Pintu ruang karaoke terbuka dan Agnes masuk ke dalam. Masih mengenakan pakaian yang sama seperti dikenakannya di kantor tadi.
Lewat jam 7 malam Saddam menelepon dan memintanya datang ke sebuah karaoke yang menyatu dengan tempat SPA dan Club.
Saat itu Saddam sudah setengah mabuk bersama ketiga orang temannya yang telah ditemani beberapa orang wanita setengah telanj*ng yang sedang asik memberikan pelayanan sambil bernyanyi mengikuti teks di layar.
"Eko di mana Pak?" Agnes menyapa Saddam dan duduk di sebelahnya.
Pandangan Saddam buram dan kepalanya terasa terayun-ayun. Dia tak mengerti apa yang baru saja dikatakan Agnes barusan.
"Saya bilang tadi, kamu boleh menolak untuk ga dateng ke sini. Kalo kamu dateng, kamu udah bakal tau bakal gimana." Saddam mencoba menuangkan Jack Daniels ke gelasnya yang nyaris kosong.
Agnes meraih botol dan menuangkannya untuk Saddam.
"Ga masalah Pak, santai aja. Saya juga anggap ini cuma entertainment aja kok," Agnes melirik bosnya sambil membakar sebatang rokok.
Saddam terpana sesaat melihat tingkah asli sekretarisnya. Tapi Saddam merasa tidak begitu heran mengingat Agnes adalah tipikal perempuan berani yang sangat profesional dalam pekerjaannya.
Saddam kembali melihat paha Agnes yang begitu dekat dengan kakinya. Sejurus kemudian Saddam menarik Sekretarisnya dan mencium bibir wanita itu.
Tangannya masuk ke dalam rok pendek Agnes dan jari-jarinya berhasil menyusup ke lipatan paha yang membuat wanita itu harus merenggangkan kakinya.
Terdengar nafas dan suara Agnes yang menikmati keahlian tangan Saddam di antara kedua pah*nya.
Musik dalam ruangan kini telah berganti tak lagi diisi orang bernyanyi yang diiringi lagu-lagu santai. Kendali musik telah diserahkan kepada operator yang menyambungkan musik yang sedang di putar di club ke dalam ruangan itu.
Semua orang di dalam ruangan KTV VIP itu tak ada lagi yang berbicara. Semua hanyut dalam pengaruh minuman keras dan narkob*.
Hampir jam 1 dini hari, dan Agnes sudah menelan 2 butir pil ekst*si. Dia tak merasa harus buru-buru pulang malam itu karena dirinya mengingat bahwa esok adalah hari sabtu.
Dalam redup cahaya ruangan yang diselingi lampu warna warni berkedip-kedip Agnes menari di depan bosnya yang duduk di sofa dengan mata sayu karena mabuk alkohol.
Agnes menyapukan pandangan buramnya ke seisi ruangan yang penghuninya sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Sekilas dilihatnya seorang pria di sudut ruangan sudah menurunkan resleting celananya dan menikmati aktifitas wanita yang berjongkok di kakinya.
Kemeja yang dikenakan Agnes sendiri sudah terbuka beberapa kancing karena Bosnya tadi sempat bermain-main dengan dadanya saat mereka berciuman di sofa.
Agnes tak mengharapkan hal lebih dari Saddam, dua tahun menjadi Sekretaris pria itu cukup baginya mengenal bosnya itu sosok pria seperti apa.
Tak terhitung banyaknya wanita yang dikencaninya dengan bermodal wajah tampan ala timur tengah dan kekayaan yang dimilikinya.
Bagi Agnes yang memang tak menginginkan suatu hubungan dan hanya terobsesi pada tubuh seksi seorang pria, menikmati sentuhan sensual serta bercinta semalam suntuk bersama Saddam sudah cukup memuaskan hatinya.
Jam menunjukkan hampir pukul 4 pagi ketika dirinya dan Saddam terseok-seok memasuki sebuah kamar hotel.
Saddam telah meminta Eko untuk membawa pulang mobilnya setelah mengantarkan mereka ke sebuah hotel bintang lima tak jauh dari club.
Pengaruh ekst*si yang mulai berkurang membuat Agnes sadar saat melucuti pakaiannya sendiri dan mulai menunggangi bosnya disertai desahan-desahan.
