Malam telah berlalu dari peraduannya, berganti dengan senyum mentari yang menyapa semua makhluk Nya. Udara pagi begitu segar dan menyejukkan, dihirupnya udara pagi dengan perlahan dari atas balkon kamarnya.
Dasar memang keras kepala, meskipun kondisi tubuhnya masih lemah namun ia tak mau dirawat di Rumah Sakit. Lili tetep kekeh ingin pulang dan beristirahat di kamarnya.
Setelah debat yang panjang dan penuh drama akhirnya ia memenangkan perdebatan dan inilah hasilnya, ia bisa menikmati indahnya pagi dari balkon kamarnya.
Meskipun tangannya masih di perban dan memar di wajahnya masih terlihat jelas.
" Kreeekk,,," bunyi pintu yang terbuka.
Nampak Bibi May masuk ke kamarnya dengan membawa sarapan pagi dan obat yang harus diminumnya pagi ini.
Dengan tersenyum lembut, Bibi May mendekati Lili yang duduk di balkon kamarnya.
" Non, ayo sarapan dulu, Bibi sudah buatkan makanan kesukaan Non, nasi goreng seafood pedas, sama jus jambu kesukaan Non."
Air mata menitik dari pelupuk mata wanita paruh baya ini melihat kondisi Lili sekarang.
Gadis yang biasanya selalu menggodanya tiap pagi dan membuatnya sibuk dengan manjanya yang ingin ini dan itu, kini hanya terduduk lemas di kursi santainya.
" Bi,,, kenapa menangis? Aku baik baik saja Bi, ini tak sakit kok, Bibi tak boleh bersedih kayak gitu, aku tak mengijinkan air mata ini tertumpah karena aku, jika Bibi sayang sama aku, ayo tersenyum, jangan buatku ikut bersedih di pagi yang indah ini."
Lili menghapus air mata Bibi May dengan senyuman yang tersungging di bibirnya.
" Sayang, siapa yang tega melakukan ini pada putri kecil Bibi, kalau aku ketemu mereka akan ku buat mereka jadi perkedel."
Geram Bibi May sambil meremas remas tangannya, membuat Lili tersenyum lebar.
" Ha,, ha,, ha,, Bibi,,, Bibi sungguh lucu dengan amarah seperti itu, sebelum mereka jadi perkedel Bibi, mereka sudah jadi santapan piranha di kolam Bi,,, nggak mungkin Reza dan Papa membiarkan mereka lolos."
Tawa Lili memenuhi ruang kamarnya, tanpa disadarinya Reza sudah berada di dalam kamar itu sedang menyaksikan keakraban dari pengasuh dan momongannya.
Senyuman tipis menghiasi bibirnya, dia terus menyaksikan interaksi antara keduanya, yang sangat jarang ia lihat seorang Lili tertawa lepas seperti itu.
Kebahagiaan benar benar terpancar dari raut wajahnya, membuat Reza enggan beranjak dari tempatnya berdiri, menyaksikan kebahagiaan gadis manjanya.
" Non, ayo makan dulu sarapannya, nanti keburu dingin."
Bibi May menyodorkan nampan yang berisi nasi goreng dan jus diatasnya, tak lupa segelas air putih dan obat yang sudah siap untuk diminum.
Lili memandang obat itu dengan cemberut, ia memandang memelas ke arah Bibi May dan bermanja padanya dengan menyandarkan kepalanya di bahu wanita paruh baya itu.
" Bi,,, obat itu pahitkan Bi,,, masa Bibi tega memberiku obat pahit itu, Bibi kan tahu aku nggak bisa minum obat, pasti ntar kumuntahkan kembali, kan sayang nasi gorengnya kalau harus kumuntahkan lagi, jadi,, aku mau sarapan tapi tak perlu minum obat ya Bi,,,"
Tuturnya manja sambil menaik turunkan alisnya dan mengerlingkan matanya, senyuman termanis diberikan pada Bibi May.
" Tapi Non,,, nanti kalau Nyonya dan Tuan tahu hidup Bibi yang terancam Non,,, lagian Bibi juga ingin kamu cepat sembuh, jangan membujuk Bibi lagi, semua tak akan berhasil."
Ucapnya lembut namun penuh penegasan, dengan mata yang menatap penuh kasih sayang pada Lili.
Lili semakin mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Bi May, ia pun memundurkan tubuhnya dan bersandar pada kursi, sambil mengangkat kedua kakinya keatas kursi, dan memeluk kakinya, menjadikan lututnya sebagai penyangga kepalanya.
" Aku nggak mau sarapan kalau gitu, bawa aja semua kembali ke dapur Bi, lebih baik aku kelaparan dari pada harus minum obat itu."
Pandangan matanya kini tertuju ke lantai balkonnya, ia tak mau menatap Bibi May lagi, dan itu menandakan kalau ia benar benar lagi kesal sekarang, membuat Bibi May sedikit tergoyahkan pikirannya.
