4. Fotografer

Hari keenam saat pesawat hilang kontak, Mba Citra menghubungi Saddam memberitahukan bahwa sebagian penumpang selamat telah ditemukan. Daftarnya telah dikeluarkan oleh pihak maskapai dan pemerintah setempat.

Beberapa kali mengamati nama sedikit penumpang selamat, mereka tak menemukan nama ibu mereka sebagai salah satunya.

Mba Citra yang sempat mengira seorang wanita tua yang ditemukan meninggal di hutan karena sakit adalah ibu mereka harus menelan kekecewaan setelah mengetahui bahwa itu bukanlah sosok wanita yang mereka cari.

Padahal mereka telah bersiap menerima jenazah sang Ibu dalam kondisi apa pun.

Saddam menghubungi pihak maskapai untuk mengetahui informasi tentang penumpang selamat dari hutan, dirinya berharap bisa mengorek informasi soal peristiwa apa yang terjadi selama mereka bertahan di dalam hutan itu sembari menunggu bantuan.

Tapi sepertinya pihak maskapai bersikukuh tetap menutup informasi itu rapat-rapat dengan alasan informasi pribadi para penumpang tidak boleh disebarluaskan dengan alasan kenyamanan dan trauma psikis.

Saddam hanya duduk di belakang meja kerjanya dengan wajah lesu menerawang saat Agnes yang seksi duduk di depannya dengan memegang beberapa map yang harus diperiksa dan ditandatanganinya.

...--oOo--...

9 bulan sejak kecelakaan pesawat

Saddam duduk di ruang kerjanya dengan kursi menghadap dinding yang tergantung sebuah papan akrilik transparan sebesar papan tulis yang tercoret-coret dengan spidol.

Berbulan-bulan Saddam tenggelam dan terobsesi dengan rencananya mengetahui soal pesawat XTR473 yang mendarat darurat di sebuah hutan di tepi kota kecil Afrika Selatan.

Keberadaan soal beberapa penumpang selamat yang sangat begitu dirahasiakan membuat rasa penasaran Saddam bergejolak.

"Saddam akan cari ibu dulu ke Afrika Selatan, setelah itu Saddam akan cari wanita di foto yang ibu kasi kemarin"

Saddam berbicara sendiri menatap skema peta rencananya yang telah disusunnya sematang mungkin.

Dengan sekali putaran ke kanan, kursinya telah menghadap ke pesawat telepon.

Dengan jari yang masih menekan tombol speaker di pesawat telepon, Saddam berkata,

"Nes, sini kamu"

Tak sampai lima menit, Agnes yang seksi dan montok telah berada di depan bosnya.

"Ya Pak?"

"Ketiga orang yang kemarin udah dateng?" Saddam bertanya dengan antusias.

"Udah lengkap Pak. Sedang menunggu di luar." Agnes menjawab dengan tegas.

"Suruh masuk sekarang." Saddam merapikan duduknya menunggu ketiga tamu yang telah dipilih untuk menemaninya ke Afrika Selatan. Salah seorangnya sudah bertemu dengan Saddam sebelumnya beberapa kali.

Agnes membuka pintu dan mengangguk ke arah luar. Kemudian sosok pria tinggi berkulit sawo matang masuk diikuti dengan seorang wanita dan seorang pria lainnya.

"Selamat Pagi Pak Saddam." Pria tinggi berkulit sawo matang menyapa Saddam.

"Pagi Rully," Saddam tersenyum sambil menyapukan pandangannya kepada dua orang lain yang berdiri di sisi pria yang dipanggil Rully.

Pandangan Saddam terhenti pada seorang wanita cantik di sebelah Rully yang terlihat berdiri santai mengamati tiap pojok ruangannya.

Sambil sesekali membetulkan letak kacamatanya, wanita itu masih berdiri memperhatikan pemandangan di luar jendela.

Jantung Saddam mulai berdetak tidak santai dan pandangannya masih terpaku pada wanita itu.

Perasaan yang sudah lama tidak dirasakannya seperti muncul mengambang tiba-tiba.

Wanita itu mengalihkan pandangan ke arah Saddam, karena merasa seseorang sedari tadi mengamatinya.

