Pencicip Emosi

Pencicip Emosi

Arc 0 Stroberi : Chapter 1 - Sebagian Ingatan

Udara tipis mengalir dari arah punggungku, menyentuh bahu dan mengalir melewati sela-sela lengan. Aku bisa merasakannya, cukup dingin hingga membuat sendiku bergetar. Langit gelap memang sudah sewajarnya membuat temperatur udara menurun.

"..."

Tapi ... Akan tetapi ... bukan itu penyebab utama tubuhku bergetar sekarang.

Di lorong kosong, aku duduk bersimpuh dengan seorang gadis di pangkuanku. Matanya bersinar berwarna hijau, rambutnya perak menyilaukan, dan pakaian berjubah unik dengan beberapa aksesoris cahaya di berbagai tempat.

Ivan ....

Gerak gadis itu terbata-bata, cahaya matanya meredup, warna rambutnya mulai menggelap. Aku merasakan gelombang emosi mengalir begitu pekat.

Aku ... takut.

Tangan kanannya terangkat setinggi dadaku, sangat pelan dan terasa menyakitkan hanya dengan melihatnya. Tenaganya begitu lemah untuk melakukan satu gerakan tersebut.

Telinga berdengung, jantung terpacu, tubuh menggigil, dan dada tertekan. Emosi yang dikeluarkan gadis membuatku ingin memeluknya dengan erat. Menghiburnya agar dia bahagia, menyelamatkannya dari segala penderitaan.

Aku menggenggam tangan itu dengan lembut, menyambut permintaan tolong yang dia keluarkan.

"Tenang ... aku di sini," kataku padanya dengan berat.

Aku ada di sisinya, aku tahu penderitaannya, aku tahu apa yang dia rasakan. Tapi, aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan untuk menyelamatkannya.

Ivan ... kamu ada di mana? Aku tidak bisa melihatmu ....

Gelombang emosi terus berlanjut, ketakutannya meledak memenuhi tubuhku. Wajah dan tubuhnya berhenti bergerak, yang bisa kurasakan hanyalah suara hatinya.

"Lia ... aku ada di sini."

Ivan ...? Ivan ... aku tidak bisa mendengarmu ....

Responsnya tubuhnya semakin lemah. Bahkan sekarang aku mulai merasakan gelombang emosi di tubuhnya mulai lenyap.

"Lia ... Lia ...."

Cahaya matanya hilang, begitu pun dengan warna rambutnya. Kristal di pakaian yang berwarna biru pun kini menjadi kelabu. Tenaga di tangan Lia hilang, perlahan jatuh meninggalkan genggamanku.

"..."

Gelombang emosi hilang, suasana malam kembali lepas dari pekatnya emosi yang keluar. Sekarang hanya ada suara serangga dan cahaya bulan. Tapi ....

Sakit.

Dadaku terasa sakit, benar-benar sakit. Seperti ada yang menusuk dan mencoba mencungkilnya keluar. Perasaan emosi yang kurasakan darinya digantikan oleh emosi lain. Sesuatu yang baru kali ini kurasakan. Emosi negatif yang benar-benar berasal dari tubuhku sendiri.

Gigiku menggeram, merasakan kekesalan karena sadar akan begitu tidak bergunanya diriku. Mataku mulai menutup, menahan kesedihan agar tidak keluar lebih jauh lagi.

Lia ... aku bersumpah akan menyelamatkanmu. Dengan seluruh kemampuanku, dengan semua tekad dan perasaan yang kurasakan sekarang.

Tidak peduli berapa lama ....

Tidak peduli berapa keras ....

Biarpun seluruh dunia berpaling memusuhiku.

Biarpun aku harus mengotori tanganku.

Mengorbankan seluruh yang kumiliki.

Aku ... Aku ....

Aku tidak akan memaafkan diriku sampai bisa menyelamatkanmu.

 

 

 

 

*****

 

 

Emosi adalah perasaan intens yang ditunjukkan kepada seseorang atau sesuatu, reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Hal yang paling umum dari emosi adalah senang, marah, dan sedih. Tapi, tentu saja masih banyak yang lain.

Aku tidak tahu pasti alasan emosi itu ada, mungkin itu adalah salah satu bentuk telepati yang dimiliki demi meraih simpati pada setiap individu. Dengan adanya emosi, kita punya kemungkinan memberi tahu dan mengerti perasaan yang dimiliki satu sama lain.

