3. Ibu

Ponsel di atas meja nakas terus-terusan bergetar tanpa nada. Saddam sama sekali tak terganggu dengan suara itu, kakinya hanya bergerak sedikit dan kemudian nafasnya teratur kembali tidur.

Hingga akhirnya pada deringan yang ke sekian puluh kali, tangan pria itu bergerak dan meraba-raba meja.

"Halo?" Saddam menjawab teleponnya tanpa melihat siapa peneleponnya.

"Dam! Saddam! Kamu masih tidur??!" Suara Mba Citra terdengar meninggi di seberang telepon.

"Mba??"

"Iya, ini mba-mu. Pasti chat aku juga ga dibaca! Dari mana sih kamu tadi malem, jam segini belom bangun? Disana pasti udah hampir sore!"

"Chat apa? Belom kayaknya." Saddam melirik bagian atas ponselnya yang dipenuhi notifikasi.

"Denger baik-baik. Pesawat yang ditumpangi Ibu ke Johannesburg hilang kontak. Hilang kontak Dam! Nasib ibu kita ga tau gimana." Suara Citra terdengar menangis.

"Gimana? Hilang kontak kenapa? Pesawat Ibu?" Saddam terperanjat dan langsung duduk.

"Iya. Pesawat ibu hilang kontak. Harusnya ibu dah nyampe di Cape Town. Aku udah jemput ama Oliv dan Mas Pram. Tapi di Bandara katanya pesawat hilang kontak saat mendekati tujuan. Kasian ibu kita Dam... Ibu sendirian di pesawat. Siapa yang nolongin kalo ada apa-apa." Citra menangis meraung-raung yang membuat suaranya hilang timbul dan tidak jelas.

Saddam mengumpulkan seluruh kesadarannya dan seperti baru benar-benar tersadar dengan apa yang dikatakan kakak perempuannya, pria itu meremas rambutnya.

"Mba cari info terus di sana, aku hubungi maskapai di sini." Saddam menutup ponselnya.

Hubungi maskapai di sini? Dia bahkan tidak tahu ibunya naik maskapai apa.

Dengan wajah linglung dan rambut berantakan, Saddam kembali membuka ponselnya dan menghubungi Eko.

"Ko, tolong cari info tentang pesawat yang ditumpangi ibu gua ke Johannesburg"

"Kenapa Pak?"

"Mba Citra barusan telfon katanya pesawat yang ditumpangi ibu hilang kontak" Saddam menjelaskan tak sabar.

"Ya Tuhan, baik Pak, segera saya cari." Eko menutup telepon.

Saddam duduk di tepi ranjang berusaha mengingat-ingat apa yang dilakukannya beberapa hari belakangan ini. Kepalanya masih terasa berdenyut karena alkohol dan kurang tidur.

Pandangannya menyapu ke semua sudut kamarnya. Nasib ibu, satu-satunya orang tua yang membesarkan dan mendidiknya kini entah bagaimana.

Tiba-tiba Saddam muak sekali dengan hidupnya. Haruskah Tuhan juga mengambil satu-satunya wanita yang tersisa untuk dicintainya?.

Saddam melangkahkan kaki turun ke lantai satu, sepanjang dinding tangga terpajang foto-foto masa kecil mereka.

Langkahnya terhenti pada satu foto saat dirinya duduk di bangku SMP dan memenangkan olimpiade matematika.

Terlihat ibunya dan Mba Citra yang tersenyum bahagia sambil memeluknya dari kiri dan kanan. Air matanya menggenang sekarang.

Kenangannya melayang ke masa-masa SMP, suatu kali dia pulang sekolah dengan wajah kusut.

"Saddam kenapa?." Ibu yang tadinya sibuk di depan monitor komputer ruang makan bertanya padanya.

"Saddam kangen ayah Bu," Air matanya bercucuran karena hari itu di sekolahnya dia ribut dengan salah seorang siswa laki-laki dan siswa tersebut memanggil ayahnya ke sekolah. Saddam dimarahi habis-habisan oleh ayah orang tua siswa tersebut.

Karena kasihan dengan sang Ibu yang harus ke sekolah untuk 'menyelamatkannya', Saddam urung memberitahu hal tersebut.

Hari itu, Saddam menghadapi guru BK dan orang tua siswa sendirian. Wajahnya kaku dan penuh amarah yang tertahan karena merasa mendapat perlakuan tidak adil.

"Saddam kenapa kangen ayah tiba-tiba?" Ibu berjongkok di dekat Saddam yang pura-pura sibuk dengan tali sepatunya.