"Pagi Pak," Veronica mengulurkan tangan ke arah Saddam.

"Kamu?" Saddam bertanya dengan tatapan terpana.

"Veronica. Panggilnya Vero aja" Vero mengangkat alisnya melirik tangannya yang telah terulur ke arah Saddam.

Menyadari isyarat Vero, Saddam menyambut uluran tangan wanita itu.

"Saddam." Saddam menyebutkan namanya dan melihat reaksi wanita di depannya yang sangat berbeda dengan wanita-wanita yang dijumpainya selama ini.

Wanita itu hanya mengangguk-angguk tak peduli sambil menatap papan akrilik di belakang meja kerjanya dengan tatapan antusias.

Saddam merasa dirinya seperti transparan di hadapan wanita itu. Ketampanannya tak berlaku. Dirinya tak terlihat sama sekali.

...***...

(2 minggu sebelum pertemuan mereka semua di ruang kantor Saddam)

Rully baru saja menerima telepon dari salah seorang wanita yang mengaku sebagai sekretaris seorang pria yang ingin bertemu dengannya.

Meski mengingat-ingat dengan seksama, dirinya merasa tak pernah mengenal nama sekretaris yang meneleponnya dengan santai dan luwes itu.

Wanita di telepon itu hanya menanyakan kepadanya kapan memiliki waktu senggang untuk bertemu dengan bosnya terkait pekerjaan profesional menantang dengan bayaran fantastis yang ditawarkan.

Tak perlu berpikir dua kali, Rully menyanggupi sebuah pertemuan yang mereka sepakati akan terjadi pada akhir minggu di sebuah kafe di daerah Kemang.

Rully adalah seorang fotografer profesional dan terkenal dengan hasil jepretannya yang luar biasa tentang alam liar.

Beberapa kali memperoleh penghargaan dan pernah memenangkan International Photography Awards (IPA) untuk sebuah fotonya yang spektakuler berkategori nature atau alam.

Dua hari kemudian Rully sudah duduk di sebuah kafe dengan secangkir kopi dan menyulut sebatang rokoknya sembari menunggu seorang pria yang bernama Saddam.

"Maaf, sudah lama Mas Rully?" Sedikit tergopoh Saddam menarik kursi dan mengulurkan jabat tangan.

"Oh belum. Santai aja Pak, pesan minum dulu." Rully mengangsurkan buku menu pada pria perlente yang terlihat jauh lebih muda darinya namun juga jauh terlihat lebih kaya.

"Oke," Saddam mengangkat tangan memanggil seorang pelayan yang berdiri di dekat mereka.

"Vanilla Lattè, hot. Satu" Saddam menyebutkan minumannya dan mengembalikan menu kepada si pelayan.

"Mas Rully sekarang sedang ada proyek tertentu atau terikat kontrak dengan satu pihak mungkin?" Saddam langsung bertanya tanpa berbasa-basi lebih dulu.

"Tidak ada sama sekali, aku cuma freelancer yang menjual foto ke majalah traveling dunia."

"Pernah ke Afrika Selatan?" Saddam bertanya menyelidik.

"Lumayan sering di bagian-bagian tertentunya." Rully menatap Saddam tegas seolah menantikan pertanyaam selanjutnya.

"Pernah dengar tentang kecelakaan pesawat di sana hampir setahun yang lalu?" Saddam bertanya penuh minat.

"Kecelakaan di hutan? Jelas pernah."

"Saya mau ajak Mas Rully ke sana. Bagaimana? Teknisnya akan saya jelaskan setelah saya mendengar jawaban Mas Rully." Saddam menggeser tangannya dari atas meja untuk memberi ruang pada cangkir vanilla lattè-nya yang baru tiba.

"Kecelakaan itu di hutan, di tepi kota kecil yang sangat dekat dengan perbatasan negara Lesotho." Rully berucap sambil menerawang dan menghembuskan asap rokok ke udara.

"Benar sekali." Saddam menyesap kopinya.

Rully menatap Saddam dalam-dalam dengan wajah penasaran dan bertanya,

"Apa anda pernah membaca atau mengetahui tentang sesuatu yang aneh soal hutan itu?"

