukan ide bagus kamu ikut kita ke sana. Bahaya Ko. Jangan ngawur." Saddam menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengangkat cangkir teh.

"Saya harus ikut Pak Saddam. Saya udah janji sama Ibunya Pak Saddam buat jagain Bapak. Saya ga akan biarin Pak Saddam pergi sendirian ke sana." Gantian Eko yang menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengangkat cangkir tehnya.

"Gua bilang engga boleh." Saddam melotot ke arah Eko seperti seorang Ibu yang melarang anaknya membeli mainan.

"Kalo saya ga boleh ikut, saya resign aja." Eko cemberut sambil meremas-remas tas kerja yang berada di pangkuannya.

"Eh, kamu kok gitu sih?" Saddam menarik ujung kemeja Eko yamg duduk sedikit membelakangi bosnya.

Rully yang geli melihat perubahan atmosfer di antara mereka sedikit terkekeh sambil menghisap rokoknya.

Dia tak menyangka Saddam yang terlihat angkuh dan egois itu ternyata begitu khawatir ditinggalkan asistennya.

Menyadari Rully yang tertawa melihat dirinya membujuk Eko yang merajuk seperti seorang istri yang meminta ikut suaminya bepergian, Saddam menghela nafas panjang.

"Oke--oke, lu ikut. Ngambek mulu lu kayak ibu-ibu menopause." Saddam memasang tampang sebal yang tampaknya tidak begitu dipedulikan Eko yang tampak langsung riang melahap cemilannya.

Dan kelima orang itu akan berangkat ke hutan di tepi kota kecil Afrika Selatan dengan rasa penasaran dan tujuannya masing-masing.

Rully yang berencana akan mendapatkan foto spektakuler tentang alam liar, Veronica yang berharap akan bertemu dengan spesies makhluk aneh yang bisa dijadikannya objek penelitian, Rizky yang berkhayal bisa melakukan banyak hal romantis untuk mendekati Vero, Saddam yang ingin menemukan titik terang soal hilangnya sang Ibu dan Eko yang setia tak mau melepaskan bosnya yang telah yatim piatu bepergian seorang diri masuk ke hutan tanpa seorang pun yang bisa dipercayainya.

Tanpa pernah mereka semua perhitungkan, keenam makhluk buas yang telah dilepaskan kembali ke hutan itu telah tumbuh menjadi enam sosok yang sangat lihai dan jauh dari kata primitif.

...***...

"Pergi-pergi saja, Afrika Selatan pula. Anak gadis jaman dulu itu banyak diam di rumah. Paling jauh pun mainnya ke rumah teman. Tak ada yang masuk hutan Afrika." Papa Vero yang bersuku Padang mengomel dengan dialek Sumatera Barat yang terdengar masih kentara meski sudah lama tinggal di Jakarta.

"Apa sih pagi-pagi udah berisik aja?" Mama Vero yang keturunan asli Tionghoa bermata sipit mendekati meja makan dengan sebuah panci kecil yang masih mengeluarkan asap.

"Biasa Papa tuh Ma.. Kalo ngasi izin ke Vero ga afdol banget kalo ga pake ngomel." Vero cemberut.

"Ngeles aja kamu. Mau kelayapan lagi di luar negeri. Bilang ke anakmu Ma, kapan S3-nya selesai? Jangan kerjanya cuma penelitian-penelitian ga jelas" Papa Vero masih mengomel sambil memegang gelas berisi jus jeruk yang tinggal sedikit.

"Ya Papa bilang sendiri. Anak Papa itu duduk di sebelah ngomongnya kok ke Mama terus." Mama Vero protes sambil mengisi piringnya dengan nasi.

"Papa tak pernah minta tolong ke kamu. Sekali-sekalinya minta tolong tak mau bantuin Papa." Kini Papanya berhenti mengoleskan mentega ke roti dan menatapnya.