"Saddam ga tiba-tiba kangen ayah. Setiap hari Saddam selalu kangen ayah. Saddam masih butuh sama ayah, kenapa ayah tega ninggalin Saddam. Saddam masih kecil. Saddam belum banyak ngelewatin waktu sama ayah." Tangisnya pecah sambil memeluk ibunya.

Air mata ibunya telah mengalir lebih dulu saat Saddam terbata-bata menyelesaikan kalimatnya.

"Saddam cuma lagi capek. Saddam jangan kayak gitu ngomongnya, kasian ayah di sana. Ayah udah percayain kalian ke ibu. Ibu juga sering kangen ayah, kadang kalo ibu capek dan banyak masalah, ibu sering nanya kayak gitu. Kenapa ninggalin ibu sendirian? Itu artinya Tuhan tau ibu bisa. Kalo Saddam ada masalah di sekolah, ngomong ke ibu. Saddam itu anak ibu, ibu pasti akan belain Saddam. Ga ada seorang pun ibu di dunia ini yang mau anaknya sakit atau terluka. Saddam ngerti? Saddam boleh nangis dan marah sekarang. Ibu minta maaf kalo ibu belum bisa jadi orang tua yang sempurna. Tapi untuk Mba Citra dan Saddam, ibu akan selalu berusaha."

Kata-kata ibunya semakin jelas terngiang saat Saddam melangkahkan kakinya pada anak tangga paling bawah dan melihat satu foto ketika dia wisuda. Foto itu diambil oleh Mba Citra, di kanan-kirinya berdiri Ibu dan Rossa yang tersenyum lebar sambil memeluk lengannya.

"Ibu... Maafin Saddam. Saddam janji akan berubah. Ibu yang kuat ya.. Jangan tinggalin Saddam. Saddam ga mau sendirian."  Tangisnya pecah tak terbendung.

Saddam meringkuk di kaki tangga sambil memeluk foto sang Ibu. Di kepalanya terngiang-ngiang percakapan terakhir bersama ibunya.

Beberapa saat menumpahkan air matanya membuat dadanya sedikit terasa ringan. Saddam kembali bangkit menuju kamarnya.

Langkahnya tertuju pada meja kerjanya yang berantakan. Seperti ayam yang sedang menceker tanah, Saddam menyingkirkan kertas-kertas dengan tidak sabar untuk menemukan benda yang dicarinya.

Matanya terpaku pada selembar foto yang diberikan ibunya seminggu yang lalu. Saat itu dia hanya melirik sekilas foto wanita terakhir yang direkomendasikan ibunya.

Saddam menatap sosok wanita berwajah kaku dengan tatapan dingin dan senyum tipis yang terkesan ogah-ogahan saat difoto.

Wanita di foto itu cantik dan terkesan angkuh. Tapi jika dibanding Saddam, wajah mereka sangat kontradiktif.

Seperti timur dan barat.

Saddam membalik foto dan membaca rentetan tulisan yang membubuhkan nama, alamat dan nomor ponsel.

Teringat kata-kata ibunya terakhir kali, "Kamu harus bisa deketin gadis itu. Ibu tunggu kamu bawa dia ke rumah ini untuk dikenalin ke Ibu."

Saddam menggenggam erat foto itu dan memasukkannya ke dalam lipatan laptopnya.

...--oOo--...

Eko sudah berada di dalam mobil menunggu bosnya untuk bersama-sama pergi ke perwakilan maskapai asing yang berkantor di Jakarta Pusat.

Informasi soal penerbangan yang ditumpangi oleh wanita tua malang itu telah didapatnya  dengan mudah.

Eko menunggu gelisah karena sepanjang perjalanan dirinya terus-terusan mengkhawatirkan soal Saddam.

Meski Saddam kini dikenal sebagai salah satu laki-laki bajingan sukses di ibukota, tapi Eko mengasihani bosnya yang baik hati itu.

Sesaat setelah kekasihnya meninggal, Saddam yang setengah depresi kala itu mengetahui kalau istrinya akan melahirkan anak pertama dengan jalan operasi sekaligus pengangkatan sebuah tumor.

Eko memiliki asuransi dari pemerintah, namun Saddam yang mengetahuinya menanggung seluruh pengobatan istri Eko di sebuah rumah sakit swasta terbaik.

Saddam bahkan beberapa kali mengantarkan makanan ke rumah sakit tanpa melalui perantara orang lain termasuk sekretarisnya.

Bosnya itu bilang, bahwa dia tak ingin Eko kehilangan orang-orang yang disayanginya.

