13. Keluarga

Saddam telah menyelipkan senjata api yang dibelinya dalam sebuah tas yang sekarang berada di tangan Eko.

Semua orang sekarang pastilah mengira dia benar-benar akan menempuh perjalanan darat selama belasan jam ke Cape Town karena dia harus membawa senjata api itu kemana-mana.

Rizky yang menurut Saddam gegabah membuatnya berpikir ulang untuk membuka dirinya di hadapan orang-orang asing itu.

Saddam merasa dirinya belum bisa mempercayai siapa-siapa saat ini.

Perjalanan dari Johannesburg menuju Cape Town melalui udara memakan waktu kurang lebih dua jam.

Jika tiba di Cape Town sebelum sore, Saddam berencana akan menginap satu malam di kediaman Mba Citra. Dan keesokan harinya, pagi-pagi sekali dia akan berangkat kembali ke Johannesburg.

...--oOo--...

"Oliiiiv....." Saddam berteriak dari pintu depan sebuah rumah.

Seorang anak perempuan yang sedang duduk memegang tabletnya tampak langsung mendongak ketika namanya dipanggil.

Gadis kecil berusia 8 tahun itu berlari menghampiri pemanggilnya.

"Om Saddaaaaam.... Maaa....Maaa... Om Saddam niiih"

Oliv melemparkan dirinya ke dalam pelukan Saddam. Saddam mengangkat gadis itu tinggi-tinggi dan mencium pipinya.

"Om Saddam kangen" Saddam berkata sambil menurunkan Oliv dan mengacak-acak rambutnya.

"Oliv juga kangen" Gadis kecil itu nyengir.

"Mau dateng ga bilang-bilang." Mba Citra keluar dari pintu rumah dan bergegas menghampiri Saddam.

Mba Citra yang tergopoh-gopoh langsung memeluknya.

"Ibu Dam..." Tangis Mba citra pecah dalam pelukannya.

Saddam memeluk Kakak perempuannya erat-erat. Mereka berdua kini yatim-piatu yang tinggal berjauhan.

"Rencana kamu apa?" Mba Citra melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.

Saddam diam mematung,

"Aku boleh masuk dan duduk dulu? Mas Prama mana?"

Mba Citra yang tersadar adiknya masih berdiri di halaman rumah segera menarik adiknya masuk ke dalam.

"Mas Prama tadi pergi sebentar ke kantornya. Kamu sampai kapan di sini? Udah makan? Aku siapin makan dulu. Liv... kamu temenin Om Saddam sebentar" Mba Citra tampak seperti orang linglung yang masuk ke rumah terburu-buru dan langsung menuju dapur.

Mba Citra sibuk mengeluarkan semua makanan di lemari ke atas meja.

"Mba..Mba Citra ga usah repot-repot. Aku cuma mau kita ngobrol" Saddam menggamit lengan Kakaknya dan mendudukkannya di kursi ruang makan.

Mba Citra menutup wajahnya dengan kedua tangan. Air matanya kembali menjalari pipi.

"Mba kangen Ibu Dam, udah lama ga ketemu. Sekalinya mau ke sini sendirian, Ibu malah ga pernah nyampe." Mba Citra kembali menangis.

"Salahku Mba, itu salahku semuanya. Aku bahkan ga sempet minta maaf." Saddam duduk di seberang Kakaknya. Pandangannya menerawang ke depan.

"Aku bahkan ga sempet bilang kalo aku akan memenuhi keinginan Ibu untuk berkenalan dengan wanita yang fotonya terakhir kali ditunjukkan Ibu ke aku." Saddam memelankan ucapannya pada kata-kata terakhir.

Mba Citra mengangkat wajahnya,

"Kamu serius? Mau?"

Saddam diam. Mba Citra mengusap air matanya asal-asalan dan menggeser kursinya mendekati Saddam.

"Dam, Kamu serius mau kenalan ama tuh cewe? Mau serius? Udah pernah kamu datengin? Jawab dong Dam."

Mba Citra mengguncang lengan Saddam.