"Abis minta tolongnya begitu. Ada-ada aja. Serem amat. Gak mau ah. Vero ga minat." Vero mengangkat bahunya membuat ekspresi bergidik.

"Vero berangkat dulu ya, kasian Yana kalo harus beresin lab sendirian. Kemarin berantakan banget soalnya." Vero bangkit mencium pipi Papanya yang masih memasang wajah sebal dan Ibunya yang acuh tak acuh menyantap nasi hainan yang ada di depannya.

"Inget yang Papa bilang, Papa udah janji." Papa Vero setengah berteriak kepada putrinya yang sudah bergegas pergi.

Mendengar perkataan papanya, Vero hanya melambaikan tangan kanannya tanpa menoleh.

Vero bekerja di sebuah laboratorium farmasi dari salah satu perusahaan obat terbesar di Indonesia yang memproduksi obat-obatan dan vaksin.

Dia bekerja pada bagian Medis dan Regulasi yang memastikan bahwa efektifitas serta efek samping produk-produk yang diproduksi dipantau secara berkesinambungan.

Perusahaan tempatnya bekerja merupakan mitra Global Alliance for Vaccines & Immunization (GAVI).

Di samping memang sangat mencintai pekerjaannya, Vero sering memakai laboratorium tempatnya bekerja untuk melakukan eksperimen-eksperimen pribadinya.

Meski itu termasuk suatu hal yang ilegal untuk dilakukan, tapi hingga kini dia masih lancar menggunakan lab perusahaan di luar jam kerja dengan bantuan Yana, satu-satunya sahabat Vero di tempat itu.

Di umurnya yang menginjak 27 tahun Vero sedang menjalani pendidikan S3 Ilmu Farmasi-nya di salah satu universitas negeri nomor satu di Indonesia.

Pagi itu Vero berangkat lebih cepat dari biasanya bukan hanya karena ingin membantu Yana membereskan kekacauan yang disebabkannya kemarin sore, tapi juga tak sabar bertemu Rully tunangannya Yana yang juga merupakan sahabat dekatnya sedari kecil.

Rully sudah mengenal Vero sejak wanita itu masuk TK pertama kali yang tak jauh dari komplek rumah mereka saat itu.

Rully yang sudah mengenakan seragam SD sering menggandeng tangan gadis kecil yang sejak dulu sudah diakuinya sebagai adik untuk bersama-sama jalan menyusuri komplek perumahan pegawai milik salah satu Kementerian di mana mereka tinggal.

Tumbuh besar dalam lingkungan yang sama dengan selisih usia enam tahun, membuat mereka sangat dekat seperti kakak-adik.

Dan sekarang, ketika keduanya sudah beranjak benar-benar dewasa dan tinggal di daerah yang berbeda hubungan keluarga mereka masih sama dekatnya. Apalagi ayah mereka merupakan pensiunan dari Departemen Kementerian yang sama.

Kini Rully sudah bertunangan dengan teman dekat Vero hasil dari keberhasilan perjodohan yang direncanakan sempurna oleh wanita itu.

Ketika melihat Rully yang depresi karena putus cinta, Vero mengenalkannya dengan Yana yang sederhana dan baik hati.

Tak perlu waktu lama bagi Rully untuk meyakinkan bahwa Yana adalah wanita yang dicarinya untuk pendamping hidup di usianya yang sudah menginjak 33 tahun. Dalam waktu dekat mereka akan melangsungkan pernikahan.

Vero sangat bahagia melihat dua orang yang begitu disayanginya bisa bersama-sama. Meski sering membayangkan memiliki hubungan percintaan semanis hubungan Rully dan Yana, tapi predikat jomblo masih betah disandangnya.

Vero tak ingin menjalin hubungan yang dia rasa bisa menghambat semua obsesi dan impiannya. Dia merasa tak perlu hal itu sekarang-sekarang ini.

Vero baru saja menyusuri jalanan menuju laboratorium yang terletak pada bagian belakang komplek perkantoran ketika suara klakson sepeda motor terus-terusan berbunyi di belakangnya.