Telepati. Bukan rahasia lagi kalau emosi itu bisa menular. Paling mudahnya adalah menguap, emosi itu bisa menular pada orang di sekitarnya untuk menguap juga. Tapi, penularan ini bukan lewat mata maupun pendengaran. Orang yang memiliki kebutaan pada matanya masih bisa membalas senyum orang lain, itu artinya emosi menyebar dari sesuatu yang berbeda di luar indra biasa.

"Van ... aku boleh lihat tugas matematika?" tanya salah satu teman sekelasku dari dalam kelas.

Aku sekarang sedang berdiri di gedung lantai dua. Menaruh lipatan tangan di dinding tembok pembatas yang langsung mengarah ke pemandangan luar. Menikmati angin dan menjauh dari orang-orang di dalam.

"Kenapa gak kerjain sendiri?"

"Ahahaha ... kemarin aku sibuk kerja kelompok. Aku sudah kerjain sebagian, tapi bukunya ketinggalan."

Asam.

Rasa tersebut menyebar di mulutku. Seakan dijejalkan asam jawa yang tercampur tanah, aku mendapat sinyal dari emosinya.

Heh, dasar pembohong. Aku yakin kalau orang ini hanya menghabiskan waktunya untuk bermain game. Dia tidak mengerjakan tugas hanya karena tahu kalau dia punya orang untuk dia salin tugasnya. Dengan kata lain, dia memanfaatkanku.

"Ambil saja di meja, jangan disamain semua."

"Sip ... aku ambil kalau begitu. Makasih Van."

Gurih.

Mendengar jawabanku, dia cukup senang dan bersemangat. Aku bisa merasakannya dengan menyadari rasa asam yang mulai hilang, digantikan dengan sesuatu yang mengarah ke gurih.

Namaku Kaivan. Aku orang yang bisa membaca pikiran ... atau lebih tepatnya merasakan emosi. Sesuai dengan arti katanya ... 'merasakan', yang berarti mencicipi dan tahu rasanya. Sebuah kemampuan yang unik, tapi sangat mengganggu. Aku sendiri sangat membenci kemampuan ini. Itu karena ....

Gkhah!?

Pahit.

Sesaat rasa itu muncul dimulutku bersamaan dengan rasa terkikis. Itu adalah emosi ketika ada orang yang menghinaku.

Melihat orang di sekeliling untuk mencari penyebab rasa tersebut, dan yang kutemukan hanyalah siswa tadi. Dari radius ini, cuman orang itu yang bisa memberikan efek tersebut.

Dasar tidak tahu diuntung. Jika kau ingin merendahkanku, jangan bergantung padaku.

Rasa pahit barusan datang karena siswa yang barusan menertawakanku di dalam hatinya, bangga karena bisa menipu dan membohongiku. Perasaan negatif yang walaupun sebentar akan terasa olehku. Inilah kenapa aku membencinya.

Jika teman sakit, aku juga ikut sakit. Jika teman sedih, aku juga akan sedih. Jika teman marah, aku malah mendapat kesakitan. Semua emosi itu bisa kurasakan dengan lidah dan seluruh kulitku.

Ketika aku dimanfaatkan, ketika aku dibohongi, ketika aku dikendalikan. Aku tidak punya pilihan selain harus menerimanya. Jika aku menolak, emosi negatif akan muncul dari orang-orang tersebut dan membuatku merasa lebih sakit.

Inilah kenapa aku menjadi babu dari semua orang di dunia.

Lalu ... bagaimana dengan perasaan positif?

Hah, itu semua tidak ada.

Jika ada salah satu teman yang mendapatkan kebahagiaan. Aku mungkin bisa merasakannya, tapi itu hanya sesaat. Rasa gurih dan lezat dirasakan ketika orang memiliki emosi senang. Tapi, perasaan negatif jauh lebih hebat menutupi itu semua.

Orang yang mendapat pencapaian akan memiliki perasaan sombong. Rasanya tidak enak, seperti makan rumput dan mengunyah selulosa keras. Belum lagi orang di sekitarnya, mereka akan memiliki rasa cemburu pada orang tersebut. Rasanya menyakitkan seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum kecil.

Jika aku harus bilang, perasaan negatif yang dicampur dengan positif, hasilnya akan negatif. Negatif dikali dengan positif hasilnya negatif, rasa enak dilidah tertutupi oleh rasa sakit dari emosi negatif, mereka jauh lebih kuat.

