Keesokan harinya di tempat yang sama, Rully sedang mencoret-coretkan pena di agendanya. Seperti yang lalu, dia tiba lebih dulu di kafe yang sama untuk bertemu Saddam.
Sepuluh menit berlalu, Saddam yang ditunggunya tampak mendorong pintu kafe dengan tangan kanannya dan tangan kirinya terlihat memegang sebuah benda yang hampir sama dengan benda yang dicoret-coretnya sekarang. Sebuah agenda.
Rully mengira pria itu datang sendirian, tapi tampaknya seorang pria berkacamata mengikuti langkahnya dari belakang.
Setelah berbasa-basi dan memesan minuman, Rully dan Saddam berbicara serius dengan sesekali melihat dan mencatatkan sesuatu di dalam agenda masing-masing.
Pria berkacamata yang merupakan asisten sekaligus supir Saddam duduk di meja yang hanya berjarak 30 senti dari meja mereka.
"Jadi seorang mahasiswi S3 dan seorang lagi pecinta alam?" Saddam mengernyit sambil mengetuk-ngetukkan penanya ke agenda.
"Pegiat alam. Bekerja di WWF. Dan pengalamannya dengan hutan liar luar negeri lumayan banyak." Ujar Rully.
"Kalian berteman?"
"Gua dan Vero temen sejak kecil, dia udah kayak adek gua sendiri. Tunangan gua, satu kerjaan ama Vero. Ehem." Rully berdehem dan seperti menilik reaksi Saddam saat dirinya mengatakan kata tunangan.
Saddam menyadari ekspresi Rully yang seperti menunggunya untuk bertanya soal kehidupan pribadi pria itu. Tapi Saddam tak tertarik sama sekali. "Hmmm, oke. Yang satunya? Temenan juga?"
"Yang satu orang lagi, namanya Rizky. Gua ga tau mereka kenalnya gimana, tapi bisa dibilang Rizky ini temenan ama Vero udah lama. Kalo gua ngeliat sih, Rizky ini tergila-gila ama Vero yang kayaknya cuma mau temenan. Tapi dibalik itu mereka adalah orang-orang profesional yang cinta banget ama kerjaannya. Vero udah lama nyari sesuatu untuk bahan penelitian disertasinya, dan waktu gua ceritain soal mitos makhluk aneh yang tinggal di hutan itu. Dia tertarik banget pengen ikut."
"Dan Rizky?" Saddam bertanya.
"Dia mungkin hanya sekedar berwisata menemani sambil mengekori Vero dengan senang hati. Tapi kita perlu tanda pengenal dan koneksi Rizky di WWF jika kita kesulitan masuk ke hutan itu." Rully menekankan kalimat terakhirnya seolah mengingatkan Saddam.
"Kalo lu yakin, gua oke aja. Yang penting, ga ganggu rencana gua. Oya, nantinya sebelum masuk ke hutan, gua bakal ngunjungi kakak perempuan gua yang tinggal di Cape Town. Jadi selama gua mampir ke sana, gua minta lu yang urus soal penduduk lokal yang bakal jadi pemandu kita. Gimana? Sanggup lu? Gua bayar semuanya." Saddam sedikit mendongak angkuh menatap Rully yang menyulut sebatang rokok.
"Fine. Gua yang beresin. Lu terima beres. Jadi deal kan? Kita semua 4 orang?" Rully mengeluarkan sisa asap dari mulutnya.
"Oke, 4 orang." Saddam mengangguk.
"Saya Pak?" Eko yang sedari tadi diam kini bersuara bertanya pada Saddam.
"Ya? Emang kenapa kamu?" Saddam menoleh kepada asistennya dengan wajah tak mengerti.
Rully juga ikut mengernyit menatap Eko yang mengedipkan matanya dan membetulkan letak kacamatanya dengan cepat.
"Saya ndak dihitung? Saya mau ikut Pak, kita berlima. Bukan berempat." Eko menatap bosnya dengan pandangan sedikit kecewa karena merasa dilupakan.
"Engga Ko. Kita mau masuk ke hutan liar Afrika. Bukan ide bagus kamu ikut kita ke sana. Bahaya Ko. Jangan ngawur." Saddam menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengangkat cangkir teh.
