"KENAPAAAAA???!!" Rully yang berada di depan Vero langsung lari menghambur ke belakang.
Jantung Vero serasa jatuh hingga ke tanah, sedangkan Saddam memasang wajah kaku melihat punggung Rully yang berlari ke belakang.
Rully yang tadinya lari pontang-panting hingga nyaris menabrak Vero dan Eko yang sedang jalan bersisian kini menghentikan langkahnya.
"HAHAHAHAHA!!!" tawa Rizky dan seorang lainnya tak lama kemudian terdengar di udara.
Rully terengah-engah.
"Berengsek!! Gak lucu Riz!! Gak pada tempatnya lu bercandaan kayak gini!!" maki Rully.
"Gua cuma bercanda, santai dong. Elu-elu aja yang serius banget. Gua ama Ndaka lg bosen. Sepi!" tukas Rizky sambil mengeluarkan rokoknya.
Ndaka yang ternyata sudah menjadi teman sekutu Rizky terlihat masih cengengesan meski telah melihat ekspresi murka Rully.
Saddam meludah dan kembali berjalan mengikuti Salim yang sudah kembali berjalan sambil menebaskan parangnya ke kiri dan ke kanan. Porter paling tua itu tampak tidak terusik oleh tingkah konyol tamunya.
Osas mengatakan sederet kalimat bahasa lokal kepada Ndaka yang berhasil menutup rapat mulut pria itu.
"Ada-ada aja sih Mas Rizky ini" gumam Eko yang kemudian mulai kembali berjalan mengikuti bosnya yang sudah mendahului.
"Sekali lagi lu bercandaan kayak gitu, kita bakal ribut Riz!" tegas Rully.
Rizky tak menjawab, hanya membentuk mulutnya seperti cibiran tanpa suara.
"Come on!" tangan Rizky mengibas ke arah Ndaka yang berada di belakangnya untuk memberi isyarat agar Ndaka dan Makalo lanjut berjalan.
Masih beberapa langkah Rully meninggalkan Rizky yang melanjutkan obrolannya bersama Ndaka, tiba-tiba Rizky menjerit lagi.
"ADUUUHH....ADUUHH... ANJING!! KAKI GUA." Rizky ternyata menginjak bagian akar pohon yang rumit dan renggang. Tanah tempat di mana akar pohon itu tumbuh sangat lunak hingga kaki Rizky terbenam.
Kaki pria itu terjepit di antara akar pohon di sebelah kanannya hingga hingga nyaris ke lutut.
"Lu punya masalah apa sih Riz?" teriak Rully dari depan.
"Ini serius!! Kaki gua keperosok di akar. Bantu gua kek! Ngomel aja lu kayak ibu-ibu kurang jatah" sergah Rizky sambil tangannya sibuk menarik akar pohon yang menjepit kakinya.
Rombongan mereka kembali menghentikan langkah untuk menoleh ke belakang, tempat di mana Rizky mengumpat dan memaki-maki akar pohon.
Vero melihat Saddam mengatupkan rahangnya rapat-rapat. Wajah pria itu jelas menyiratkan kekesalan.
Ndaka dan Makalo terlihat menolong Rizky. Sedangkan Rully tetap berjalan menuju tempat di mana Saddam sedang berdiri.
"Temen lu emang serese itu? Atau resenya baru sekarang aja?" tanya Saddam saat Rully tiba di dekatnya.
"Sorry" bisik Rully.
"Gua ga nyalahin lu, tapi gua tau elu pasti ngerasa risih ke gua."
Mendengar perkataan Saddam, Rully hanya menyeringai.
"UDAH BISA LANJUT JALAN??" Teriak Rully dengan meletakkan kedua tangannya di mulut membentuk corong.
"BELOOMM... DIKIT LAGI. SAKIT BANGET TAU. ADUH ANJI**!!." Terdengar kembali makian Rizky dari arah belakang.
Hari semakin sore dan suhu sebenarnya melorot perlahan-lahan. Lebih lama berhenti tanpa aktifitas, membuat hawa dingin terasa lebih menusuk ke kulit.
Rizky terus menggerak-gerakkan kakinya di antara jalinan akar. Makalo sedang memotong bagian akar yang paling menghimpit kaki Rizky.
Makalo menggerakkan pisaunya maju mundur seperti sedang menggergaji. Sebenarnya dengan sekali tebas menggunakan parang, akar itu pasti bisa terlepas.
Tapi dengan adanya kaki Rizky yang terperosok ke dalam tanah lembek di antara akar-akar itu, Makalo harus ekstra hati-hati membebaskan kaki pria rewel itu.
...--oOo--...
Ndaka sedang membantu mengangkat tubuh Rizky saat Makalo telah berhasil memotong akar yang licin ketika tiba-tiba sebuah anak panah melesat di antara wajahnya dan wajah Rizky yang sedang berdekatan.
Anak panah itu menancap pada pohon yang akarnya baru saja membelit kaki Rizky.
Ndaka dan Rizky berpandangan tak percaya. Rizky menarik anak panah yang berada di dekatnya untuk melihat bentukan anak panah itu.
Masih hendak akan mengamati ujung mata panah yang terbuat dari besi yang sangat mengkilat, sebuah anak panah susulan mengenai pohon yang sama.
"RULLLYYYYYY..... ADA YG NEMBAK PAKE PANAH!!" Rizky berusaha bangkit dan lari terpincang-pincang menyeret ranselnya.
Jarak Rizky dan Rully nyaris 50 meter jauhnya.
"APA LAGIII???" Rully yang sudah sangat emosi berteriak ke arah Rizky yang dilihatnya berlari terseok-seok di belakang diikuti oleh Ndaka dan Makalo.