Saddam pada dasarnya memiliki hati yang lembut. Tapi sejak kehilangan kekasihnya tiga tahun yang lalu, Eko tak pernah melihat Saddam tersenyum atau pun menangis lagi.

Eko tak akan meninggalkan orang yang telah berbaik hati padanya melalui masa-masa sulitnya sendirian.

Karena di dunia ini, tak ada satu pun orang yang wajib bersikap baik pada orang lain. Tapi ketika kita mendapatkannya, itu adalah sebuah rejeki yang harus disyukuri. Begitulah pemikiran Eko.

Lagi pula sebelum berangkat, ibu bosnya telah menitipkan pria itu pada Eko.

...--oOo--...

Hampir tengah hari mereka keluar dari kantor perwakilan maskapai dan mendapat informasi bahwa perwakilan keluarga yang ingin berangkat ke Johannesburg seluruh biaya transportasi dan akomodasinya akan ditanggung oleh pihak maskapai.

Saat ini pihak pemerintah setempat tengah mengupayakan pencarian ke lokasi titik di mana pesawat terdeteksi terakhir kali.

Saddam tidak siap untuk berangkat ke Afrika Selatan saat ini. Lagi pula Mba Citra mengatakan padanya untuk tetap tenang menunggu kabar darinya.

Mas Pram, suami Mba Citra telah bolak-balik ke kantor Maskapai setempat yang telah dibanjiri oleh keluarga penumpang.

Wajah Saddam dan Eko sama kusutnya. Dia tahu asisten sekaligus supirnya itu tak bisa mengatakan hal apa-apa selain memintanya untuk bersabar. Tak ada yang bisa dikerjakannya selain menunggu saat ini.

...***...

...Mohon dukung karyaku dengan like, comment atau vote ...

Terpopuler

Comments

Sri Ariyanti

Sri Ariyanti

😭😭😭 baru terasa kan sadam kalo sudah kehilangan.

2025-04-12

0

Al Fatih

Al Fatih

Baru nyesel kan dam?

2025-02-10

0

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

Kalo sudah tiada baru terasa.
bahwa kehadirannya sungguh berharga..
nih aku nyanyi buat kamu, nyesel aja baru sekarang😏

2024-11-09

1

lihat semua
Episodes
1 1. Percakapan Terakhir
2 2. Sekretaris
3 3. Ibu
4 4. Fotografer
5 5. Peneliti
6 6. Bola Mata Coklat Muda
7 7. Pecinta
8 8. Keberangkatan
9 9. Transit
10 10. Ketibaan
11 11. Johannesburg
12 12. Sudut Pandang
13 13. Keluarga
14 14. Another Strangers
15 15. Berkumpul
16 16. Hawa Dingin
17 17. Kokwane
18 18. Fakta
19 19. Follow Me
20 20. Shock Therapy
21 21. Kabut Tebal
22 22. Malam Dingin Pertama
23 23. Awal Mula
24 24. Dalam Sebuah Kastil
25 25. Bayi Pertama
26 26. Akhir Penantian
27 27. Suara Nafas
28 28. Guncangan
29 29. Cause of Me
30 30. Terpisah
31 31. Mulai Gelap
32 32. Hanyut
33 33. I Will Find You
34 34. Skin to Skin
35 35. Let's Get It On
36 36. Canggung
37 37. Penculikan
38 38. The Last Porter
39 39. Di Sepanjang Lembah
40 40. Asisten Ulung
41 41. Nasib Rizky
42 42. Di Dalam Gendongan
43 43. Pergumulan
44 44. Serum Terakhir
45 45. Before You Go
46 46. Petarung
47 47. Wait For Me
48 48. Pria di Kursi Roda
49 49. Tuan Rumah
50 50. The Laboratory
51 51. Cucu Bungsu
52 52. Bukan Teman Pilihan
53 53. Teman ??
54 54. Trespass
55 55. Save You
56 56. The Real Fight
57 57. Kecupan Di Pipi
58 58. Ledakan Terakhir
59 59. Tatoo
60 60. Kritis
61 61. Menunggu
62 62. Ketika Tuan Enzo Sadar
63 63. Istri ?
64 64. Mulai Janggal
65 65. Kembalinya Ingatan
66 66. So What?
67 67. The Conclusion
68 68. Mahasiswi Miskin
69 69. Rully Ngambek
70 70. Di Atas Parit
71 71. Masih Butuh Waktu
72 72. Menanggalkan Kenangan
73 73. Pesona Tuan Enzo
74 74. Pindahan
75 TERIMA KASIH PEMBACA
76 75. Basecamp Baru
77 76. Panas
78 77. Ya atau Tidak ?
79 78. Interview oleh Vero
80 79. Kastil Saddam
81 80. Pandangan Veronica
82 81. Canggung (lagi)
83 82. Kejutan
84 83. Kejutan (2)
85 84. I Want You to The Bone
86 85. Beautiful
87 86. Handsome
88 87. Singa Betina
89 88. Secret Villa
90 89. I Belong To You
91 90. Last Day
92 91. Ngambek
93 92. Curhat Saddam
94 93. Apologize
95 94. Early Morning
96 95. Untuk Sahabatku, Rully
97 96. Hadiah Wisuda
98 97. Menyambut Dunia Baru
99 98. Tetap Di Sampingku
100 99. Arriving at Moskwa
101 100. Pertemuan Bisnis
102 101. Menjadi Istrinya
103 102. Jangan Tidur
104 103. A Mother
105 104. Hai Zach!
106 105. Afrika Selatan ?
107 106. Tiba di Masa Depan
108 EXTRA PART 1
109 EXTRA PART 2
110 EXTRA PART 3 : IN THE END
Episodes

