Aryn berjalan mengelilingi rumah itu. Tak lupa Susi dan Susan mengikutinya. Aryn sendiri merasa risih selalu di awasi dan diikuti kedua pelayan itu.
"Pelayan yang sangat setia. Pasti cowok itu yang memerintahkan mereka untuk selalu mengawasi ku. Takut banget kalau aku akan mencuri barang-barang di rumah ini." Umpat Aryn dalam hati. Dan selalu berfikir negatif terhadap Avkha.
Dia masih melangkah menyusuri setiap ruangan. Kakinya yang memakai sendal seolah tak tega untuk menginjak lantai keramik yang bersih. Ingin membuka sendal itu, tapi dia memperhatikan kedua pelayan yang berada di belakangnya yang juga memakai sendal membuat Aryn mengurungkan niat. Takut kalau-kalau menjadi bahan ejekan.
Rumah ini super mewah, guci-guci besar dan cantik pasti akan ditemukan disetiap sudut-sudut ruangan.
"Mewah, bersih, dan rapi. Entah habis berapa duit dia membayar para pelayan-pelayan di sini." Aryn tertegun.
Hingga mata Aryn tertuju pada foto-foto yang menghiasi dinding. Ada banyak, tapi satu yang paling besar. Seperti membuat jiwa penasaran Aryn memberontak.
Foto Avkha yang bersama seorang wanita dan seorang pria. Ada banyak foto yang lain dari pria dan wanita itu.
Wanita yang sangat cantik, dan juga pria yang sangat tampan. Mereka bertiga terlihat sangat dekat dan akrab. Apalagi wajah Avkha sangat mirip dengan pria yang ada di foto.
Aryn membalikkan badan menghadap Susi dan Susan. Susi dan Susan paham dengan raut wajah yang di tampakkan nya. Raut yang penuh dengan tanya.
"Itu orang tua Tuan, Nona."
Aryn melotot. Sangat tidak percaya dengan apa yang dikatakan Susi.
"Orang tua?!" Aryn meyakinkan.
Susi dan Susan mengangguk bersamaan.
"Astaga! Aku kira ini adalah saudaranya." Ucap Aryn terdengar di telinga Susi dan Susan. Sontak mereka berdua terkekeh mendengarnya. Aryn jadi malu.
"Abisnya, wajah mereka mirip. Lagian, wajah orangtuanya terlihat masih muda. Siapa yang nyangka ternyata mereka adalah anak, ayah, dan ibu." Aryn membela diri karena tidak mau menjadi bahan tertawaan.
"Yasudah Nona, Nona mau kemana lagi? Biar kami temani."
"Aku bisa pergi sendirian. Kalian tidak perlu menemani ku."
"Tapi, perintah dari Tuan kami harus selalu mengawasi dan menemanimu, Nona."
Aryn terdiam. Memikirkan ide untuk lepas dari dua pelayan itu. Karena dirinya merasa tidak bebas jika selalu di ikuti dan di awasi.
"Yaudah, aku perintahkan kalian gak usah ngikutin aku. Kalian tau aku, kan? Aku istri Tuan kalian. Jadi perintahku sama kuat dengan Tuan kalian itu."
Susi dan Susan terdiam. Aryn merasa menang. Susi dan Susan saling berhadapan. Mereka saling mengangguk seolah membenarkan yang di ucapkan Aryn. Kemudian berpamitan undur diri, menjauh dari hadapan Aryn.
"Nah, gini kan enak. Gak di awasi mulu kayak mau maling. Gue ini orang baik! Jadi gak mungkin maling!" Aryn masih saja menggerutu.
__________
Aryn berdiam diri di tepi kolam. Pikirannya melayang entah kemana. Duduk melamun sambil memeluk lutut. Dirinya masih saja menyalahkan takdir. Takdir yang sangat tidak di inginkan.
Tanpa dia sadari Avkha memperhatikannya dari kejauhan. Dia sengaja pulang lebih awal hanya untuk melihat Aryn dan memastikan istrinya itu tidak berniat untuk kabur lagi.
"Sedang apa di sini?" Tanya Avkha mengagetkan.
"Kamu?! Sejak kapan kamu di sini?!"
"Sejak tadi."
"Tuh kan, sudah ku duga!"
"Apa?" Avkha mengernyitkan dahi.
"Kamu ini pasti mempunyai niat tidak baik."
"A--apa? Niat apa?"
Aryn kebingungan menjawab pertanyaan Avkha. Pikiran Aryn selalu saja di penuhi rasa curiga kepada Avkha yang sama sekali belum di kenalnya dengan baik.
"Kamu masih memakai baju semalam. Kamu belum mandi?"
Aryn merasa malu mendengar pertanyaan dari Avkha. Yang tentu jawabannya adalah 'Iya'.
Aryn terbelalak saat Avkha hendak membuka baju di hadapannya.
"Kamu mau apa? Kenapa membuka baju?" Aryn panik setengah mati. Dia membayangkan Avkha akan menuntut haknya saat ini juga, di tempat ini.
Apalagi Avkha tidak mengurungkan niat. Bajunya sudah lepas. Hanya menyisakan celana selutut yang sebelumnya dia pakai. Menampakkan bentuk kotak-kotak di dada.
Segera Aryn mengalihkan pandangan karena tak ingin berlama-lama memperhatikan hal yang bisa membuatnya terhipnotis.
Avkha hanya menyunggingkan senyum, kemudian lompat ke dalam kolam. Jipratan air yang mengenai Aryn membuat gadis itu kesal.
Diam-diam Aryn memperhatikan Avkha yang berenang. Sangat pandai dan sangat keren. Seperti atlet renang yang terlatih.
Mata Aryn tak bisa berkedip. Memperhatikan setiap gerakan Avkha. Ditambah tubuh macho dari pria itu.
"Astaga! Aku kira dia bakal melakukan hal yang tidak-tidak." Benak Aryn.
"Hei! Kenapa diam saja? Ayo kesini!" Panggil Avkha yang menangkap mata Aryn memperhatikan dirinya.
"Gak mau!" Aryn bersikap seolah tak perduli.
Hingga Avkha mendekatinya, dan menyeretnya kedalam kolam.
"HWAAA!!! Hei, apa-apan kamu! Aku tidak bisa berenang!!!" Teriak Aryn sangat panik.
Tapi Avkha tak memperdulikan teriakan itu. Dan tak melepaskan pegangan kepada tubuh Aryn.
Aryn yang merasa ketakutan juga refleks menggantungkan tangan ke leher Avkha.
Air di kolam menjadi bergelombang tak tenang karena Aryn yang tidak bisa menenangkan diri.
Tak sadar dirinya semakin memeluk erat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Amah Ihf
lnjut
2022-04-23
0
Nur Lizza
lanjut
2021-10-29
0
piyak 🐣🐣
aseeeekkk renang brsama 🤣🤣🤣🤣
2021-06-28
1