Waktu istirahat hampir habis, siswa-siswa mulai bergantian masuk ke kelas. Aku sendiri tetap di luar bertengger di tembok lorong balkon, bertahan sampai menit terakhir guru berjalan ke kelasku.

"Ivan ..." panggil seseorang yang berbeda dari samping, "kamu sendiri saja."

Aku sendiri karena aku memilih untuk sendiri. Kekuatan ini membuatku sangat sensitif dengan keramaian.

"Kamu juga ngapain ke sini?"

Orang tersebut adalah Farrel. Teman laki-laki satu-satunya yang paling dekat denganku. Kami sudah saling kenal dari SMP dan kebetulan kembali satu kelas tahun ini.

Dari semua orang yang kukenal, dia adalah orang yang polos dan sangat jarang berpikiran negatif. Itulah sebabnya aku bisa merasakan kenyamanan dengannya. Aku tidak tahu kenapa bisa begitu, mungkin karena dia bodoh dan tidak sempat berpikir buruk.

"Biasa saja. Memang spot-ku di sini setiap hari, 'kan."

"Kali-kali gabung begitu, sama anak-anak lain."

Tidak. Itu neraka bagiku. Kemarahan mungkin akan tersulut jika aku terus berada di area penuh emosi itu.

"Aku sendiri karena aku mau sendiri, kapan kamu bisa ngerti, ha?"

Bahkan, jika orang-orang dari dalam kelas muncul mengerumuniku sekarang, aku akan pergi mencari tempat lain untuk menyendiri. Deteksi emosi yang kumiliki memang memerintahkanku untuk menjadi penyendiri.

"Ehehe ... aku memang gak bisa ngatur sih ...," ucap Farrel sambil ikut bersandar di pagar dinding balkon di sampingku, "tapi, Van. Katanya kamu bakal gantiin Nadya buat bersihin aula? Itu bener?"

Aku sedikit terkejut dengan ucapan Farrel, karena informasi itu benar.

"Dari mana kamu tahu?" tanyaku yang sedikit penasaran bagaimana cara dia mencari fakta itu.

"Semua di kelas juga tahu. Nadya orangnya memang begitu, jangan kamu kasih manja, nanti malah keterusan."

Kurasa sudah terlambat, bukan hanya dia yang kumanjakan. Beberapa orang termasuk laki-laki sudah kuberikan bantuan gratis. Untungnya di antara mereka semua tidak ada yang meminta uang jajanku.

"Biar saja. Aku juga gak ada kerjaan lain."

"Nadya juga harusnya bisa kerjain, malah memang tugas dia jadi anggota OSIS."

Tentu saja aku tahu, dia memanfaatkanku. Mungkin alasan sebenarnya adalah dia ada kencan dengan seseorang atau alasan kekanak-kanakan lainnya. Di saat dia menjelaskan situasinya, aku bisa merasakan rasa kebohongan.

"Gak apa-apa, Rel. Beresin aula paling setengah atau satu jam juga beres."

"Ck ... kapan kamu berubah. Mengalah memang bagus, tapi kamu juga harus pikirin diri kamu sendiri kalau mau selamat."

"Hehe ... bukannya kalau aku bantu orang kayak gini aku bakal disukain sama banyak cewek."

"Enggak, itu gak mungkin. Cewek itu mengerikan, kalaupun kamu bisa punya pacar pakai cara begitu, kamu cuman jadi pesuruh dan sumber uangnya saja."

Geh ....

Aku tahu kalau hal itu tidak mungkin, ucapan tersebut juga separuhnya adalah candaan. Tapi, Farrel yang menjawab dengan serius seperti itu malah membuatku terlihat semakin menyedihkan.

Kring, kring ...

Bunyi bel sekolah yang menandakan waktu istirahat berakhir. Mendengar itu, semua murid pun masuk dan mengikuti pelajaran selanjutnya.

*****

 

 