" Baiklah,,, baiklah,, putriku yang cantik,,, yang manja,,, Bibi mengalah padamu,,, makanlah sarapan ini dan tak perlu minum obatnya,,, biar Bibi buang saja obatnya nanti."
Mendengar itu mata Lili berbinar, ia sangat senang lalu memeluk Bibi May dan tersenyum bahagia.
" Bibi memang yang terbaik,,,tapi suapi aku dong Bi,, kan tanganku terluka sekarang,,, he,, he,, he,,,"
" Dasar manja,,, yang sakit tangan mana dan yang buat makan tangan mana,,, haduhh,,, putriku yang manja,,,,"
Bibi May mencubit pelan hidung Lili membuat gadis itu tersenyum nyengir.
Dengan penuh kasih sayang Bibi May menyuapi Lili, dan terjadi perbincangan hangat antara keduanya hingga suapan yang terakhir, setelah itu Lili pun meminum jusnya, dan meletakkan sisanya di meja dekat sofa.
" Makasih ya Bi,,, aku sayang,,, banget sama Bibi,,,"Lili bergelayut manja di lengan Bibi May dan menyandarkan kepalanya di bahu pengasuhnya itu.
Bibi May membelai lembut rambut Lili," Non,,, jangan bikin kami cemas lagi,,, dunia serasa runtuh saat tau Non di rumah sakit kemarin, Nyonya tak hentinya menangis, Tuan seperti kehilangan pegangan hidupnya, Reza seperti orang gila mencari keberadaan Non Lili, jangan buat kami cemas lagi ya sayang,,,kamu itu dunia kami,,,"
Bibi May pun meneteskan airmatanya, ia membayangkan jika hal buruk terjadi pada Lili, dadanya pun terasa sesak mengingatnya.
" Bi,,, maafin Lili,,, aku janji tak akan membuat Bibi bersedih lagi, aku akan menjaga diriku dengan baik Bi,,, jangan menangis lagi, sayang airmata seindah ini harus terjun dari pipi yang sudah berkerut,,, jalannya tak akan mulus,,, berlenggak lenggok karena kerutan ini seperti jalan tol yang banyak polisi tidurnya,,,he,, he,, he,,"
" Dasar anak nakal, he,,,he,, he,,,"
Bibi May pun mencubit pelan pipi Lili, membuatnya mengelus pipi sambil cemberut.
" Jangan cemberut dong sayang, ntar cantiknya ilang lagi,,,Bibi ke dapur dulu ya mempersiapkan penyambutan kedatangan Alin, ia akan datang hari ini."
Lili sedikit terkejut mendengar Alin akan datang, meskipun ia tau kalau hari ini pasti akan tiba, namun ia tak menyangka akan secepat ini, ia pun tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya pada Bibi May. Pertanda ia mengijinkan wanita paruh baya itu keluar dari kamarnya.
Tatapannya kini kosong menerawang ke depan, tanpa disadarinya Reza sudah duduk di sampingnya dengan membawa segelas air dan obat Lili.
" Minum obatmu!"
Katanya tanpa basa basi membuat Lili tersadar dari lamunannya.
Dengan tatapan tak suka ia memandang gelas dan obat yang diberikan Reza.
"Aku tak butuh itu, aku baik baik saja, cepat keluar dari kamarku, kamu merusak pagi indahku, sana pergi,,,"
Namun Reza tak beranjak dari duduknya, membuat Lili geram dan berniat meninggalkan tempat itu namun tertahan oleh Reza.
" Minum obatnya atau aku yang akan meminumkannya padamu!"
Ucapnya tegas.
" Sapa kamu berani memerintahku, minggir,, aku nggak mau minum obat itu,,,"
Lili bangkit dari duduknya, namun selangkah ia berjalan tangannya ditarik oleh Reza hingga ia terduduk di pangkuan Reza, dan dengan cepat ia mencium Lili dengan menekan tengkuk gadis ini hingga ia tak bisa menghindar, dan setelah obat itu masuk kedalam mulut Lili dan menelannya baru Reza melepaskan ciumannya dan tangannya dari tubuh Lili.
" Minum obatmu sendiri kalau kau tak mau aku yang meminumkannya padamu!"
Dengan menahan senyumnya ia berpura pura menatap Lili dengan arogannya.
Lili hanya bisa memelototkan matanya, lalu bangkit dari pangkuan Reza, karena kecerobohannya ia menyenggol gelas jus dan jatuh mengenai kakinya dan mengeluarkan darah, melihat darahnya yang mengalir, matanya menjadi kabur dan ,,,
" Brrrruuggghhhhh"
Tubuhnya terkulai lemas dan jatuh di pelukan Reza.
bersambung🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
LUNA HIATUS
lili koq bisa sama dgn aku ya gk bisa minum obat wkwkwkwk.
2021-10-12
2
Nurfitri Susanti
alin siapanya lili ya
2021-08-22
1
Dfe
minum obat aja gamau.. alsanya pahit.
yassalam.. pahit itu klo bucin ma orang tp orangnya cuek g respect. itu pahit bgt
2021-07-10
11