Darah Saddam seketika berdesir, ternyata fotografer yang direkomendasikan oleh Agnes ini benar-benar seorang profesional dengan pengetahuan yang dalam.

Saddam melakukan riset berbulan-bulan tentang hutan itu dan berhasil mendapatkan kontak salah seorang pramugara yang selamat untuk mengorek keterangan.

Saddam tak memperoleh informasi apa-apa selain kata-kata,

"Jauhi hutan itu, ada sesuatu yang mengerikan di dalamnya."

Banyak teori konspirasi yang bermunculan selama dirinya melakukan riset, tapi hal itu tidak bisa dibuktikannya.

Dan sekarang seorang fotografer di depannya seperti mengetahui sesuatu.

"Dengar Mas Rul.."

"Panggil Rully aja." Rully memotong perkataan Saddam agar pria itu lebih nyaman berbicara.

"Oke, gua juga capek kelamaan bersopan-sopan ria ngomong tujuan gua ke elu. Panggil gua dengan Saddam aja, ga perlu pake 'Pak' karna lu di sini bukan bawahan gua." Mimik wajah Saddam mendadak berubah menjadi lebih serius.

"Mungkin sekretaris gua belum menjelaskan alasan keberangkatan ke Afrika Selatan. Ibu gua ilang saat kecelakaan pesawat di hutan negara itu. Sebagian pesawat terbakar dan sisanya utuh. Barang-barang ibu gua di dapat utuh dan lengkap, bahkan ponselnya masih bisa dinyalakan. Tapi jasad ibu gua ga bisa ditemuin. Dan para brengsek-brengsek itu hanya memberikan uang santunan tanpa penjelasan apa pun." Saddam menarik nafas dalam sebelum melanjutkan bicaranya lagi.

"Beberapa bulan yang lalu gua ke Singapura dan berhasil nemuin satu-satunya kru yang selamat. Dan dia cuma ngomong untuk menjauhi hutan itu. Itu aja. Kemana para jasad penumpang pesawat itu?" Saddam yang menyadari intonasi suaranya mulai meninggi kemudian berdehem.

"Gua mengira ada sesuatu, semacam hewan buas dan sejenisnya. Tapi memangsa ratusan orang hingga tak bersisa dalam waktu lebih kurang 5 hari terdengar sangat mustahil. Gua butuh lu untuk masuk ke hutan itu dengan alasan yang tepat. Karna konon katanya pemerintah lokal sangat ketat terhadap pengunjung." Saddam menatap Rully.

"Bukan hewan buas, tapi makhluk buas." Rully menatap tajam ke arah Saddam.

"Makhluk buas? Manusia?" Saddam mengernyit.

"Cerita rakyat yang sudah berpuluh-puluh tahun lalu. Sebagian percaya, sebagian menganggapnya cuma dongeng pengantar tidur."

Rully mengangkat cangkir kopinya kemudian meneruskan,

"Kalo semua fasilitas dan bayaran yang dijabarkan sekretaris lu bener, gua ikut. Tapi kita perlu beberapa orang lagi. Tepatnya kita perlu beberapa alasan lagi untuk masuk ke sana. Dan gua udah nemuin orang-orang yang tepat untuk itu"

"Berapa orang lagi?" Saddam menunggu Rully kembali meneruskan perkataannya.

"Ada dua orang lagi yang bakal gua bawa. Dengan syarat, semua fasilitas yang lu berikan sama. Tapi udah jelas tujuan kita masuk ke hutan itu beda. Lu butuh kita untuk alasan. Dan kita butuh lu untuk membiayai seluruh biaya yang dibutuhkan untuk masuk ke sana. Dan kita semua juga perlu pemandu lokal untuk masuk ke sana. Beberapa senjata dari pasar ilegal sana juga bagus untuk dibawa. Kita ga tau apa yang kita hadapi." Rully menatap tajam ke arah Saddam seolah menantang reaksi pria di depannya.

"Dan kemungkinan terburuknya, kita bisa mati di dalam hutan itu. Kalo bukan karna makhluk buas, musim dingin yang sedang berlangsung di sana juga bisa membunuh. Lu dan orang-orang lu siap untuk itu?" Saddam membalas tatapan Rully sama tajamnya. Seolah mereka sedang beradu ilmu gaib yang tak kasat mata.