Merasa tak asing dengan suara itu, Vero menoleh dan tersenyum lebar.

"Yuk naik." Yana memajukan letak duduknya untuk memberikan ruang pada Vero di boncengan sepeda motor Rully.

"Udah deket kok." nada suara Vero ragu tapi jelas tersirat dia tak keberatan untuk ikut.

"Ah bacot. Buruan." Rully berseru dari depan motor.

Vero dan Yana tertawa dan kemudian tak berapa lama mereka sudah berhimpit-himpitan bertiga di atas satu motor menuju gedung laboratorium.

...***...

...Mohon dukungan atas karyaku dengan like, comment atau vote ...

Terpopuler

Comments

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

🫣🫣🫣

2024-11-10

1

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

nanti d dalam hutan malah kebalik😄

2024-11-10

0

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

😁😁😁😁😁😁

2024-11-10

0

lihat semua
Episodes
1 1. Percakapan Terakhir
2 2. Sekretaris
3 3. Ibu
4 4. Fotografer
5 5. Peneliti
6 6. Bola Mata Coklat Muda
7 7. Pecinta
8 8. Keberangkatan
9 9. Transit
10 10. Ketibaan
11 11. Johannesburg
12 12. Sudut Pandang
13 13. Keluarga
14 14. Another Strangers
15 15. Berkumpul
16 16. Hawa Dingin
17 17. Kokwane
18 18. Fakta
19 19. Follow Me
20 20. Shock Therapy
21 21. Kabut Tebal
22 22. Malam Dingin Pertama
23 23. Awal Mula
24 24. Dalam Sebuah Kastil
25 25. Bayi Pertama
26 26. Akhir Penantian
27 27. Suara Nafas
28 28. Guncangan
29 29. Cause of Me
30 30. Terpisah
31 31. Mulai Gelap
32 32. Hanyut
33 33. I Will Find You
34 34. Skin to Skin
35 35. Let's Get It On
36 36. Canggung
37 37. Penculikan
38 38. The Last Porter
39 39. Di Sepanjang Lembah
40 40. Asisten Ulung
41 41. Nasib Rizky
42 42. Di Dalam Gendongan
43 43. Pergumulan
44 44. Serum Terakhir
45 45. Before You Go
46 46. Petarung
47 47. Wait For Me
48 48. Pria di Kursi Roda
49 49. Tuan Rumah
50 50. The Laboratory
51 51. Cucu Bungsu
52 52. Bukan Teman Pilihan
53 53. Teman ??
54 54. Trespass
55 55. Save You
56 56. The Real Fight
57 57. Kecupan Di Pipi
58 58. Ledakan Terakhir
59 59. Tatoo
60 60. Kritis
61 61. Menunggu
62 62. Ketika Tuan Enzo Sadar
63 63. Istri ?
64 64. Mulai Janggal
65 65. Kembalinya Ingatan
66 66. So What?
67 67. The Conclusion
68 68. Mahasiswi Miskin
69 69. Rully Ngambek
70 70. Di Atas Parit
71 71. Masih Butuh Waktu
72 72. Menanggalkan Kenangan
73 73. Pesona Tuan Enzo
74 74. Pindahan
75 TERIMA KASIH PEMBACA
76 75. Basecamp Baru
77 76. Panas
78 77. Ya atau Tidak ?
79 78. Interview oleh Vero
80 79. Kastil Saddam
81 80. Pandangan Veronica
82 81. Canggung (lagi)
83 82. Kejutan
84 83. Kejutan (2)
85 84. I Want You to The Bone
86 85. Beautiful
87 86. Handsome
88 87. Singa Betina
89 88. Secret Villa
90 89. I Belong To You
91 90. Last Day
92 91. Ngambek
93 92. Curhat Saddam
94 93. Apologize
95 94. Early Morning
96 95. Untuk Sahabatku, Rully
97 96. Hadiah Wisuda
98 97. Menyambut Dunia Baru
99 98. Tetap Di Sampingku
100 99. Arriving at Moskwa
101 100. Pertemuan Bisnis
102 101. Menjadi Istrinya
103 102. Jangan Tidur
104 103. A Mother
105 104. Hai Zach!
106 105. Afrika Selatan ?
107 106. Tiba di Masa Depan
108 EXTRA PART 1
109 EXTRA PART 2
110 EXTRA PART 3 : IN THE END
Episodes

