"Hei! Jangan kurang ajar, ya! Lepaskan aku!!!" Teriak Aryn berusaha melepaskan diri dari pelukan orang yang sama sekali tak dikenalinya itu.
Perlahan, pelukan itu semakin melonggar yang sebelumnya sangat erat. Terdengar langkah kaki menjauh yang dari Aryn. Deritan pintu yang menandakan orang itu sudah melewatinya dan sudah keluar dari kamar itu.
Aryn meraba-raba, mencari saklar lampu untuk menyalakan lampu yang sudah di matikan oleh orang tadi.
Cahaya kembali normal. Tapi jantung Aryn yang sekarang tidak normal. Jantungnya berdebar kencang karena ketakutan yang teramat sangat. Napasnya tidak teratur dan tersenggal-senggal.
"Aku sebenarnya dimana?"
Hingga seseorang kembali masuk. Aryn terperanjat kaget. Tapi kali ini orang yang jelas terlihat berbeda dari sebelumnya.
Dua orang wanita memakai baju yang sama. Baju terusan rok menutupi lutut, berwarna hitam berlengan panjang, berkerah dan memiliki kancing di bagian dada. Serta terdapat renda-renda putih di ujung rok dan di ujung lengan.
"Ka--kalian siapa?" Aryn terlihat bingung, saat kedua orang itu semakin mendekati dirinya.
"Maaf, Nona Aryn. Kami adalah pelayan di sini. Kami di tugaskan Tuan untuk melayani Nona dengan baik."
"T--tuan?" Aryn semakin bingung.
"Iya, suami Nona."
"Su--suami?"
Tanpa banyak basa-basi, segera pelayan yang bernama Susi masuk ke dalam kamar mandi menyiapkan air hangat, sedangkan pelayan yang satunya lagi--Susan menyiapkan baju untuk Aryn.
Aryn terbelalak saat Susan membuka lemari pakaian yang besar itu. Isinya semua baju-baju wanita. Berbagai bentuk dan warna tersusun rapi, sangat memanjakan mata.
Aryn sangat penasaran dengan sosok yang kini menjadi 'Suaminya' itu.
Namanya siapa?
Seperti apa orangnya?
Kenapa orang itu mau menikahinya?
Gak! Aku gak mau melihat orang itu!
"Nona, silahkan mandi. Airnya sudah siap." Susi membuyarkan lamunan Aryn.
Kedua pelayan itu masih mematung di sana Seperti menunggu Aryn, memastikan Aryn melakukan hal yang mereka sebutkan yang tentunya atas perintah 'Tuan' mereka.
"Maaf, bisa kalian tinggalkan aku sendiri?" Aryn melirik kedua pelayan itu secara bergantian.
Kedua pelayan itu saling tatap dan mengangguk.
"Iya, Nona. Kalau sudah selesai, segera ke bawah. Tuan sudah menunggu."
"Iya." Jawab Aryn singkat,
Segera Aryn mengunci pintu saat kedua pelayan itu sudah keluar dari kamar.
Aryn mondar-mandir. Memikirkan siasat ingin kabur dari sana. Dia terlihat menggigit jari telunjuk, bingung memilih cara yang tepat.
"Aku gak mau jadi istri orang yang bahkan aku gak kenal. Biarpun dia kaya sekalipun. Aku tetap gak mau. Percuma bergelimang harta tapi aku tidak bahagia."
"Di tambah, ntar suamiku itu ternyata seorang kakek-kakek yang sudah bau tanah yang masih haus dengan tubuh seorang gadis. Hiiiy!" Aryn bergidik.
Segera Aryn berjalan mendekati pintu kamar yang menuju balkon. Menyibak tirai berwarna Gold yang menutupi pintu itu. Nyali Aryn seketika tertantang ketika melihat ke bawah.
Sangat jauh, untuk menginjakkan kaki ke tanah. Dia ternyata sedang berada di kamar atas yang sangat tinggi. Jika nekad sekalipun nyawanya bisa saja terancam kalau saja salah dalam memilih langkah.
"Astaga! Ini rumah atau apa sih? Tinggi banget! Sepertinya orang itu sengaja biar aku gak bisa kabur." Aryn sangat dongkol. Dia mengepal tangan dan berdecak. Mulutnya mengeluarkan kata-kata umpatan tak henti-henti yang pasti di tunjukan untuk orang yang telah menikahinya itu.
"Nona! Apa Nona sudah selesai?" Terdengar Suara Susi mengetuk pintu.
Aryn semakin bergegas menaiki pembatas balkon, sempat terhalang karena rok kebayanya yang membuat sulit untuk memanjat. Hingga Aryn merobek rok itu hingga ke bagian paha.
Segera Aryn bergelantungan di pembatas balkon. Tangan dan kakinya terlihat sangat lincah melompat dari satu atap ke atap lainnya.
Pelayan lain yang melihat Aryn dari bawah sana segera melaporkan pada Tuan mereka.
"Yuhu! Bisa bebas!!!" Aryn kegirangan, karena merasa dirinya tidak akan ketahuan dan akan segera terbebas dari sana.
Hingga akhirnya, tangannya merasa sakit dan kram karena tidak kuat menahan berat tubuhnya. Aryn seperti akan terjatuh dengan ketinggian yang bisa membuat tulang patah jika terjatuh.
"Astaga! Sepertinya aku akan terjatuh! Akh! Padahal sedikit lagi." Aryn memejamkan mata, seperti pasrah dengan keadaan. Tangannya semakin tidak kuat menahan beban.
"Gak apa-apa aku mati! Dari pada menderita karena takdir hidup yang tidak aku inginkan..."
Aryn seperti melayang di udara. Tubuhnya akan terhempas ke bawah sana.
Hingga sosok yang terhalang dengan sinar matahari siang itu menangkap tangan Aryn. Aryn tak bisa melihat sosok itu dengan jelas karena silau oleh cahaya. Sosok yang sedang bergelantungan di tangga yang tersambung dengan helikopter yang yang sedang terbang. Seperti sengaja ingin menyelamatkan Aryn.
Seorang pria membawa Aryn ke pelukannya, pelukan yang sangat erat. Terdengar jantung Aryn yang berdetak kencang. Aryn membalas pelukan erat itu, takut akan terjatuh lagi.
Perlahan tangga itu naik, masuk ke dalam helikopter.
"Astaga! Apa kau pangeran penyelamatku? Yang akan membawaku pergi ke dunia bahagia yang sebenarnya?" Ucap Aryn memegang tangan pria yang baru saja menolongnya itu. Menatap dengan senyuman dan mata berbinar.
Pria tampan dengan wajah yang begitu teduh. Hidung mancung, putih, rambut tertata rapi memakai tuxedo hitam. Membuat mata Aryn seolah ingin terus menatapnya.
"Bodoh! Jangan lakukan hal yang bisa membahayakan dirimu sendiri!" Ucap pria itu terlihat kesal dengan Aryn.
Perlahan helikopter turun. Pria itu memboyong Aryn masuk ke dalam rumah.
"Loh...loh? Kok? Kok masuk ke rumah ini lagi?"
"Iya, karena ini rumah kita. Aku suamimu!"
"A--apa?" Arin terbelalak, seketika Aryn tak sadarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ney Maniez
lagi lagi
2022-07-31
0
Nur Lizza
🤣🤣🤣🤣aryn lucu banget
2021-10-29
0
piyak 🐣🐣
awalnya dikira aki2, eh ternyata cogan oiii wkwkwkw
2021-06-28
1