Bercinta dengan kondisi setengah fly membuat stamina Agnes menjadi berkali-kali lipat.
Tak terhitung banyaknya dia merasakan puncak kenikmatan yang diberi Saddam malam itu.
Hingga yang semula dikiranya dia akan diminta pergi keesokan harinya ternyata Saddam masih menahan dirinya untuk tetap menemani pria itu hingga hari minggu.
Dua hari bersama Bosnya di sebuah kamar suite hotel mewah sama sekali tidak membuat pria itu mau berbicara banyak dengannya.
Saddam lebih banyak diam di depan laptopnya yang diantarkan Eko pada hari sabtu pagi ke kamar.
Sifat Eko juga hampir mirip seperti Bosnya tapi dengan versi yang lebih merakyat. Supir sekaligus asisten pribadi Saddam itu tak pernah banyak bicara padanya.
Agnes ingat betul dua hari bekerja sebagai Sekretaris Saddam, Eko berkata padanya bahwa 'semakin sedikit hal yang diketahuinya tentang Saddam itu akan semakin baik untuk dirinya'.
Awalnya Agnes mengira, Eko membuat ungkapan itu karena kreatifitasnya sendiri. Tapi ternyata ungkapan itu berasal dari Saddam. Karena suatu kali Saddam juga pernah memberinya wejangan serupa.
Dalam hal apa pun, jika dirinya terlalu mencari tahu akan suatu hal, maka dirinya harus bersiap dengan sakitnya kenyataan. Jika tak ingin sakit atau mendengar hal buruk, maka jangan mencari tahu.
Lama-kelamaan ungkapan itu berhasil dipraktekkan oleh Agnes. Dia tak mau ambil pusing pada suatu hal yang memang tidak diberitahukannya kepadanya.
Agnes tidak mau ambil pusing dengan perasaan yang timbul saat Saddam mengutarakan suatu hal. Baik hal yang baik, atau yang dinilai Agnes terlalu kasar.
Dia tak mau membawanya ke dalam hati. Karena bagi Agnes, Saddam itu seperti zombie tampan yang tak memiliki perasaan.
"Anji**! Tolol!" Saddam mengumpat dari balik laptopnya.
Agnes hanya melirik Bosnya dari atas ranjang dengan tubuh tel*njang yang tertutup selimut. Dia sama sekali tak tertarik untuk mengetahui siapa yang dimaki oleh pria itu.
"Dasar b*rengsek! Tolol kok diborong semua!" Saddam menutup laptopnya dengan kasar.
"Nes! Sini kamu." Pinta Saddam.
Agnes berdiri dan berjalan telanj*ng ke arah Bosnya yang masih duduk di belakang meja kerja kamar hotel. Dia mengerti apa yang diinginkan Saddam saat itu.
Saat Agnes mendekat, Saddam menurunkan boxer dan memegang properti miliknya. Agnes langsung berjongkok di depan pria itu.
Tak berapa lama kemudian, dirinya sudah duduk di pangkuan Bosnya dengan posisi membelakangi dan bergerak naik turun. Tangan Saddam memegang pinggulnya untuk memandu.
...--oOo--...
Hampir satu minggu Saddam tak bertemu dengan Ibunya. Saat dirinya kembali ke rumah, Ibunya sudah tertidur.
Dan saat dirinya berangkat ke kantor Ibunya sedang berada di sisi lain rumah berusaha untuk menghindarinya.
Saddam tahu Ibunya kecewa padanya. Bukannya tak ingin meminta maaf dan berbaikan kepada sang Ibu, tapi saat ini dirinya benar-benar merasa lelah.
Semakin hari dia merasa hidupnya semakin hancur. Dia sendiri tak tahu apa lagi yang bisa dilakukannya untuk mengisi hari-harinya agar terasa lebih berarti.
Dia memiliki semua hal yang diimpikan para laki-laki. Wajah yang tampan, tubuh yang bagus dan karir yang cemerlang. Meski begitu, hatinya terasa kosong.
Setelah menghabiskan dua hari mengurung diri bertelanj*ng ria di sebuah hotel bintang lima bersama sekretarisnya tak membuat mereka memiliki hubungan canggung selama di kantor.
Seperti keinginannya, Agnes bersikap seperti tidak terjadi suatu hal apa pun di antara mereka. Begitu pula Eko yang bisa bersikap peduli namun dibungkus dengan sikap datarnya seperti biasa.