"PANAH BRENGSEK!!! ADA YANG NEMBAK GUA PAKE PANAH!!" Rizky terus berlari ke depan.
Vero yang melihat Rizky berlari terpincang-pincang sambil memegang sesuatu dengan diikuti oleh kedua orang porter di belakangnya mulai menajamkan telinga.
Vero mendengar Rizky mengatakan sesuatu soal panah.
"Pak Saddam!! Mas Rizky bilang dia baru aja ditembak pake panah!!" Eko yang sudah jelas mendengar apa yang dikatakan Rizky menarik tangan Vero dan menyeretnya.
"Panah??" Belum lagi selesai rasa terkejut Saddam oleh hal yang baru saja dikatakan Eko padanya, tiba-tiba sebuah anak panah menancap di pohon yang baru saja dilewati oleh Eko dan Vero.
Saddam dan Rully saling pandang.
"Osas!! Someone shooting us with arrows!"
Teriak Saddam.
Osas yang mendengar jelas perkataan Saddam meneriakkan sesuatu kepada Salim di depan.
"RUN!!" teriak Rully sambil berbalik arah beberapa langkah ke belakang untuk mencabut anak panah kedua yang menancap di belakang Eko dan Vero.
Eko dan Vero berlari mendahului Rully yang sepertinya menunggu Rizky yang nyaris sampai.
Eko masih menggandeng tangan Vero yang terlihat kepayahan karena ranselnya yang cukup besar untuk seorang wanita berbadan kecil sepertinya.
Saddam yang tak sabar menunggu Eko dan Vero berbalik arah sambil menoleh ke arah Salim dan Osas yang terus berteriak dari depan agar mengikuti mereka.
Saddam menggapai tangan Vero dan melepaskan ransel wanita itu terburu-buru.
Saddam memanggul ransel Vero dengan terengah-engah,
"Ikutin Salim dan Osas, cepat!!"
"Pak Saddam juga," sela Eko bingung memandang antara bosnya dan seorang wanita berwajah pucat yang tangannya masih berada dalam pegangannya.
Eko yang gugup hendak meninggalkan bosnya dan panik saat melihat Osas dengan bawaan yang super besar itu nyaris hilang dari pandangan karena berbelok ke arah kanan kembali terlonjak.
Sebuah anak panah kembali melesat di antara mereka dan mengenai serimbunan tanaman perdu.
"CEPAT KO!!" bentak Saddam.
Sadar apa yang harus dilakukannya, Eko kembali menyeret Vero meninggalkan Saddam yang sedang menunggu Rully.
Vero melangkahkan kakinya secepat mungkin untuk mengimbangi langkah Eko.
Dengan barang bawaan yang besar dan berat Makalo dan Ndaka setengah mendorong Rizky agar lebih cepat menaiki tanah yang mulai mendaki.
Melihat Rizky mulai mendekat, Rully menyusulnya ke belakang dan menarik lengan Rizky agar lebih cepat.
Kemudian bertubi-tubi anak panah lainnya melesat ke arah mereka.
Sambil berlari Saddam menoleh mencari arah datangnya anak-anak panah itu. Hutan yang semakin gelap membuat usahanya sia-sia.
Suara Osas terdengar berteriak-teriak di kejauhan. Mungkin Osas melakukan hal itu agar mereka yang di belakang bisa terus mengikutinya.
"Terus lari!! Ikutin suara Osas!" Saddam berteriak kepada Eko yang dilihatnya hanya beberapa meter di depannya masih menggandeng Vero.
"TO THE WRECK" suara Ndaka bergema dari arah belakang. Pria itu mengatakan ke bangkai pesawat.
Dua anak panah kembali melesat ke arah mereka. Mengenai sebuah pohon yang baru saja dilewati Rizky dan Rully.
Saddam terus berlari hingga hampir mencapai Eko dan Vero, Ransel Vero tergantung di bahu kirinya.
"AWWW....!! Aduuuhhh!!" teriakan dan rintihan Vero terdengar jelas bergantian.
Sebuah anak panah yang menyerempet lengan kirinya kini sudah tertancap di pohon.
Jaket parka tebal yang membungkus tubuh wanita mungil itu robek di bagian lengan kirinya. Saddam melihat lengan atas wanita itu seperti baru saja kena sabetan pisau.
Vero mencengkeram lukanya erat-erat sambil menunduk.
Hutan semakin gelap.
"Ssstttttt.....Sssshhhh....." Saddam meletakkan telunjuknya di bibir.
Bayangan Osas dan Salim terlihat di depan. Saddam memberi isyarat agar mereka diam dan menunduk.
Vero merintih tertahan. Nafasnya tersengal-sengal. Eko mengeluarkan sapu tangan dan melilitkannya di lengan wanita itu.
Ketika Rully dan Rizky mendekat,
"Kita harus berenti dulu, makin kita bergerak dan berisik sesuatu yang sedang memburu kita ini kayaknya makin tau posisi kita. Vero udah luka keserempet anak panah. Kita berenti dulu" bisik Saddam dengan posisi berjongkok sambil menarik lengan Rully agar ikut menunduk.
Semua orang mengikuti kata-kata Saddam. Mereka mulai berjongkok tak bergerak sambil mengatur nafas.
Kabut tebal semakin menyelimuti hutan, hawa dingin mulai menerpa wajah mereka.
...***...
...Mohon dukungan atas karyaku dengan like, comment atau vote ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Patrish
kereeennnn....
2023-12-15
0
HNF G
bercanda bercanda, ntar beneran dikira bercanda mampos lo😒
2023-11-22
1
Nur Hayati
walaupun dah dua kali baca tetep ajah bikin tahan napas bacanya
2023-10-14
0