"Iya. Serius. Aku bakalan serius karna itu yang diminta Ibu terakhir kali ke aku." Saddam belum menatap Kakaknya.

"Kalo kamu nikah, Mba udah ga khawatir lagi Dam. Ada yang ngerawat kamu. Kamu lagi ga punya pacar kan? Ga ada cewe yang lagi kamu suka? Mba ga mau kamu nikah cuma karna pesan Ibu aja. Mba mau kamu nikah emang karna cinta Dam," Mba Citra mengelus lengan adiknya.

"Engga, aku emang ga punya pacar sekarang. Aku ga lagi deket ama siapa-siapa," Tiba-tiba wajah Vero melintas dalam pikirannya.

"Mudah-mudahan ntar kalo aku nikah, emang karna cinta. Aku bakal ngedeketin orangnya dulu. Kalo jodoh kan katanya ga bakal ke mana," Saddam menatap Kakaknya.

Mba Citra tersenyum kepada Saddam,

"Mba tau, Ibu pasti ngenalin wanita yang luar biasa ke kamu. Bukan wanita yang sekali kamu deketin trus langsung mau. Ibu tau karakter kamu Dam. Jadi kamu juga harus usaha ya.."

Saddam terkekeh pelan mendengar perkataan Kakaknya.

Di dalam kehidupan Saddam, Ibu dan Kakaknya adalah dua wanita terpenting.

Kematian Rossa yang cukup mendadak membuat hati Saddam seperti ikut mati. Dia seperti tak pernah lagi berniat menjalin hubungan serius dengan wanita manapun.

Beberapa wanita yang berusaha diperkenalkan Ibunya, hanya berakhir menjadi sekedar jajaran nomor di daftar kontaknya.

Bahkan Saddam telah beberapa kali mendatangi resepsi pernikahan perempuan yang sebelumnya dijodohkan dengannya.

"Saddaaam.... kapan nyampe? Kok ga ngabarin biar dijemput.' Mas Prama menghampiri mereka ke meja makan lalu memeluknya.

Sesaat mereka semua tenggelam dalam pertanyaan-pertanyaan seputar menanyakan kabar, tujuan Saddam datang dan bertanya soal keadaan perusahaan.

Tak lama kemudian, Mba Citra pergi ke kamarnya dan keluar dengan sebuah kotak coklat besar.

Saddam melihat Kakaknya mengeluarkan satu persatu benda peninggalan Ibunya yang didapat dari kantor perwakilan maskapai seusai insiden kecelakaan pesawat yang dialami Ibu mereka.

Saddam memegang ponsel Ibunya dan memencet tombol power.

"Masih bisa nyala Dam, Mba rutin ngisi baterai ponsel Ibu" Mba Citra menatap ponsel di tangan Saddam.

"Barang-barangnya utuh semua," Saddam berkata lirih seolah kepada dirinya sendiri.

"Rencana kamu apa?" Mba Citra menatap Saddam serius.

Mas Prama yang sedang duduk tak jauh dari mereka dan tadinya sibuk di depan laptop kini ikut mendongak menatap Saddam.

"Aku mau masuk ke hutan itu Mba, mau liat keadaan bangkai pesawat. Mau nyari Ibu duduk di bagian mana. Berbulan-bulan nyari informasi, kecelakaan itu tetap janggal."

"Suhu Afrika Selatan lagi dingin-dinginnya Dam, bisa-bisa suhu di hutan di bawah 5 derajat. Kamu siap?" Mas Prama mengeluarkan pendapatnya.

"Siap. Semua udah diperhitungkan sejak awal. Aku cuma pengen liat aja," jawab Saddam.

"Kamu ke sana bareng siapa? Gimana masuknya ke hutan itu? Katanya masuk ke sana sulit Dam. Ga ada warga sipil yang bisa masuk, apa lagi pendatang. Katanya hutan itu berbahaya Dam" Mba Citra berbicara dengan nada gelisah.

"Semakin sedikit Mba tau, akan semakin baik untuk kalian semua," Saddam menggenggam tangan Kakaknya.

"Oya, aku ke sana bareng temen-temen kok. Baru kenal sih emang, tapi mudah-mudahan bisa dipercaya," sambung Saddam.