Bagi Saddam, Agnes seperti wanita-wanita yang ditemuinya selama ini. Mereka hanya menginginkan hiburan dan privellege saat pergi berkencan dengannya.
Semua wanita itu dikasarinya, tapi entah mengapa mereka semua tidak kapok dan selalu mencarinya kembali.
Seperti Agnes yang melayaninya dengan penuh semangat meski nyaris tak pernah berpakaian saat menghabiskan dua hari bersamanya di kamar.
Saddam hampir mengira kalau Agnes sangat terobsesi pada tubuhnya, karena wanita itu seperti tak mengenal lelah untuk mengajaknya bercinta.
Tapi dirinya tak akan membiarkan keahlian Agnes tersalur dengan cuma-cuma dan tak dihargai.
Mata wanita itu berbinar saat dirinya mengatakan bisa menggunakan kartu kredit perusahaan untuk kebutuhan pribadi wanita itu.
...--oOo--...
"Pak, ada telfon dari Ibu." Eko berbicara pada Saddam di antara dentuman suara musik club.
"Ya??!"
"Ibu Bapak telfon." Eko menunjukkan ponsel di tangannya.
Saddam mengangguk dan berbisik kepada seorang wanita muda berambut pendek yang sedari tadi berdisko sambil menempelkan tubuh padanya.
Eko berjalan ke arah pintu keluar club dan berdiri di dekat charger station menunggu Bosnya.
"Ya Bu?" Saddam menempelkan telinganya ke ponsel.
"Maaf kalau Ibu mengganggu kamu. Ibu cuma mau bilang, kalau Ibu baru landing di Singapura. Penerbangan Ibu akan lanjut sebentar lagi"
"Ibu mau ke mana?" Suara Saddam jelas-jelas menggambarkan orang yang sedang teler.
"Ibu mau ke tempat Mba Citra. Kayaknya Ibu akan tinggal beberapa lama di sana. Ibu kangen Oliv. Ibu kesepian, kayaknya kamu ga butuh Ibu lagi."
"Hah??! Ibu ke Afrika Selatan? Sendirian?" Saddam nyaris tak percaya seminggu lebih mendiamkan Ibunya membuat wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya itu pergi kabur meninggalkannya.
"Iya. Sendirian. Ibu capek tinggal sama kamu. Ibu kayak ga punya anak. Ibu pergi dulu. Sehat-sehat kamu. Tolong kasi telfon ini ke Eko"
Ponsel berpindah tangan,
"Ko, saya pergi dulu ke tempat Citra. Jaga Saddam ya, cuma kamu yang tau dia gimana. Kalo dia kelewatan, tolong diingetin ya Ko. Kamu pasti ngerti apa maksud saya."
"Ndalem Bu.. nggih... Hati-hati di jalan. Sehat-sehat ya Bu. Saya pasti dampingi Pak Saddam ke mana aja."
Hampir sadar saat Saddam melihat Eko mengakhiri pembicaraan dengan Ibunya dan menyimpan ponsel ke kantong.
"Gimana Pak? Kita pulang? Kasian Ibu Bapak yang biasanya pergi ke mana-mana ditemani. Sekarang malah berani sendirian ke Singapura." Eko menilik wajah Saddam menunggu reaksi.
"Ibu bisa kok. Santai aja. Kamu tau sendiri Ibu gua beraninya kayak apa. Gua mau lanjut sebentar, kamu tunggu di mobil aja. Kalo udah selesai gua telfon kayak biasa." Saddam mengibas-ibaskan tangannya sebagai isyarat agar Eko pergi dari tempat itu.
Saat itu Saddam sama sekali tak mengira kalau percakapan di telepon barusan adalah percakapan terakhirnya bersama sang Ibu.
...***...
...Mohon dukung karyaku dengan like, comment atau vote...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Al Fatih
Afrika Selatan,, we back again....
dr Firza dan Shena berjodoh d situ ...
Apakah nanti ad new couple lagi?
2025-02-10
1
Yeti Kosasih
Bu sopia kaah yg duduk bareng Shena ketika penerbangan k Singapura kah?
2025-02-28
0
Al Fatih
btw,, ibu nya Saddam ini,, apakah ibu yg duduk d sebelahnya Shena yaa
2025-02-10
0