Terpopuler

Comments

Dalvi Leonel

Dalvi Leonel

ini ceritanya bagus

2022-10-17

0

Alesa12ч

Alesa12ч

bagus

2019-12-31

0

Aden Yudistira

Aden Yudistira

Terbaca 1

2019-10-26

2

lihat semua
Episodes
1 Arc 0 Stroberi : Chapter 1 - Sebagian Ingatan
2 Arc 0 Stroberi : Chapter 2 - Gadis Jubah Putih
3 Arc 0 Stroberi : Chapter 3 - Dasar Pencuri
4 Arc 0 Stroberi : Chapter 4 - Selangkanganku
5 Arc 0 Stroberi : Chapter 5 - Gadis Bisu
6 Arc 0 Stroberi : Chapter 6 - Namaku Kaivan
7 Arc 0 Stroberi : Chapter 7 - Siluman Gagak
8 Arc 0 Stroberi : Chapter 8 - Mana Luapan Emosi
9 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 1 - Gelombang Emosi Depresi
10 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 2 - Bullying
11 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 3 - Kemarahan
12 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 4 - Tunggu Kepala Dingin
13 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 5 - Kamu Mens Kan
14 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 6 - Kemarahan Dan Kebencian
15 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 7 - Feedback
16 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 8 - Tapi Aku Menolak
17 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 9 - Menurutmu Bagaimana
18 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 10 - Harus Mati
19 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 11 - Buat Apa Repot
20 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 12 - Kekuatan Amalia
21 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 13 - Tempat Parkir
22 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 14 - Lidah Kucing
23 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 15 - Kenapa Kamu Bantu Aku
24 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 16 - Suapin
25 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 17 - Getar Handphone
26 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 18 - Aku Amalia
27 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 19 - Munyu Munyu Munyu
28 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 20 - Aku Masih Di Sini
29 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 21 - Sebenarnya Apa Salahku
30 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 22 - Kenapa Kamu Di Sini
31 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 23 - Aku Kenal Kamu
32 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 24 - MaKaSih
33 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 25 - Kaleidskop
34 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 26 - Stop
35 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 27 - Karena Aku Takut
36 Arc 2 Jejamuan : Chapter 1 - Tugas Piket
37 Arc 2 Jejamuan : Chapter 2 - Cara Diterima Cewek
38 Arc 2 Jejamuan : Chapter 3 - Begitulah Kira-kira
39 Arc 2 Jejamuan : Chapter 4 - Kamu Serius
40 Arc 2 Jejamuan : Chapter 5 - Hubungan Dua
41 Arc 2 Jejamuan : Chapter 6 - Kenapa Malu-malu
42 Arc 2 Jejamuan : Chapter 7 - Rasa Takut
43 Arc 2 Jejamuan : Chapter 8 - Kuharap Tidak Berlangsung Terus
44 Arc 2 Jejamuan : Chapter 9 - Cerita Fany
45 Arc 2 Jejamuan : Chapter 10 - Mengubah Pikirannya
46 Arc 2 Jejamuan : Chapter 11 - Kemajuan Sendiri
47 Arc 2 Jejamuan : Chapter 12 - Anggap Saja Kebetulan
48 Arc 2 Jejamuan : Chapter 13 - Ke Mana Matamu
49 Arc 2 Jejamuan : Chapter 14 - Besok
50 Arc 2 Jejamuan : Chapter 15 - Aku Gak Telanjang
51 Arc 2 Jejamuan : Chapter 16 - Tidak Selalu Benci
52 Arc 2 Jejamuan : Chapter 17 - Gelombang Yang Mendekat
53 Arc 2 Jejamuan : Chapter 18 - Kembali Jadi Tugasku
54 Arc 2 Jejamuan : Chapter 19 - Sejak Kapan
55 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 1 - Pengintaian
56 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 2 - Mengiblati
