Reza berlari dengan cepat menuju ruang ICU, sesekali tanpa sadar ia menabrak orang yang berjalan di koridor rumah sakit karena kecemasannya, ia tak menghiraukan sekelilingnya. Meskipun mendapatkan cacian dan amarah yang ditabraknya ia tak menghiraukannya, setelah minta maaf ia pun berlalu, mempercepat langkahnya agar cepat sampai di ruang perawatan Lili.
Nampak di depannya kini seorang pria yang tak asing baginya, ia tau siapa pria ini, orang yang secara diam diam telah mendekati Lili tanpa sepengetahuan Lili. Tangan Reza terkepal dan tanpa basa basi tinjunya sudah mendarat di wajah pria ini.
" Aaarrghh,,,"
Pria ini memegang bibirnya yang telah mengeluarkan darah begitu juga dengan hidungnya.
" Brengsek,,, kau yang menyebabkan Lili terluka, kan?"
Reza memukul pria ini lagi, hingga ia tersungkur ke lantai memegangi perut dan bibirnya yang terus mengeluarkan darah.
Saat Reza ingin memukulnya kembali terdengar suara yang menghentikannya.
" Reza,,, cukup,,,,!"
Papa Sanjaya dan Mama Zahira sudah berada tepat dibelakang Reza dan memegang tangan Reza yang siap memukul tubuh pria di depannya.
" Kau ingin berurusan dengan pihak berwajib sudah memukuli orang, ingat kedudukanmu di perusahaan, kau ingin buat malu perusahaan dan saham kita turun."
Ucapnya lirih namun penuh penekanan.
" Katakan dimana putriku sekarang, bagaimana keadaannya?"
Mama Zahira yang sedari tadi sudah meneteskan airmatanya kini menangis lagi dan terduduk di kursi ruang tunggu.
" Sudahlah Ma, jangan menangis lagi, yakinlah putri kita akan baik baik saja."
Papa Sanjaya pun membawa tubuh istrinya dalam pelukannya.
" Aku takut Pa,,, ia tak tahan melihat darahnya sendiri, pasti ia akan pingsan, lalu mereka,,, sudah membuat putri kita terluka Pa."
Dengan membenamkan wajahnya di dada bidang suaminya, air mata tetap menetes dari pelupuk matanya.
"Maafkan saya Om,,, Tante,,, karena lalai menjaga Lili, hingga kejadian seperti ini terjadi."
Reza nampak terduduk lemas di kursi ruang tunggu, sungguh ia merasa lelah karena belum istirahat sama sekali habis dari kantor tadi langsung mencari Lili mengitari kota, berharap menemukan gadis itu, karena gps yang dipasang di motor Lili telah dimatikan begitu juga dengan ponselnya.
Tak berapa lama seorang Dokter keluar dari ruangan ICU, berjalan ke arah mereka. Dan ia terkejut melihat pria yang tadinya buat keributan di dalam ruangan itu babak belur.
" Gimana kondisi putri saya, Dokter?"
Papa Sanjaya yang sudah berdiri dan berjabat tangan dengan Dokter itu.
" Kondisi putri Bapak sudah stabil, untung dia dibawa kemari dalam waktu yang tepat, kalau tidak ia akan kehilangan nyawanya karena darah nya terlalu banyak yang keluar, ternyata sabetan pisau tadi mengenai nadi putri Bapak, hingga darahnya tak mau berhenti, lukanya cukup lebar."
"Boleh kami menjenguknya Dok?"
" Silahkan,,, putri Bapak sudah dipindahkan ke ruang rawat inap VVIP di lantai atas."
Ucap Dokter itu sambil melirik ke arah pria ini, sedikit membungkuk hormat lalu pergi dari tempat itu diikuti Papa Sanjaya, Mama Zahira, Reza dan pria itu menuju ruang rawat Lili.
" Tuan, sebaiknya anda mendapat pengobatan dulu, darah anda perlu dibersihkan,,"
Pria itu hanya diam saja dan memandang Reza dengan tatapan devilnya. Lalu keluar ruangan mengikuti langkah Dokter yang pamit pada semuanya, setelah mengantar ke ruang rawat Lili.
" Tunggu pembalasanku Reza, kau harus membayar mahal untuk semua ini."
Diruang rawat Lili, Mama Zahira hanya bisa menangis melihat putri semata wayangnya terlihat pucat dan begitu lemah, nampak luka lebam di bibir Lili dan tangannya yang diperban. Reza hanya bisa menahan sakit hatinya, jika ia tak keterlaluan tadi tak mungkin Lili pergi dan mengecoh anak buahnya yang ditugaskan mengawasinya. Rasa bersalah membuatnya lemah dan duduk terkulai di sofa di kamar itu.