Updated 110 Episodes

1
1. Percakapan Terakhir
2
2. Sekretaris
3
3. Ibu
4
4. Fotografer
5
5. Peneliti
6
6. Bola Mata Coklat Muda
7
7. Pecinta
8
8. Keberangkatan
9
9. Transit
10
10. Ketibaan
11
11. Johannesburg
12
12. Sudut Pandang
13
13. Keluarga
14
14. Another Strangers
15
15. Berkumpul
16
16. Hawa Dingin
17
17. Kokwane
18
18. Fakta
19
19. Follow Me
20
20. Shock Therapy
21
21. Kabut Tebal
22
22. Malam Dingin Pertama
23
23. Awal Mula
24
24. Dalam Sebuah Kastil
25
25. Bayi Pertama
26
26. Akhir Penantian
27
27. Suara Nafas
28
28. Guncangan
29
29. Cause of Me
30
30. Terpisah
31
31. Mulai Gelap
32
32. Hanyut
33
33. I Will Find You
34
34. Skin to Skin
35
35. Let's Get It On
36
36. Canggung
37
37. Penculikan
38
38. The Last Porter
39
39. Di Sepanjang Lembah
40
40. Asisten Ulung
41
41. Nasib Rizky
42
42. Di Dalam Gendongan
43
43. Pergumulan
44
44. Serum Terakhir
45
45. Before You Go
46
46. Petarung
47
47. Wait For Me
48
48. Pria di Kursi Roda
49
49. Tuan Rumah
50
50. The Laboratory
51
51. Cucu Bungsu
52
52. Bukan Teman Pilihan
53
53. Teman ??
54
54. Trespass
55
55. Save You
56
56. The Real Fight
57
57. Kecupan Di Pipi
58
58. Ledakan Terakhir
59
59. Tatoo
60
60. Kritis
61
61. Menunggu
62
62. Ketika Tuan Enzo Sadar
63
63. Istri ?
64
64. Mulai Janggal
65
65. Kembalinya Ingatan
66
66. So What?
67
67. The Conclusion
68
68. Mahasiswi Miskin
69
69. Rully Ngambek
70
70. Di Atas Parit
71
71. Masih Butuh Waktu
72
72. Menanggalkan Kenangan
73
73. Pesona Tuan Enzo
74
74. Pindahan
75
TERIMA KASIH PEMBACA
76
75. Basecamp Baru
77
76. Panas
78
77. Ya atau Tidak ?
79
78. Interview oleh Vero
80
79. Kastil Saddam
81
80. Pandangan Veronica
82
81. Canggung (lagi)
83
82. Kejutan
84
83. Kejutan (2)
85
84. I Want You to The Bone
86
85. Beautiful
87
86. Handsome
88
87. Singa Betina
89
88. Secret Villa
90
89. I Belong To You
91
90. Last Day
92
91. Ngambek
93
92. Curhat Saddam
94
93. Apologize
95
94. Early Morning
96
95. Untuk Sahabatku, Rully
97
96. Hadiah Wisuda
98
97. Menyambut Dunia Baru
99
98. Tetap Di Sampingku
100
99. Arriving at Moskwa
101
100. Pertemuan Bisnis
102
101. Menjadi Istrinya
103
102. Jangan Tidur
104
103. A Mother
105
104. Hai Zach!
106
105. Afrika Selatan ?
107
106. Tiba di Masa Depan
108
EXTRA PART 1
109
EXTRA PART 2
110
EXTRA PART 3 : IN THE END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!