57 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 3 - Gentleman
58 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 4 - 32C
59 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 5 - Gelombang Pengalih
60 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 6 - Tetap Menjijikan
61 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 7 - Terserah Kakak
62 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 8 - Kamu Melihat
63 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 9 - Sihir Menghilang
64 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 1 - Berita
65 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 2 - Menyewa Hotel
66 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 3 - Senjata
67 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 4 - Satu Kamar
68 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 5 - Saksi Mata
69 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 6 - Lolos
70 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 7 - Melindungi Dan Tumbal
71 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 8 - Keterhubungan Kasus
72 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 9 - Tempat Terburuk
73 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 10 - Sakit Bunuh Diri
74 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 11 - Dua Jalur
75 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 12 - Nokturnal
76 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 13 - AIDS
77 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 14 - Permohonan?
78 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 15 - Alasan Dan Kerja Sama
79 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 16 - Animus Lobster
80 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 17 - Antar Pulang
81 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 18 - Kehidupan Normal Tapi Tak Biasa
82 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 19 - Di Balik Bunuh Diri . 1
83 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 20 - Di Balik Bunuh Diri . 2
84 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 21 - Senjata Tombak Capit . 1
85 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 22 - Senjata Tombak Capit . 2
86 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 23 - Pisau Sihir
87 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 24 - Kombinasi . 1
88 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 25 - Kombinasi . 2
89 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 26 - Mengulur Waktu
90 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 27 - Dunia Yang Sakit . 1
91 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 28 - Dunia Yang Sakit . 2
92 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 29 - Rasa Sakit Sungguhan . 1
93 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 29 - Rasa Sakit Sungguhan . 2
94 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 30 - Getar Terakhir
95 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 31 - Kebangkitan . 1
96 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 32 - Kebangkitan . 2
97 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 33 - Shade . 1
98 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 33 - Shade . 2
99 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 1 - Pemulihan
100 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 2 - Takdir Yang Tak Berubah
101 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 3 - Hari Pertama
102 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 4 - With Imarine
103 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 5 - With Amalia
104 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 6 - With Amalia 2
105 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 7 - Hasil Akhir Geza
