Aryn berjalan mendekati pintu. Ternyata tidak terkunci. Padahal baru saja melintas di pikiran, kalau dirinya bak tawanan yang di kurung. Atau lebih tepatnya bagai burung dalam sangkar.
Ternyata dia salah. Pria yang bahkan Aryn tak tau namanya itu membiarkan pintu kamar tak terkunci, hingga Aryn bebas untuk keluar atau sekedar berpetualang menelusuri setiap sudut dan ruang rumah besar itu.
Perlahan Aryn menuruni anak tangga yang bentuknya memutar. Pegangan tangga yang berwarna gold membantu Aryn menyeimbangkan langkah . Aryn sempat berpikir apa yang sedang dipegangnya nya itu adalah emas asli?
Sudah dua kali dia melewati anak tangga. Karena kamar mereka berada di lantai tiga. Lelah tak berasa karena perabotan-perabotan rumah yang memanjakan mata. Semua tersusun rapi. Rumah mewah dengan isi yang juga mewah.
Kaya sekali suamiku! Eh, maksudku orang itu!!!
Aryn menjitak kepala sendiri karena salah dalam berbicara.
Mata Aryn terus memandangi keadaan dan isi rumah sambil terus melangkah turun. Rumah yang besar bak istana yang dominan warna putih dan Gold itu berhasil menghipnotis mata Aryn. Hingga tak sadar kakinya melangkah ke sembarang arah. Hingga membuat dirinya nyaris terjatuh.
.
.
.
Dengan sigap tubuhnya di tangkap oleh Avkha. Seperti slow motion, keduanya saling bertatapan.
Entah sejak kapan Avkha berada di sana. Mungkin karena Aryn terlalu fokus dengan rumah itu sampai tak menyadari keberadaan Avkha yang lagi-lagi menyelematkan dirinya.
Jika saja Aryn tak di tangkap oleh Avkha mungkin dirinya akan cidera.
Segera Aryn melepaskan diri dari pelukan Avkha, dirinya sangat risih jika bersentuhan dengan pria itu. Padahal mereka sudah sah menjadi pasangan suami-istri.
"Hati-hati kalau berjalan, mata kemana kaki kemana." Avkha memberikan nasihat. Aryn seperti tak menanggapi perkataannya. Malah memasang wajah cuek.
"Ayo ikut aku!" Avkha memegang tangan Aryn, namun segera di tepis gadis itu dengan kasar.
"Aku bisa jalan sendiri, gak usah di pegang-pegang!"
"Oke," Avkha menarik napas, dan mengeluarkannya secara perlahan.
Api jika di balas dengan api pasti akan semakin berkobar, lalu membakar. Lebih baik dirinya menjadi air yang selalu menyejukkan dan siap memadamkan api yang membara.
Seperti itulah gambaran sikap keduanya.
_
Avkha dan Aryn duduk berhadapan di meja makan. Mereka menikmati sarapan dengan keheningan. Bukan mereka, tapi Avkha sendiri. Aryn hanya memperhatikan, dia sama sekali tak tertarik untuk makan. Padahal sudah banyak makanan yang tertera di meja makan itu khusus untuk mereka berdua.
Aryn hanya diam, dia juga tak mengerti kenapa dia mengikuti Avkha hingga sampai di meja makan itu.
Suasana semakin hening, keduanya hanya diam membisu. Yang terdengar hanya suara sendok yang beradu dengan piring dari Avkha.
Sesekali Aryn melirik Avkha. Segera mengalihkan pandangan saat Avkha juga melirik dirinya.
"Kenapa kamu menikahi ku?" Aryn ingin segera mengetahui jawaban dari pria yang berada di depannya.
"Makanlah terlebih dahulu, nanti kita bicara."
Aryn tersenyum sinis.
"Sudah berapa banyak gadis-gadis yang kamu nikahi?"
Avkha hanya diam tak menghiraukan pertanyaan demi pertanyaan yang di lontarkan Aryn. Aryn sendiri menjadi kesal karena seperti tak di anggap.
"Hei, jawab! Aku tau, orang kaya seperti kamu ini suka menindas yang miskin. Membeli semuanya termasuk harga diri seseorang." Suara Aryn terdengar lebih tinggi dari sebelumnya.
Avkha mendongak. Menatap Aryn tajam. Kemudian beranjak dari kursinya. Aryn seketika menciut, memperhatikan badan tinggi tegap dari Avkha.
"Astaga! Apa dia akan memarahi ku?" Benak Aryn, tak bisa di bohongi dia merasa takut. Kalau-kalau sebuah tamparan mendarat di pipinya karena bicara asal-asalan.
"Aku berangkat kerja dulu. Jangan kemana-mana. Betah-betah di rumah tunggu aku pulang." Ucap Avkha santai, semakin menjauh dari hadapan Aryn.
Aryn lega karena tidak di apa-apakan. Tapi dirinya semakin terlihat kesal dengan sikap Avkha yang 'Sok ganteng dan sok kalem' menurutnya. Walau dia akui emang ganteng dan kalem suaminya itu.
Aryn menggerutu di dalam hati, yang jelasnya mengumpat. Sambil tangan dan mulutnya asik menikmati sarapan.
"Menyebalkan sekali gayanya! Orang ngomong gak di tanggepin. Sok sekali mentang-mentang orang kaya! Lihat saja, aku pasti bisa lepas dari jeratannya."
Aryn yang terus saja mengomel. Tanpa sadar sudah dua kali piringnya itu di isi ulang dengan porsi yang lumayan banyak.
Wajar saja. Karena dari kemarin dirinya belum makan. Kejadian-kejadian yang menimpa membuat dirinya melupakan masalah perut.
"Nona Aryn, pelan-pelan saja makannya." Susi dan Susan terlihat khawatir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Azzahro shofiya Ramadhani
🤣🤣🤣kyak aku aja...klu bnyak msalah....mlah bnyak mkan....🤣🤣😘😘😘🌹🌹🌹❤️❤️❤️💐💐
2023-01-25
0
Amah Ihf
lanjut
2022-04-23
0
Nur Lizza
persis kayak kisah yuki.tp bedanya yuki kabur dr rumah di suruh ortuny krn tdk setujuh di nikahi oleh bandot tua
2021-10-29
0