Mba Citra dan Saddam bertukar pandangan lama yang menyiratkan betapa kedua bersaudara itu saling mengerti satu sama lain.

Mba Citra benar-benar menyadari bahwa apa pun yang dikatakannya, tidak akan menyurutkan niat Saddam.

Adiknya itu terkenal dengan sikap kepala batunya sejak dulu. Mungkin sifat itu juga yang membawanya kepada kesuksesan yang diraihnya sekarang.

Sekali dia telah memutuskan menginginkan sesuatu, maka hanya Tuhan yang bisa menghentikannya.

...***...

...Mohon dukungan atas karyaku dengan like, comment atau vote ...

Terpopuler

Comments

Farni hana

Farni hana

meski pernah baca, part ni selau bikn nyesek dan mewek 😭😭😭😭

2024-02-01

1

Mbr Tarigan

Mbr Tarigan

semoga Vero bisa dijaga Saddam dari Riski yg agak , kasar tak ada lembut nya

2023-11-12

1

Nenk Jelita

Nenk Jelita

Vero
itu jodoh km Dam awal ny dari ibu
😘😘😘

2023-11-08

0

lihat semua
Episodes
1 1. Percakapan Terakhir
2 2. Sekretaris
3 3. Ibu
4 4. Fotografer
5 5. Peneliti
6 6. Bola Mata Coklat Muda
7 7. Pecinta
8 8. Keberangkatan
9 9. Transit
10 10. Ketibaan
11 11. Johannesburg
12 12. Sudut Pandang
13 13. Keluarga
14 14. Another Strangers
15 15. Berkumpul
16 16. Hawa Dingin
17 17. Kokwane
18 18. Fakta
19 19. Follow Me
20 20. Shock Therapy
21 21. Kabut Tebal
22 22. Malam Dingin Pertama
23 23. Awal Mula
24 24. Dalam Sebuah Kastil
25 25. Bayi Pertama
26 26. Akhir Penantian
27 27. Suara Nafas
28 28. Guncangan
29 29. Cause of Me
30 30. Terpisah
31 31. Mulai Gelap
32 32. Hanyut
33 33. I Will Find You
34 34. Skin to Skin
35 35. Let's Get It On
36 36. Canggung
37 37. Penculikan
38 38. The Last Porter
39 39. Di Sepanjang Lembah
40 40. Asisten Ulung
41 41. Nasib Rizky
42 42. Di Dalam Gendongan
43 43. Pergumulan
44 44. Serum Terakhir
45 45. Before You Go
46 46. Petarung
47 47. Wait For Me
48 48. Pria di Kursi Roda
49 49. Tuan Rumah
50 50. The Laboratory
51 51. Cucu Bungsu
52 52. Bukan Teman Pilihan
53 53. Teman ??
54 54. Trespass
55 55. Save You
56 56. The Real Fight
57 57. Kecupan Di Pipi
58 58. Ledakan Terakhir
59 59. Tatoo
60 60. Kritis
61 61. Menunggu
62 62. Ketika Tuan Enzo Sadar
63 63. Istri ?
64 64. Mulai Janggal
65 65. Kembalinya Ingatan
66 66. So What?
67 67. The Conclusion
68 68. Mahasiswi Miskin
69 69. Rully Ngambek
70 70. Di Atas Parit
71 71. Masih Butuh Waktu
72 72. Menanggalkan Kenangan
73 73. Pesona Tuan Enzo
74 74. Pindahan
75 TERIMA KASIH PEMBACA
76 75. Basecamp Baru
77 76. Panas
78 77. Ya atau Tidak ?
79 78. Interview oleh Vero
80 79. Kastil Saddam
81 80. Pandangan Veronica
82 81. Canggung (lagi)
83 82. Kejutan
84 83. Kejutan (2)
85 84. I Want You to The Bone
86 85. Beautiful
87 86. Handsome
88 87. Singa Betina
89 88. Secret Villa
90 89. I Belong To You
91 90. Last Day
92 91. Ngambek
93 92. Curhat Saddam
94 93. Apologize
95 94. Early Morning
96 95. Untuk Sahabatku, Rully
97 96. Hadiah Wisuda
98 97. Menyambut Dunia Baru
99 98. Tetap Di Sampingku
100 99. Arriving at Moskwa
101 100. Pertemuan Bisnis
102 101. Menjadi Istrinya
103 102. Jangan Tidur
104 103. A Mother
105 104. Hai Zach!
106 105. Afrika Selatan ?
107 106. Tiba di Masa Depan
108 EXTRA PART 1
109 EXTRA PART 2
110 EXTRA PART 3 : IN THE END
Episodes