"Saya harus ikut Pak Saddam. Saya udah janji sama Ibunya Pak Saddam buat jagain Bapak. Saya ga akan biarin Pak Saddam pergi sendirian ke sana." Gantian Eko yang menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengangkat cangkir tehnya.
"Gua bilang engga boleh." Saddam melotot ke arah Eko seperti seorang Ibu yang melarang anaknya membeli mainan.
"Kalo saya ga boleh ikut, saya resign aja." Eko cemberut sambil meremas-remas tas kerja yang berada di pangkuannya.
"Eh, kamu kok gitu sih?" Saddam menarik ujung kemeja Eko yamg duduk sedikit membelakangi bosnya.
Rully yang geli melihat perubahan atmosfer di antara mereka sedikit terkekeh sambil menghisap rokoknya.
Dia tak menyangka Saddam yang terlihat angkuh dan egois itu ternyata begitu khawatir ditinggalkan asistennya.
Menyadari Rully yang tertawa melihat dirinya membujuk Eko yang merajuk seperti seorang istri yang meminta ikut suaminya bepergian, Saddam menghela nafas panjang.
"Oke--oke, lu ikut. Ngambek mulu lu kayak ibu-ibu menopause." Saddam memasang tampang sebal yang tampaknya tidak begitu dipedulikan Eko yang tampak langsung riang melahap cemilannya.
Dan kelima orang itu akan berangkat ke hutan di tepi kota kecil Afrika Selatan dengan rasa penasaran dan tujuannya masing-masing.
Rully yang berencana akan mendapatkan foto spektakuler tentang alam liar, Veronica yang berharap akan bertemu dengan spesies makhluk aneh yang bisa dijadikannya objek penelitian, Rizky yang berkhayal bisa melakukan banyak hal romantis untuk mendekati Vero, Saddam yang ingin menemukan titik terang soal hilangnya sang Ibu dan Eko yang setia tak mau melepaskan bosnya yang telah yatim piatu bepergian seorang diri masuk ke hutan tanpa seorang pun yang bisa dipercayainya.
Tanpa pernah mereka semua perhitungkan, keenam makhluk buas yang telah dilepaskan kembali ke hutan itu telah tumbuh menjadi enam sosok yang sangat lihai dan jauh dari kata primitif.
...***...
"Pergi-pergi saja, Afrika Selatan pula. Anak gadis jaman dulu itu banyak diam di rumah. Paling jauh pun mainnya ke rumah teman. Tak ada yang masuk hutan Afrika." Papa Vero yang bersuku Padang mengomel dengan dialek Sumatera Barat yang terdengar masih kentara meski sudah lama tinggal di Jakarta.
"Apa sih pagi-pagi udah berisik aja?" Mama Vero yang keturunan asli Tionghoa bermata sipit mendekati meja makan dengan sebuah panci kecil yang masih mengeluarkan asap.
"Biasa Papa tuh Ma.. Kalo ngasi izin ke Vero ga afdol banget kalo ga pake ngomel." Vero cemberut.
"Ngeles aja kamu. Mau kelayapan lagi di luar negeri. Bilang ke anakmu Ma, kapan S3-nya selesai? Jangan kerjanya cuma penelitian-penelitian ga jelas" Papa Vero masih mengomel sambil memegang gelas berisi jus jeruk yang tinggal sedikit.
"Ya Papa bilang sendiri. Anak Papa itu duduk di sebelah ngomongnya kok ke Mama terus." Mama Vero protes sambil mengisi piringnya dengan nasi.
"Papa tak pernah minta tolong ke kamu. Sekali-sekalinya minta tolong tak mau bantuin Papa." Kini Papanya berhenti mengoleskan mentega ke roti dan menatapnya.
"Abis minta tolongnya begitu. Ada-ada aja. Serem amat. Gak mau ah. Vero ga minat." Vero mengangkat bahunya membuat ekspresi bergidik.
"Vero berangkat dulu ya, kasian Yana kalo harus beresin lab sendirian. Kemarin berantakan banget soalnya." Vero bangkit mencium pipi Papanya yang masih memasang wajah sebal dan Ibunya yang acuh tak acuh menyantap nasi hainan yang ada di depannya.
"Inget yang Papa bilang, Papa udah janji." Papa Vero setengah berteriak kepada putrinya yang sudah bergegas pergi.