106 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 8 - Botol Sihir Geza
107 Arc 4 New Stage : Chapter 1 - Langkah Menuju Rumah
108 Arc 4 New Stage : Chapter 2 - Pakaian
109 Arc 4 New Stage : Chapter 3 - Kuku Tajam
110 Arc 4 New Stage : Chapter 4 - Memilih Diam
111 Arc 4 New Stage : Chapter 5 - Creation Of Adam
112 Arc 4 New Stage : Chapter 6 - Remaja Plin Plan
113 Arc 4 New Stage : Chapter 7 - Burung Hantu Raksasa
114 Arc 4 New Stage : Chapter 8 - Bug Deteksi Emosi
115 Arc 4 New Stage : Chapter 9 - Pertengkaran Yang Klise
116 Arc 4 New Stage : Chapter 10 - Bukan Tandingan
117 Arc 4 New Stage : Chapter 11 - Kamu Bukan Adikku
118 Arc 4 New Stage : Chapter 12 - Umpatan Yang Menyakitkan
119 Arc 4 New Stage : Chapter 13 - Anak Angkat
120 Arc 4 New Stage : Chapter 14 - Hubungan Saling Mengait
121 Arc 4 New Stage : Chapter 15 - Kerendahan Hati Dan Egoisme
122 Arc 4 New Stage : Chapter 16 - Dasar Kemunculan Animus
123 Arc 4 New Stage : Chapter 17 - Jejak Kehidupan
124 Arc 4 New Stage : Chapter 18 - Jejak Kehidupan Di Kamarku
125 Arc 4 New Stage : Chapter 19 - Harta Titipan
126 Arc 4 New Stage : Chapter 20 - Mulai Maju Dan Berangkat Secepatnya
127 Arc 4 New Stage : Chapter 21 - Luapan Dari Amalia
128 Arc 4 New Stage : Chapter 22 - Lompatan
129 Arc 4 New Stage : Chapter 23 - Pemilik Dimensi
130 Arc 4 New Stage : Chapter 24 - Dipermainkan
131 Arc 4 New Stage : Chapter 25 - Animus Murni
132 Arc 4 New Stage : Chapter 26 - Magic Stab
133 Arc 4 New Stage : Chapter 27 - Kontrak Berdarah
134 Arc 4 New Stage : Chapter 28 - Dunia Buatan
135 Arc 4 New Stage : Chapter 29 - Pesan Dari Octa
136 Arc 4 New Stage : Chapter 30 - Aturan Dan Aksi
137 Arc 4 New Stage : Chapter 31 - Empat Orang
138 Arc 4 New Stage : Chapter 32 - Keputusan Hanz
139 Arc 4 New Stage : Chapter 33 - Ruangan Baru
140 Arc 4 New Stage : Chapter 34 - Komunikasi Empat Sudut
141 Arc 4 New Stage : Chapter 35 - Awal Teka-teki
142 Arc 4 New Stage : Chapter 36 - Dasar Survival
143 Arc 4 New Stage : Chapter 37 - Malam Pertama Di Hutan
144 Arc 4 New Stage : Chapter 38 - Pengejaran
145 Arc 4 New Stage : Chapter 39 - Kata Terima Kasih
146 Arc 4 New Stage : Chapter 40 - Pagi Dengan Gajah
147 Arc 4 New Stage : Chapter 41 - Artefak Gunung Terpahat
148 Arc 4 New Stage : Chapter 42 - Start Dimulai Saat Terbenam
149 Arc 4 New Stage : Chapter 43 - Gagal Umpan
150 Arc 4 New Stage : Chapter 44 - Terkapar
151 Arc 4 New Stage : Chapter 45 - Menolak Kalah
152 Arc 4 New Stage : Chapter 46 - Kembali Ke Ruangan Baru
153 Arc 4 New Stage : Chapter 47 - Rangkuman Pemain Lain
154 Arc 4 New Stage : Chapter 48 - Orang Mati
155 Arc 4 New Stage : Chapter 49 - Batas Dunia Game Dan Emosi
156 Arc 4 New Stage : Chapter 50 - Kebun Belakang
157 Arc 4 New Stage : Chapter 51 - Gelombang Dingin Dari Ann
158 Arc 4 New Stage : Chapter 52 - Arah Bukti
159 Arc 4 New Stage : Chapter 52 - Merasuknya Latar Belakang
160 Arc 4 New Stage : Chapter 53 - Sisi Lain Cara Pandang Literatur
161 Arc 4 New Stage : Chapter 54 - Berbagai Ending
162 Arc 4 New Stage : Chapter 55 - Bukti Dari Ingatan Yang Diberikan
163 Arc 4 New Stage : Chapter 56 - Kedatangan Imarine Di Kamar
164 Arc 4 New Stage : Chapter 57 - Latihan Dengan Imarine
165 Arc 4 New Stage : Chapter 58 - Kedatangan Amalia Di Kamar
166 Arc 4 New Stage : Chapter 59 - Penyerangan Dan Gelombang Emosi Berahi
167 Arc 4 New Stage : Chapter 60 - Amalia Vs Imarine
168 Arc 4 New Stage : Chapter 61 - Peluk Sampai Akhir
169 Arc 4 New Stage : Chapter 62 - Mutasi Kamar
170 Arc 4 New Stage : Chapter 63 - Domino Ketidakberuntungan
171 Arc 4 New Stage : Chapter 64 - Sisir Hutan
172 Arc 4 New Stage : Chapter 65 - Permohonan Sihir Amalia
173 Arc 4 New Stage : Chapter 66 - Zombie
174 Arc 4 New Stage : Chapter 67 - END
Episodes