Updated 110 Episodes

1
1. Percakapan Terakhir
2
2. Sekretaris
3
3. Ibu
4
4. Fotografer
5
5. Peneliti
6
6. Bola Mata Coklat Muda
7
7. Pecinta
8
8. Keberangkatan
9
9. Transit
10
10. Ketibaan
11
11. Johannesburg
12
12. Sudut Pandang
13
13. Keluarga
14
14. Another Strangers
15
15. Berkumpul
16
16. Hawa Dingin
17
17. Kokwane
18
18. Fakta
19
19. Follow Me
20
20. Shock Therapy
21
21. Kabut Tebal
22
22. Malam Dingin Pertama
23
23. Awal Mula
24
24. Dalam Sebuah Kastil
25
25. Bayi Pertama
26
26. Akhir Penantian
27
27. Suara Nafas
28
28. Guncangan
29
29. Cause of Me
30
30. Terpisah
31
31. Mulai Gelap
32
32. Hanyut
33
33. I Will Find You
34
34. Skin to Skin
35
35. Let's Get It On
36
36. Canggung
37
37. Penculikan
38
38. The Last Porter
39
39. Di Sepanjang Lembah
40
40. Asisten Ulung
41
41. Nasib Rizky
42
42. Di Dalam Gendongan
43
43. Pergumulan
44
44. Serum Terakhir
45
45. Before You Go
46
46. Petarung
47
47. Wait For Me
48
48. Pria di Kursi Roda
49
49. Tuan Rumah
50
50. The Laboratory
51
51. Cucu Bungsu
52
52. Bukan Teman Pilihan
53
53. Teman ??
54
54. Trespass
55
55. Save You
56
56. The Real Fight
57
57. Kecupan Di Pipi
58
58. Ledakan Terakhir
59
59. Tatoo
60
60. Kritis
61
61. Menunggu
62
62. Ketika Tuan Enzo Sadar
63
63. Istri ?
64
64. Mulai Janggal
65
65. Kembalinya Ingatan
66
66. So What?
67
67. The Conclusion
68
68. Mahasiswi Miskin
69
69. Rully Ngambek
70
70. Di Atas Parit
71
71. Masih Butuh Waktu
72
72. Menanggalkan Kenangan
73
73. Pesona Tuan Enzo
74
74. Pindahan
75
TERIMA KASIH PEMBACA
76
75. Basecamp Baru
77
76. Panas
78
77. Ya atau Tidak ?
79
78. Interview oleh Vero
80
79. Kastil Saddam
81
80. Pandangan Veronica
82
81. Canggung (lagi)
83
82. Kejutan
84
83. Kejutan (2)
85
84. I Want You to The Bone
86
85. Beautiful
87
86. Handsome
88
87. Singa Betina
89
88. Secret Villa
90
89. I Belong To You
91
90. Last Day
92
91. Ngambek
93
92. Curhat Saddam
94
93. Apologize
95
94. Early Morning
96
95. Untuk Sahabatku, Rully
97
96. Hadiah Wisuda
98
97. Menyambut Dunia Baru
99
98. Tetap Di Sampingku
100
99. Arriving at Moskwa
101
100. Pertemuan Bisnis
102
101. Menjadi Istrinya
103
102. Jangan Tidur
104
103. A Mother
105
104. Hai Zach!
106
105. Afrika Selatan ?
107
106. Tiba di Masa Depan
108
EXTRA PART 1
109
EXTRA PART 2
110
EXTRA PART 3 : IN THE END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!