"Besok gua bakal nunggu lu di sini di waktu yang sama. Gua bakal bawa profil orang yang bakal ikut ke sana. Dan gua tunggu skema rencana yang sekretaris lu udah bilang ke gua." Rully berujar sambil menghenyakkan punggungnya yang sedari tadi tegak lurus ke sandaran kursi.

"Oke, di tempat yang sama, di waktu yang sama." Saddam menyetujui perkataan Rully dengan ekspresi wajah yang jelas terlihat lebih santai.

...--oOo--...

...Kalau kamu suka, minta like atau votenya ya....

Terpopuler

Comments

Farni hana

Farni hana

jasadnya dari mkan para monster kanibal itu Dam😭😭😭

2024-01-31

0

lisna

lisna

ih ya ampun pada mo masuk hutan lagi..masih z ngeri kl ingat bang fir ma Shen waktu itu😱

2023-12-04

1

saudara bahagia ,tutik kinan

saudara bahagia ,tutik kinan

sampai disini I know
ntar bakal ketemu makhluk yang tersisa anaknya pejabat daerah yang baru mau dilepas liarkan

2023-10-06

0

lihat semua
Episodes
1 1. Percakapan Terakhir
2 2. Sekretaris
3 3. Ibu
4 4. Fotografer
5 5. Peneliti
6 6. Bola Mata Coklat Muda
7 7. Pecinta
8 8. Keberangkatan
9 9. Transit
10 10. Ketibaan
11 11. Johannesburg
12 12. Sudut Pandang
13 13. Keluarga
14 14. Another Strangers
15 15. Berkumpul
16 16. Hawa Dingin
17 17. Kokwane
18 18. Fakta
19 19. Follow Me
20 20. Shock Therapy
21 21. Kabut Tebal
22 22. Malam Dingin Pertama
23 23. Awal Mula
24 24. Dalam Sebuah Kastil
25 25. Bayi Pertama
26 26. Akhir Penantian
27 27. Suara Nafas
28 28. Guncangan
29 29. Cause of Me
30 30. Terpisah
31 31. Mulai Gelap
32 32. Hanyut
33 33. I Will Find You
34 34. Skin to Skin
35 35. Let's Get It On
36 36. Canggung
37 37. Penculikan
38 38. The Last Porter
39 39. Di Sepanjang Lembah
40 40. Asisten Ulung
41 41. Nasib Rizky
42 42. Di Dalam Gendongan
43 43. Pergumulan
44 44. Serum Terakhir
45 45. Before You Go
46 46. Petarung
47 47. Wait For Me
48 48. Pria di Kursi Roda
49 49. Tuan Rumah
50 50. The Laboratory
51 51. Cucu Bungsu
52 52. Bukan Teman Pilihan
53 53. Teman ??
54 54. Trespass
55 55. Save You
56 56. The Real Fight
57 57. Kecupan Di Pipi
58 58. Ledakan Terakhir
59 59. Tatoo
60 60. Kritis
61 61. Menunggu
62 62. Ketika Tuan Enzo Sadar
63 63. Istri ?
64 64. Mulai Janggal
65 65. Kembalinya Ingatan
66 66. So What?
67 67. The Conclusion
68 68. Mahasiswi Miskin
69 69. Rully Ngambek
70 70. Di Atas Parit
71 71. Masih Butuh Waktu
72 72. Menanggalkan Kenangan
73 73. Pesona Tuan Enzo
74 74. Pindahan
75 TERIMA KASIH PEMBACA
76 75. Basecamp Baru
77 76. Panas
78 77. Ya atau Tidak ?
79 78. Interview oleh Vero
80 79. Kastil Saddam
81 80. Pandangan Veronica
82 81. Canggung (lagi)
83 82. Kejutan
84 83. Kejutan (2)
85 84. I Want You to The Bone
86 85. Beautiful
87 86. Handsome
88 87. Singa Betina
89 88. Secret Villa
90 89. I Belong To You
91 90. Last Day
92 91. Ngambek
93 92. Curhat Saddam
94 93. Apologize
95 94. Early Morning
96 95. Untuk Sahabatku, Rully
97 96. Hadiah Wisuda
98 97. Menyambut Dunia Baru
99 98. Tetap Di Sampingku
100 99. Arriving at Moskwa
101 100. Pertemuan Bisnis
102 101. Menjadi Istrinya
103 102. Jangan Tidur
104 103. A Mother
105 104. Hai Zach!
106 105. Afrika Selatan ?
107 106. Tiba di Masa Depan
108 EXTRA PART 1
109 EXTRA PART 2
110 EXTRA PART 3 : IN THE END
Episodes