Updated 174 Episodes

1
Arc 0 Stroberi : Chapter 1 - Sebagian Ingatan
2
Arc 0 Stroberi : Chapter 2 - Gadis Jubah Putih
3
Arc 0 Stroberi : Chapter 3 - Dasar Pencuri
4
Arc 0 Stroberi : Chapter 4 - Selangkanganku
5
Arc 0 Stroberi : Chapter 5 - Gadis Bisu
6
Arc 0 Stroberi : Chapter 6 - Namaku Kaivan
7
Arc 0 Stroberi : Chapter 7 - Siluman Gagak
8
Arc 0 Stroberi : Chapter 8 - Mana Luapan Emosi
9
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 1 - Gelombang Emosi Depresi
10
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 2 - Bullying
11
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 3 - Kemarahan
12
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 4 - Tunggu Kepala Dingin
13
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 5 - Kamu Mens Kan
14
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 6 - Kemarahan Dan Kebencian
15
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 7 - Feedback
16
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 8 - Tapi Aku Menolak
17
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 9 - Menurutmu Bagaimana
18
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 10 - Harus Mati
19
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 11 - Buat Apa Repot
20
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 12 - Kekuatan Amalia
21
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 13 - Tempat Parkir
22
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 14 - Lidah Kucing
23
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 15 - Kenapa Kamu Bantu Aku
24
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 16 - Suapin
25
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 17 - Getar Handphone
26
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 18 - Aku Amalia
27
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 19 - Munyu Munyu Munyu
28
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 20 - Aku Masih Di Sini
29
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 21 - Sebenarnya Apa Salahku
30
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 22 - Kenapa Kamu Di Sini
31
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 23 - Aku Kenal Kamu
32
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 24 - MaKaSih
33
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 25 - Kaleidskop
34
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 26 - Stop
35
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 27 - Karena Aku Takut
36
Arc 2 Jejamuan : Chapter 1 - Tugas Piket
37
Arc 2 Jejamuan : Chapter 2 - Cara Diterima Cewek
38
Arc 2 Jejamuan : Chapter 3 - Begitulah Kira-kira
39
Arc 2 Jejamuan : Chapter 4 - Kamu Serius
40
Arc 2 Jejamuan : Chapter 5 - Hubungan Dua
41
Arc 2 Jejamuan : Chapter 6 - Kenapa Malu-malu
42
Arc 2 Jejamuan : Chapter 7 - Rasa Takut
43
Arc 2 Jejamuan : Chapter 8 - Kuharap Tidak Berlangsung Terus
44
Arc 2 Jejamuan : Chapter 9 - Cerita Fany
45
Arc 2 Jejamuan : Chapter 10 - Mengubah Pikirannya
46
Arc 2 Jejamuan : Chapter 11 - Kemajuan Sendiri
47
Arc 2 Jejamuan : Chapter 12 - Anggap Saja Kebetulan
48
Arc 2 Jejamuan : Chapter 13 - Ke Mana Matamu
49
Arc 2 Jejamuan : Chapter 14 - Besok
50
Arc 2 Jejamuan : Chapter 15 - Aku Gak Telanjang
51
Arc 2 Jejamuan : Chapter 16 - Tidak Selalu Benci
52
Arc 2 Jejamuan : Chapter 17 - Gelombang Yang Mendekat
53
Arc 2 Jejamuan : Chapter 18 - Kembali Jadi Tugasku
54
Arc 2 Jejamuan : Chapter 19 - Sejak Kapan
55
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 1 - Pengintaian
56
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 2 - Mengiblati
57
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 3 - Gentleman
58
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 4 - 32C
59
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 5 - Gelombang Pengalih
60
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 6 - Tetap Menjijikan
61
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 7 - Terserah Kakak
62
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 8 - Kamu Melihat
63
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 9 - Sihir Menghilang
64
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 1 - Berita
65
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 2 - Menyewa Hotel
66
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 3 - Senjata
67
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 4 - Satu Kamar
68
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 5 - Saksi Mata
69
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 6 - Lolos
70
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 7 - Melindungi Dan Tumbal
71
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 8 - Keterhubungan Kasus
72
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 9 - Tempat Terburuk
73
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 10 - Sakit Bunuh Diri
74
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 11 - Dua Jalur
75
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 12 - Nokturnal
76
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 13 - AIDS
77
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 14 - Permohonan?
78
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 15 - Alasan Dan Kerja Sama
79
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 16 - Animus Lobster
80
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 17 - Antar Pulang
81
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 18 - Kehidupan Normal Tapi Tak Biasa
82
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 19 - Di Balik Bunuh Diri . 1
83
