Aryn kini berada di kamar utama. Yaitu kamar dirinya dan Avkha yang sebenarnya. Kamar kemarin, yang berada di lantai paling atas bukanlah kamar mereka tapi hanya kamar kosong.
Avkha sengaja membawa Aryn ke sana untuk berjaga-jaga kalau Aryn akan kabur. Dengan tempat yang tinggi pasti dia akan kesulitan.
Di kamar ini Avkha dan Aryn akan tidur bersama, Kamar yang terletak di lantai-2 yang jelas lebih mewah dan lebih besar dari kamar sebelumnya.
*
Ini adalah rumah lama Tuan Elzel yang sudah di renovasi menjadi lebih besar dari sebelumnya karena dengan alasan dia akan mempunyai keluarga besar yang semuanya akan tinggal di rumah ini.
Rumah mewah dengan perabotan yang juga mewah. Siapa saja yang masuk ke rumah ini pasti akan terpana dengan keindahan estetikanya, penempatan perabotan yang pas, kebersihan, dan kerapian yang menambah pesona.
Para Pegawai di sini semuanya juga berwajah baru. Merry dan yang lainnya, mereka sudah bahagia dengan kehidupan mereka masing-masing. Karena Tuan Elzel sudah menjamin kehidupan mereka semua yang tidak akan pernah kekurangan. Bahkan Merry sekarang mempunyai usaha sendiri, yaitu sebuah Kafe yang terkenal di Kota ini.
Pak Ramlan dan Bu Ana, mereka menikmati masa tua di Desa atas permintaan mereka sendiri. Karena Desa sudah menjadi saksi kehidupan mereka dari Nol. Yuki dan Tuan Elzel tak pernah absen setiap minggu berkunjung ke Desa.
Sedangkan Pak Herlangga, beliau juga sudah lama berdamai dengan keadaan. Tapi masih memilih menghabiskan masa tua di tanah kelahirannya-Amerika. Tuan Elzel bersama anak dan istrinya juga selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi Pak Herlangga yang masih terlihat sehat dan gagah walau sudah renta.
*****
"Nona, jangan melamun." Susi datang membawa sarapan, membuyarkan lamunan Aryn.
Aryn sedikit tersipu. Lalu beringsut dari kasur membiarkan kakinya menjuntai menyentuh lantai. Kini dia duduk di tepi kasur.
Aryn celingak-celinguk. Mencari seseorang. Avkha, Pria itu sama sekali tidak kelihatan pagi ini.
"Kemana Tuan kalian?" Aryn basa-basi.
"Tuan sudah berangkat ke Kantor, Nona." Jawab Susi sembari menyibak tirai berwarna cokelat muda yang menutupi jendela. Hingga siluet-siluet masuk ke dalam kamar.
"Kenapa dia selalu terlihat sibuk? Padahal masih muda juga."
Susi tersenyum, "Tuan Avkha itu merupakan pewaris tunggal di keluarganya, Nona. Jadi wajar saja Tuan Avkha selalu bekerja keras karena semua Perusahaan milik Keluarga dia yang mengolahnya."
"Oooh. Jadi, nama dia itu Avkha. Betewe boleh juga si Avkha ini. Udah Tampan, kaya lagi." Benak Aryn, bibirnya terlihat maju lima Senti.
"Nona Aryn untuk saat ini tidak boleh keluar rumah, ya. Itu atas perintah Tuan."
"Emangnya ada apa, sih? Ya suka-suka aku lah." Aryn mulai bete.
"Nona sudah lupa atas kejadian kemarin?" Mata Susi tertuju pada bekas jahitan di tangan Aryn.
Aryn baru tersadar. Seketika pikirannya melayang pada saat kejadian di depan Toko Buku, kemarin. Seseorang yang tidak di kenal berusaha melukai Avkha menggunakan pisau.
Aryn bergidik. Jantungnya bergemuruh. Ada rasa trauma dengan kejadian itu.
"Di luar sana banyak sekali saingan bisnis Tuan Avkha. Ada yang bersaing secara sehat, tapi ada juga yang bersaing secara tidak sehat, tidak sedikit yang seperti itu."
"Apa kejadian kemarin itu juga bagian dari persaingan yang tak sehat?"
"Iya Nona. Makanya, Nona tidak boleh keluar tanpa ada pengawasan. Orang-orang di dalam rumah ini semuanya mendapatkan perlindungan dari Tuan Avkha. Apalagi, Nona yang merupakan Istrinya. Pasti Tuan Avkha tidak mau terjadi apa-apa pada Nona."
Aryn berdiam diri. Memikirkan perkataan Susi yang memang benar apa adanya.
"Sekarang Nona tunggu di sini, aku akan menyiapkan air mandi."
"Iya."
*****
Aryn duduk di balkon kamar, memperhatikan mobil warna putih yang baru masuk ke halaman. Hingga orang yang berada di dalam mobil itu keluar.
Sosok tampan Avkha berjalan hendak masuk ke dalam rumah. Memakai kacamata hitam yang semakin membuat dirinya terlihat keren.
Tanpa sadar mata Aryn terus saja mengikuti. Hingga Avkha menyadari, seseorang di atas sana sedang memperhatikan. Avkha menghentikan langkah. Matanya dan Aryn saling bertemu. Tapi Aryn segera membuang muka. Tapi tak bisa di pungkiri, ada debaran di dalam sana. Avkha hanya menggelengkan kepala, lalu semakin bergegas.
hingga...
Terdengar suara ketukan pintu. Sekali, dua kali, tanpa Aryn hiraukan. Dirinya enggan membukakan karena tau itu pasti Avkha. Tapi dirinya sekarang panik, berusaha bersembunyi. Tapi dimana?
"Gila! Cepet banget sih dia naik ke atas!" Gerutu Aryn.
Hingga pintu kamar yang tidak terkunci itu terbuka. Avkha tak menemukan Aryn di dalam sana. Tapi Avkha cuek saja. Seolah tak memperdulikan.
Aryn memperhatikan Avkha dari balik pintu kamar mandi yang sedikit terbuka. Dia bersembunyi di dalam sana.
Dia melihat Avkha yang mulai melepaskan baju kerjanya. Dari atas, hingga terlihat dadanya yang 'Uhhh'.
"Astaga!!! Mataku ternodai!!!" Batin Aryn berteriak, tapi matanya tidak mau berkedip memandang roti sobek yang menggairahkan.
Karena panik, Aryn tak sengaja menjatuhkan botol sabun dari kamar mandi. "Alamak!"
Avkha melirik ke arah pintu kamar mandi yang sedikit bergerak. Dia menyunggingkan senyum. Seperti sudah tau ada seseorang di dalam sana.
Sengaja,
Avkha melepaskan celana, hingga hanya tersisa kolor pendek di atas lutut. Segera dia masuk ke kamar mandi. Lalu menguncinya.
Tidak tau apa yang terjadi di dalam sana. Hanya terdengar teriak Aryn yang panik dan mengusir dirinya. Serta suara air yang seperti berhamburan.
Beberapa saat suasana menjadi hening,
...
yang terdengar hanya lirihan kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Nur Lizza
semoga arin cpt hamil
2021-10-29
0
Ilham
hayo....di kamar mandi pasti mandilah
2021-08-10
1
piyak 🐣🐣
hhhhhh piktor berkeliaran kmna2 inih wkkkk🤭🤭
2021-06-28
1