Tak lama ada notif masuk dalam ponselnya, pesan singkat yang membuatnya tersenyum jahat.
" Habisi mereka semua, berani menyentuh Lili."
pesan pun terkirim ke seberang.
" Reza kau sudah tau siapa yang membuat ulah ini?"
Papa Sanjaya duduk di samping Reza, menatapnya dengan penuh tanya.
" Sudah Om,, dan anak buah kita sudah membereskan mereka."
" Sapa dalang di balik semua ini?"
" Om akan tau esok pagi, besok pagi kehancuran dia sudah dipastikan."
Reza menatap ke depan dengan tatapan kosong, ia seakan tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Hingga suara itu menyadarkannya.
" Bagus,,, tapi pastikan semua bersih tak berjejak, dan rencanamu untuk teman Lili itu,,,"
Papa Sanjaya hanya bisa menghela nafasnya dengan perlahan dan menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.
" Selama kita masih membutuhkan dia, saya akan bersikap lunak padanya, Om. Lili juga akan aman selagi si brengsek itu masih mencintai Lili, ia akan melindungi Lili dari Papanya."
" Baiklah,, aku serahkan semuanya padamu, kau pasti tau yang terbaik untuk keluarga kita, jaga putriku baik baik, aku percayakan itu padamu, jangan khianati kepercayaan kami, Alin akan datang besok pagi."
Papa Sanjaya menepuk pelan pundak Reza, lalu melangkah ke arah Mama Zahira yang masih setia dengan tangisnya.
Reza mendesah perlahan, nampak beban yang berat terlihat jelas di wajahnya. Hatinya bingung dan bimbang sekarang, seakan ia berdiri diantara dua pilihan, jurang dan lautan, yang setiap saat bisa meremukkan dan menenggelamkannya.
" Kenapa kau datang disaat waktu yang kurang tepat, Alin,,, " bisiknya dalam hati, sekilas kenangan yang lalu tergambar jelas di pelupuk matanya.
Gadisnya yang periang, yang mampu membuat hari harinya ceria dan bahagia dengan candaan dan senyum manjanya. Membuat lengkungan di bibir Reza tanpa ia sadari.
Dan semua sirna tatkala ia mendengar rintihan yang membuatnya segera bangkit dari duduknya dan melangkah ke arah suara rintihan itu.
Lili berusaha bangun dari tidurnya. Ia merasakan beban yang berat di tangannya, dan saat ia membuka mata, tangannya telah diinfus dan tangan satunya telah diperban.
Melihat kedua orang tuanya yang tertidur di samping brankar nya dengan tangan mereka memegang tangan Lili, kepala keduanya direbahkan di atas brankar dan tangan mereka sebagai penopang kepala.
Melihat itu Lili tak tega untuk membangunkan keduanya, dan ia berusaha sendiri untuk bangun, menyandarkan tubuhnya di dinding dengan bantal yang jadi penopangnya.
Tanpa ia sadari Reza sudah mengamatinya dari tadi dengan tatapan dinginnya.
" Puas kamu membuat kami semua cemas seperti ini, lihat kedua orang tuamu, apa kamu tak kasihan sama mereka, andai saja kamu menurut sedikit saja, jika terjadi apa apa sama kamu apa mereka bisa hidup,, hah,,,"
Suaranya lirih namun penuh penekanan dan hanya bisa di dengar oleh keduanya.
" Pulang sana, sapa suruh kamu disini, aku tak butuh belas kasihanmu, aku bisa sendiri, minggir,, pergi dari ruanganku sekarang, aku muak melihat wajahmu yang sok cool itu,, pergi,,, !"
Bisiknya dengan tatapan membunuhnya, karena Reza kini sudah berada tepat disampingnya, membantu Lili mengatur bantal agar nyaman untuk tempat bersandar.
" Aku kesini hanya untuk menyaksikan kamu yang merasakan sakit, dan itu hiburan tersendiri buatku,,,"
Senyum devilnya pun muncul kembali, membuat Lili memelototkan matanya pada Reza.
"Aaauuwww"
jeritnya saat tangannya membentur tubuh kekar yang dipukulnya.
bersambung🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
jgn lp jejaknya,, makasih 🙏
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
aran
makin penasaran siapa dalangnya 🤔
2021-10-04
1
Ezza
next
2021-02-20
4
Awalin An
lumer amat thoor macam ice cream 2 jam di anggurin 😂
2021-02-20
1