Updated 110 Episodes

1
1. Percakapan Terakhir
2
2. Sekretaris
3
3. Ibu
4
4. Fotografer
5
5. Peneliti
6
6. Bola Mata Coklat Muda
7
7. Pecinta
8
8. Keberangkatan
9
9. Transit
10
10. Ketibaan
11
11. Johannesburg
12
12. Sudut Pandang
13
13. Keluarga
14
14. Another Strangers
15
15. Berkumpul
16
16. Hawa Dingin
17
17. Kokwane
18
18. Fakta
19
19. Follow Me
20
20. Shock Therapy
21
21. Kabut Tebal
22
22. Malam Dingin Pertama
23
23. Awal Mula
24
24. Dalam Sebuah Kastil
25
25. Bayi Pertama
26
26. Akhir Penantian
27
27. Suara Nafas
28
28. Guncangan
29
29. Cause of Me
30
30. Terpisah
31
31. Mulai Gelap
32
32. Hanyut
33
33. I Will Find You
34
34. Skin to Skin
35
35. Let's Get It On
36
36. Canggung
37
37. Penculikan
38
38. The Last Porter
39
39. Di Sepanjang Lembah
40
40. Asisten Ulung
41
41. Nasib Rizky
42
42. Di Dalam Gendongan
43
43. Pergumulan
44
44. Serum Terakhir
45
45. Before You Go
46
46. Petarung
47
47. Wait For Me
48
48. Pria di Kursi Roda
49
49. Tuan Rumah
50
50. The Laboratory
51
51. Cucu Bungsu
52
52. Bukan Teman Pilihan
53
53. Teman ??
54
54. Trespass
55
55. Save You
56
56. The Real Fight
57
57. Kecupan Di Pipi
58
58. Ledakan Terakhir
59
59. Tatoo
60
60. Kritis
61
61. Menunggu
62
62. Ketika Tuan Enzo Sadar
63
63. Istri ?
64
64. Mulai Janggal
65
65. Kembalinya Ingatan
66
66. So What?
67
67. The Conclusion
68
68. Mahasiswi Miskin
69
69. Rully Ngambek
70
70. Di Atas Parit
71
71. Masih Butuh Waktu
72
72. Menanggalkan Kenangan
73
73. Pesona Tuan Enzo
74
74. Pindahan
75
TERIMA KASIH PEMBACA
76
75. Basecamp Baru
77
76. Panas
78
77. Ya atau Tidak ?
79
78. Interview oleh Vero
80
79. Kastil Saddam
81
80. Pandangan Veronica
82
81. Canggung (lagi)
83
82. Kejutan
84
83. Kejutan (2)
85
84. I Want You to The Bone
86
85. Beautiful
87
86. Handsome
88
87. Singa Betina
89
88. Secret Villa
90
89. I Belong To You
91
90. Last Day
92
91. Ngambek
93
92. Curhat Saddam
94
93. Apologize
95
94. Early Morning
96
95. Untuk Sahabatku, Rully
97
96. Hadiah Wisuda
98
97. Menyambut Dunia Baru
99
98. Tetap Di Sampingku
100
99. Arriving at Moskwa
101
100. Pertemuan Bisnis
102
101. Menjadi Istrinya
103
102. Jangan Tidur
104
103. A Mother
105
104. Hai Zach!
106
105. Afrika Selatan ?
107
106. Tiba di Masa Depan
108
EXTRA PART 1
109
EXTRA PART 2
110
EXTRA PART 3 : IN THE END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!