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 20 - Di Balik Bunuh Diri . 2
84
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 21 - Senjata Tombak Capit . 1
85
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 22 - Senjata Tombak Capit . 2
86
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 23 - Pisau Sihir
87
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 24 - Kombinasi . 1
88
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 25 - Kombinasi . 2
89
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 26 - Mengulur Waktu
90
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 27 - Dunia Yang Sakit . 1
91
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 28 - Dunia Yang Sakit . 2
92
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 29 - Rasa Sakit Sungguhan . 1
93
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 29 - Rasa Sakit Sungguhan . 2
94
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 30 - Getar Terakhir
95
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 31 - Kebangkitan . 1
96
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 32 - Kebangkitan . 2
97
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 33 - Shade . 1
98
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 33 - Shade . 2
99
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 1 - Pemulihan
100
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 2 - Takdir Yang Tak Berubah
101
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 3 - Hari Pertama
102
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 4 - With Imarine
103
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 5 - With Amalia
104
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 6 - With Amalia 2
105
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 7 - Hasil Akhir Geza
106
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 8 - Botol Sihir Geza
107
Arc 4 New Stage : Chapter 1 - Langkah Menuju Rumah
108
Arc 4 New Stage : Chapter 2 - Pakaian
109
Arc 4 New Stage : Chapter 3 - Kuku Tajam
110
Arc 4 New Stage : Chapter 4 - Memilih Diam
111
Arc 4 New Stage : Chapter 5 - Creation Of Adam
112
Arc 4 New Stage : Chapter 6 - Remaja Plin Plan
113
Arc 4 New Stage : Chapter 7 - Burung Hantu Raksasa
114
Arc 4 New Stage : Chapter 8 - Bug Deteksi Emosi
115
Arc 4 New Stage : Chapter 9 - Pertengkaran Yang Klise
116
Arc 4 New Stage : Chapter 10 - Bukan Tandingan
117
Arc 4 New Stage : Chapter 11 - Kamu Bukan Adikku
118
Arc 4 New Stage : Chapter 12 - Umpatan Yang Menyakitkan
119
Arc 4 New Stage : Chapter 13 - Anak Angkat
120
Arc 4 New Stage : Chapter 14 - Hubungan Saling Mengait
121
Arc 4 New Stage : Chapter 15 - Kerendahan Hati Dan Egoisme
122
Arc 4 New Stage : Chapter 16 - Dasar Kemunculan Animus
123
Arc 4 New Stage : Chapter 17 - Jejak Kehidupan
124
Arc 4 New Stage : Chapter 18 - Jejak Kehidupan Di Kamarku
125
Arc 4 New Stage : Chapter 19 - Harta Titipan
126
Arc 4 New Stage : Chapter 20 - Mulai Maju Dan Berangkat Secepatnya
127
Arc 4 New Stage : Chapter 21 - Luapan Dari Amalia
128
Arc 4 New Stage : Chapter 22 - Lompatan
129
Arc 4 New Stage : Chapter 23 - Pemilik Dimensi
130
Arc 4 New Stage : Chapter 24 - Dipermainkan
131
Arc 4 New Stage : Chapter 25 - Animus Murni
132
Arc 4 New Stage : Chapter 26 - Magic Stab
133
Arc 4 New Stage : Chapter 27 - Kontrak Berdarah
134
Arc 4 New Stage : Chapter 28 - Dunia Buatan
135
Arc 4 New Stage : Chapter 29 - Pesan Dari Octa
136
Arc 4 New Stage : Chapter 30 - Aturan Dan Aksi
137
Arc 4 New Stage : Chapter 31 - Empat Orang
138
Arc 4 New Stage : Chapter 32 - Keputusan Hanz
139
Arc 4 New Stage : Chapter 33 - Ruangan Baru
140
Arc 4 New Stage : Chapter 34 - Komunikasi Empat Sudut
141
Arc 4 New Stage : Chapter 35 - Awal Teka-teki
142
Arc 4 New Stage : Chapter 36 - Dasar Survival
143
Arc 4 New Stage : Chapter 37 - Malam Pertama Di Hutan
144
Arc 4 New Stage : Chapter 38 - Pengejaran
145
Arc 4 New Stage : Chapter 39 - Kata Terima Kasih
146
Arc 4 New Stage : Chapter 40 - Pagi Dengan Gajah
147
Arc 4 New Stage : Chapter 41 - Artefak Gunung Terpahat
148
Arc 4 New Stage : Chapter 42 - Start Dimulai Saat Terbenam
149
Arc 4 New Stage : Chapter 43 - Gagal Umpan
150
Arc 4 New Stage : Chapter 44 - Terkapar
151
Arc 4 New Stage : Chapter 45 - Menolak Kalah
152
Arc 4 New Stage : Chapter 46 - Kembali Ke Ruangan Baru
153
Arc 4 New Stage : Chapter 47 - Rangkuman Pemain Lain
154
Arc 4 New Stage : Chapter 48 - Orang Mati
155
Arc 4 New Stage : Chapter 49 - Batas Dunia Game Dan Emosi
156
Arc 4 New Stage : Chapter 50 - Kebun Belakang
157
Arc 4 New Stage : Chapter 51 - Gelombang Dingin Dari Ann
158
Arc 4 New Stage : Chapter 52 - Arah Bukti
159
Arc 4 New Stage : Chapter 52 - Merasuknya Latar Belakang
160
Arc 4 New Stage : Chapter 53 - Sisi Lain Cara Pandang Literatur
161
Arc 4 New Stage : Chapter 54 - Berbagai Ending
162
Arc 4 New Stage : Chapter 55 - Bukti Dari Ingatan Yang Diberikan
163
Arc 4 New Stage : Chapter 56 - Kedatangan Imarine Di Kamar
164
Arc 4 New Stage : Chapter 57 - Latihan Dengan Imarine
165
Arc 4 New Stage : Chapter 58 - Kedatangan Amalia Di Kamar
166
Arc 4 New Stage : Chapter 59 - Penyerangan Dan Gelombang Emosi Berahi
167
Arc 4 New Stage : Chapter 60 - Amalia Vs Imarine
168
Arc 4 New Stage : Chapter 61 - Peluk Sampai Akhir
169
Arc 4 New Stage : Chapter 62 - Mutasi Kamar
170
Arc 4 New Stage : Chapter 63 - Domino Ketidakberuntungan
171
Arc 4 New Stage : Chapter 64 - Sisir Hutan
172
Arc 4 New Stage : Chapter 65 - Permohonan Sihir Amalia
173
Arc 4 New Stage : Chapter 66 - Zombie
174
Arc 4 New Stage : Chapter 67 - END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!