Updated 110 Episodes

1
1. Percakapan Terakhir
2
2. Sekretaris
3
3. Ibu
4
4. Fotografer
5
5. Peneliti
6
6. Bola Mata Coklat Muda
7
7. Pecinta
8
8. Keberangkatan
9
9. Transit
10
10. Ketibaan
11
11. Johannesburg
12
12. Sudut Pandang
13
13. Keluarga
14
14. Another Strangers
15
15. Berkumpul
16
16. Hawa Dingin
17
17. Kokwane
18
18. Fakta
19
19. Follow Me
20
20. Shock Therapy
21
21. Kabut Tebal
22
22. Malam Dingin Pertama
23
23. Awal Mula
24
24. Dalam Sebuah Kastil
25
25. Bayi Pertama
26
26. Akhir Penantian
27
27. Suara Nafas
28
28. Guncangan
29
29. Cause of Me
30
30. Terpisah
31
31. Mulai Gelap
32
32. Hanyut
33
33. I Will Find You
34
34. Skin to Skin
35
35. Let's Get It On
36
36. Canggung
37
37. Penculikan
38
38. The Last Porter
39
39. Di Sepanjang Lembah
40
40. Asisten Ulung
41
41. Nasib Rizky
42
42. Di Dalam Gendongan
43
43. Pergumulan
44
44. Serum Terakhir
45
45. Before You Go
46
46. Petarung
47
47. Wait For Me
48
48. Pria di Kursi Roda
49
49. Tuan Rumah
50
50. The Laboratory
51
51. Cucu Bungsu
52
52. Bukan Teman Pilihan
53
53. Teman ??
54
54. Trespass
55
55. Save You
56
56. The Real Fight
57
57. Kecupan Di Pipi
58
58. Ledakan Terakhir
59
59. Tatoo
60
60. Kritis
61
61. Menunggu
62
62. Ketika Tuan Enzo Sadar
63
63. Istri ?
64
64. Mulai Janggal
65
65. Kembalinya Ingatan
66
66. So What?
67
67. The Conclusion
68
68. Mahasiswi Miskin
69
69. Rully Ngambek
70
70. Di Atas Parit
71
71. Masih Butuh Waktu
72
72. Menanggalkan Kenangan
73
73. Pesona Tuan Enzo
74
74. Pindahan
75
TERIMA KASIH PEMBACA
76
75. Basecamp Baru
77
76. Panas
78
77. Ya atau Tidak ?
79
78. Interview oleh Vero
80
79. Kastil Saddam
81
80. Pandangan Veronica
82
81. Canggung (lagi)
83
82. Kejutan
84
83. Kejutan (2)
85
84. I Want You to The Bone
86
85. Beautiful
87
86. Handsome
88
87. Singa Betina
89
88. Secret Villa
90
89. I Belong To You
91
90. Last Day
92
91. Ngambek
93
92. Curhat Saddam
94
93. Apologize
95
94. Early Morning
96
95. Untuk Sahabatku, Rully
97
96. Hadiah Wisuda
98
97. Menyambut Dunia Baru
99
98. Tetap Di Sampingku
100
99. Arriving at Moskwa
101
100. Pertemuan Bisnis
102
101. Menjadi Istrinya
103
102. Jangan Tidur
104
103. A Mother
105
104. Hai Zach!
106
105. Afrika Selatan ?
107
106. Tiba di Masa Depan
108
EXTRA PART 1
109
EXTRA PART 2
110
EXTRA PART 3 : IN THE END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!