Mendengar perkataan papanya, Vero hanya melambaikan tangan kanannya tanpa menoleh.
Vero bekerja di sebuah laboratorium farmasi dari salah satu perusahaan obat terbesar di Indonesia yang memproduksi obat-obatan dan vaksin.
Dia bekerja pada bagian Medis dan Regulasi yang memastikan bahwa efektifitas serta efek samping produk-produk yang diproduksi dipantau secara berkesinambungan.
Perusahaan tempatnya bekerja merupakan mitra Global Alliance for Vaccines & Immunization (GAVI).
Di samping memang sangat mencintai pekerjaannya, Vero sering memakai laboratorium tempatnya bekerja untuk melakukan eksperimen-eksperimen pribadinya.
Meski itu termasuk suatu hal yang ilegal untuk dilakukan, tapi hingga kini dia masih lancar menggunakan lab perusahaan di luar jam kerja dengan bantuan Yana, satu-satunya sahabat Vero di tempat itu.
Di umurnya yang menginjak 27 tahun Vero sedang menjalani pendidikan S3 Ilmu Farmasi-nya di salah satu universitas negeri nomor satu di Indonesia.
Pagi itu Vero berangkat lebih cepat dari biasanya bukan hanya karena ingin membantu Yana membereskan kekacauan yang disebabkannya kemarin sore, tapi juga tak sabar bertemu Rully tunangannya Yana yang juga merupakan sahabat dekatnya sedari kecil.
Rully sudah mengenal Vero sejak wanita itu masuk TK pertama kali yang tak jauh dari komplek rumah mereka saat itu.
Rully yang sudah mengenakan seragam SD sering menggandeng tangan gadis kecil yang sejak dulu sudah diakuinya sebagai adik untuk bersama-sama jalan menyusuri komplek perumahan pegawai milik salah satu Kementerian di mana mereka tinggal.
Tumbuh besar dalam lingkungan yang sama dengan selisih usia enam tahun, membuat mereka sangat dekat seperti kakak-adik.
Dan sekarang, ketika keduanya sudah beranjak benar-benar dewasa dan tinggal di daerah yang berbeda hubungan keluarga mereka masih sama dekatnya. Apalagi ayah mereka merupakan pensiunan dari Departemen Kementerian yang sama.
Kini Rully sudah bertunangan dengan teman dekat Vero hasil dari keberhasilan perjodohan yang direncanakan sempurna oleh wanita itu.
Ketika melihat Rully yang depresi karena putus cinta, Vero mengenalkannya dengan Yana yang sederhana dan baik hati.
Tak perlu waktu lama bagi Rully untuk meyakinkan bahwa Yana adalah wanita yang dicarinya untuk pendamping hidup di usianya yang sudah menginjak 33 tahun. Dalam waktu dekat mereka akan melangsungkan pernikahan.
Vero sangat bahagia melihat dua orang yang begitu disayanginya bisa bersama-sama. Meski sering membayangkan memiliki hubungan percintaan semanis hubungan Rully dan Yana, tapi predikat jomblo masih betah disandangnya.
Vero tak ingin menjalin hubungan yang dia rasa bisa menghambat semua obsesi dan impiannya. Dia merasa tak perlu hal itu sekarang-sekarang ini.
Vero baru saja menyusuri jalanan menuju laboratorium yang terletak pada bagian belakang komplek perkantoran ketika suara klakson sepeda motor terus-terusan berbunyi di belakangnya.
Merasa tak asing dengan suara itu, Vero menoleh dan tersenyum lebar.
"Yuk naik." Yana memajukan letak duduknya untuk memberikan ruang pada Vero di boncengan sepeda motor Rully.
"Udah deket kok." nada suara Vero ragu tapi jelas tersirat dia tak keberatan untuk ikut.
"Ah bacot. Buruan." Rully berseru dari depan motor.
Vero dan Yana tertawa dan kemudian tak berapa lama mereka sudah berhimpit-himpitan bertiga di atas satu motor menuju gedung laboratorium.
...***...
...Mohon dukungan atas karyaku dengan like, comment atau vote ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
🫣🫣🫣
2024-11-10
1
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
nanti d dalam hutan malah kebalik😄
2024-11-10
0
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
😁😁😁😁😁😁
2024-11-10
0