6 bulan berlalu.
6 bulan pula Aryn sudah tinggal di rumah besar itu. Waktu yang terasa begitu cepat, tapi penuh dengan kejadian-kejadian yang di alami Aryn. Tapi, dia masih belum menemukan jawaban atas semua pertanyaannya selama ini.
Sikap Aryn masih sama seperti sebelumnya. Lama di sini tidak menjamin hatinya akan luluh, dan menerima Avkha yang sempurna dengan mudah. Karena dari awal Aryn mengira ini hanyalah pernikahan mainan yang di awali dengan jual-beli.
*
Hp Avkha berbunyi. Aryn yang lebih dulu bangun sedikit melirik ke sana. Tertera nama 'Mama' di layar Hp. Seperti sebelum-sebelumnya, jika mendapat telepon dari Mamanya Avkha selalu menghindar dari Aryn. Semakin Aryn yakin dirinya hanya di jadikan istri simpanan.
Apalagi Avkha yang tidak pernah mengenalkannya pada kedua orang tuanya. Orang-orang dirumah ini pun demikian, seperti sudah di bekali ilmu untuk bungkam.
Benar-benar menyebalkan! Bisa-bisanya aku ini menjadi istri simpanan!!! Sama sekali tak terpikir dalam hidupku sebelumnya.
Tapi wajar saja. Mungkin dia malu punya istri kayak aku. Secara, dia itu orang berada. Sedangkan aku. Ih, lagian siapa suruh dia nikahin aku?
Aryn masih diam, dengan tangan yang di lipat ke dada. Tatapan sinis di tujukan pada Avkha yang mengangkat telepon. Sudah Aryn duga, dirinya selalu menghindar ketika bicara pada Mamanya di telepon.
Avkha berjalan ke balkon kamar, meninggalkan Aryn yang masih duduk di atas kasur. Tapi gadis itu berjalan berjingkit-jingkit, menguping pembicaraan Avkha dan 'Mama'.
"Halo, Nak. Selamat pagi." Wajah Mama Avkha terpampang di Hp, karena mereka melakukan Video Call.
"Pagi, Ma. Mama apa kabar?"
"Baik, sayang. Mama sudah kangen sama kamu. Rasanya Mama pengen pulang ke Indo. Sudah 6 bulan Mama di sini ikut Papa."
Wajah Avkha seketika panik mendengar ucapan Mamanya yang menyebut kata 'pulang'.
"Kok Mama mau pulang? Kalau Mama pulang gimana Papa?"
"Haduh, anak jaman sekarang. Apa kamu gak kangen sama mama, heh?" Yuki terkekeh. Sekarang Avkha menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Merasa bingung harus berkata apa.
"Mama jangan khawatir. Aku ini sudah besar, Ma. Tenang saja, aku di sini baik-baik saja. Apalagi, di sini kan banyak yang mengurusi keperluanku. Mama fokus saja ke Papa, oke."
"Huh! Sudah sok besar sekarang. Bener juga, kemarin ada yang ngabarin ke Papa kamu. Katanya kamu punya pacar?"
"Hah? Pacar?!" Avkha seketika memerah. Kaget dengan pertanyaan Mamanya.
Aryn yang diam-diam mendengarkan pun kaget, nyaris terjatuh dari sana. Avkha yang mengetahui, melirik Aryn yang jadi salah tingkah.
"Bu--bukan pacar, Ma." Kembali Avkha fokus ke Hp.
"Jangan bohong deh," Lagi-lagi Yuki terkekeh.
"Bener."
"Wajah kamu kok merah? Temen Papa kamu sering liat kamu makan bareng sama Cewek."
"Akh! I--itu temen, bukan pacar. Kebetulan aja lagi akrab sama dia. Makanya sering makan berdua."
"Mama cuma ingetin, jangan macem-macem dengan anak gadis orang, ya! Jangan pernah di apa-apain kalau belum sah. Dan satu lagi, jangan pernah memaksa seseorang untuk dinikahi."
Avkha menelan ludah mendengar petuah dari Mamanya. Dia merasa sangat bersalah dengan yang dilakukannya pada Aryn.
Kembali Avkha melirik Aryn, tapi Aryn sudah tak ada di tempat sebelumnya.
"Yaudah, udah dulu ya, Nak. Kamu jaga kesehatan. Sarapan jangan lupa."
"Siap, Ma. Mama sama Papa juga, jaga kesehatan."
Telepon dimatikan.
*
"Panjang sekali nasihatnya." Tuan Elzel yang sedari tadi mendengarkan percakapan Istri dan Anaknya tiba-tiba merangkul Yuki dari belakang. Pasangan yang selalu saja romantis. Biar usia tidak muda lagi, tapi perasaan cintanya sama seperti anak muda yang selalu menggebu-gebu.
Yuki membalikkan badan, merangkul kan tangan ke leher suaminya.
"Biar Avkha gak seperti Papanya dulu."
"Hah? Emangnya aku kenapa?"
"Ya gitu! Suka seenaknya."
"Seenaknya apa?"
"Suka main nyosor-nyosor, padahal belum di nikahi!" Yuki cekikikan. Wajahnya masih saja cantik. Cantik seperti dulu, apalagi saat sedang tertawa. Yang membuat hati seorang Elzel menjadi luluh, seluluh-luluhnya.
"Akh! Sekarang juga sama!" Tiba-tiba saja Tuan Elzel sudah mencium istri kesayangannya itu.
"Mas!" Yuki terbelalak.
*****
Aryn berdiam diri duduk di kasur. Wajahnya di tekuk, sedikitpun tak ada senyum yang mengembang di bibirnya.
"Ryn," Panggil Avkha. Tapi tak mendapat jawaban.
"Sampai kapan aku akan berada di sini?" Ucap Aryn tanpa melihat Avkha.
"Apa maksudmu?"
"Kau dengar sendiri apa yang dikatakan Mama mu tadi. Kau tidak boleh memaksa seseorang untuk kau nikahi."
Avkha hening, ada rasa bersalah yang teramat besar. Pada Aryn, pada kepercayaan Mamanya.
"Tapi aku mempunyai alasan melakukan ini semua, Ryn."
"Alasan apa?"
"Kau tak perlu tau."
"Kau selalu saja begitu! Terlalu banyak hal yang kau sembunyikan dan kau simpan! Sampai aku saja kau jadikan istri simpanan!"
"Aryn!" Avkha tak sadar membentak.
Kembali hening.
Avkha berlalu meninggalkan Aryn. Sebenarnya, bukan untuk meninggalkan Aryn, tapi untuk meninggalkan perdebatan itu.
"Pengecut!!! Bajingan!!!" Teriak Aryn sejadi-jadinya.
Kemudian Aryn menangis. Entah apa arti dari tangisan itu.
Mungkin,
Karena dia merasa kesal pada takdir hidupnya.
Karena sikap Avkha yang banyak menyimpan rahasia.
Atau karena Avkha yang tidak mengenalkan dirinya pada siapapun. Termasuk pada keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Azzahro shofiya Ramadhani
iya ih...jngan lma2 main rhasia2any...biar gak tambah runyam nanti...🤭🤭
2023-01-25
0
Erviana Erastus
jujur aza avkha drpd salah paham mulu ... ribet tau
2022-09-18
0
Nur Lizza
haduhhhhhhhhh salah paham
2021-10-29
0