Arc 1 Sampah Organik : Chapter 8 - Tapi Aku Menolak

Kalau tidak salah itu terjadi waktu aku masih SMP, kejadian kejam di mana aku merasakan rasa sakit akibat gelombang emosi. Ketika aku menyeberang jalan raya, ada sebuah kecelakaan yang terjadi antara kedua pengendara motor. Salah satu pengendara yang menggunakan motor besar terjatuh dan tertimpa oleh motornya sendiri. Akibatnya tulang bahu dan kakinya patah.

Sayangnya orang tersebut terseret hingga tepat di depanku. Dengan katalis emosi negatif orang di sekitar, aku mendapat sensasi kepala ingin meledak waktu itu. Salah satu yang paling kuingat adalah teriak kesakitannya si pengendara. Menggelegar dan searah dengan gelombang emosi yang dia keluarkan.

Karena kekuatan ini, aku bisa merasakannya. Rasa sakit yang sama atau bahkan lebih dari pengendara itu. Sensasi kepala terbakar, urat-urat wajah mengeras, mata tertusuk-tusuk, sangat sakit hingga aku ingin memukul kepalaku sendiri.

Sungguh pengalaman yang mengertikan, aku berharap untuk tidak pernah mengalami hal serupa lagi. Bisa-bisa mentalku terganggu dan sarafku akan baal terhadap rasa sakit. Namun, siapa sangka hal ini bisa terulang kembali akibat satu gadis yang sedang menstruasi.

“...”

Waktu sekolah selesai. Sekarang aku dan Amalia ada di perjalanan menuju tempat Pero. Ada hal yang ingin kutanyakan padanya. Masih ada penjelasan tentang kekuatan Amalia sebagai users yang mungkin akan membantu. Selain itu, aku juga ingin dengar pendapatnya tentang kasus bullying. Dilihat dari penampilannya, aku kira Pero lebih pintar dan bijaksana daripada Amalia.

Aku berjalan di belakang Amalia, dan jarak kami cukup jauh. Bukan tiga atau lima meter, melainkan lebih dari lima belas meter. Di jarak tersebut aku tidak akan merasa kesakitan berlebih oleh gelombang emosinya.

Hn?

Amalia menghentikan langkahnya, dan aku pun ikut berhenti. Gadis itu berbalik ke belakang melihatku. Dari ekspresi yang dia buat, dia sepertinya menungguku mendekat agar bisa berjalan berdampingan.

“...”

Tapi, AKU MENOLAK ...!!

Aku benar-benar tidak menginginkan gelombang emosi waktu itu terulang kembali. Hal yang terjadi waktu istirahat hari ini cukup mengukir trauma baru di ingatanku.

“Kalau kamu gak maju, aku gak bakal maju. Jalan yang cepat biar cepat sampai,” kataku dengan suara lebih keras.

Mendengar itu, Amalia kembali melanjutkan jalannya. Aku di belakang juga ikut mengikuti.

Hn?

Tapi, hanya sekitar tiga langkah dan kembali berhenti. Selanjutnya dia berbalik untuk melihatku lagi, yang tentu saja aku di belakang juga ikut menghentikan langkah.

Amalia terlihat menulis di catatan kecilnya. Dia membuat gelagat bingung dengan menaruh pulpen di kepala, seperti berusaha mengeluarkan ide dari dalamnya. Setelah beberapa detik berlalu, akhirnya dia menaruh pulpen sambil mengangkat catatan itu tinggi-tinggi.

“...”

Tapi, percuma.

“Aku gak bisa baca. Kalau kamu mau angkat catatan begitu, pakai font di atas enam puluh dan kertas seukuran spanduk biar jelas.”

Mendengar perkataanku, gadis itu pun menurunkan tangannya. Ia kembali berpikir sambil menggeleng-geleng melihat ke sekeliling.

Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, kemampuan pembaca emosiku terasa bias pada jarak ini. Walaupun sedikit penasaran, aku tetap tidak berniat untuk mendekat.

Beberapa kali dia berlarian ke segala arah. Awalnya aku kira dia melanjutkan perjalanan, tapi karena dia kembali berbalik, aku pun ikut mundur beberapa langkah mengikutinya. Hal ini membuatku terlihat konyol karena melakukan gerakan maju mundur mengikuti posisi Amalia. Tapi, aku menyadari pola gerakan itu dan berhenti mengikuti di pergerakan ke tiga.

Setelah kurang lebih lima kali Amalia maju mundur, gadis itu akhirnya memulai tindakan baru.

Srreek.

Dia merobek kertas buku catatannya. Satu lembar kertas itu ditaruh di trotoar.

“...”

Sambil melihatku, Amalia berusaha memberi kode bahasa tubuh yang seakan ingin bilang ‘perhatikan, Ivan’ dengan kedua tangan dan urat wajahnya.

Dari sini tidak terlihat jelas apa yang dia lakukan. Ketika menaruh kertas dalam posisi setengah berdiri, penglihatan jauhku juga dirugikan oleh sudut yang terbentuk.

Tangan Amalia diangkat dari bawah. Setelah beberapa detik berlangsung, akhirnya dia berdiri dan mulai berjalan menjauh.

“...”

Namun, jalannya tidak seperti sebelumnya. Gadis itu berjalan mundur sambil menghadap ke arahku. Posisi tersebut memungkinkan dia bergerak sambil mengawasi pergerakanku.

Dia melambaikan sekali lagi tangannya untuk memancing perhatianku. Setelah sadar kalau aku sedang melihat, pola tangannya berubah menjadi sebuah tanda penunjuk. Dia berusaha menggiringku ke tempat di mana dia menaruh kertas tadi.

Apa yang dilakukannya tidak merugikan, maka dari itu aku mengikuti keinginannya dan berjalan menghampiri titik yang dia tunjukkan.

Oh ... jadi ini maksudnya.

Ketika aku sudah cukup dekat untuk melihat, aku sadar dengan tindakan Amalia. Di sana ada kertas yang disobek, ditaruh di permukaan jalan, dan kemudian ditindihi sebuah kerikil. Tentu saja maksud dari tindakannya adalah komunikasi, di permukaan kertas itu juga terdapat tulisan tangan Amalia.

Ivan, apa kamu marah? Aku minta maaf soal kejadian waktu istirahat tadi, waktu itu aku gak sengaja.

“Aku gak marah, aku gak marah sama sekali. Tapi, marah dan takut itu emosi yang berbeda. Kalau pun kamu gak sengaja dorong aku dari atas kapal sampai jatuh ke laut dan tenggelam. Aku gak akan marah sama kamu, tapi aku bakal takut sama laut.”

Perumpamaan itu sedikit mengerikan, bahkan jika itu terjadi aku tidak yakin bisa selamat. Tapi, hal seperti itu memang sebanding dengan rasa sakit yang kualami waktu itu. Terkapar hingga tidak bisa bergerak karena rasa sakit masih bisa kutahan sedikit. Namun, hal yang membuat situasi bertambah buruk adalah Amalia yang malah mendekat dan membuat gelombang emosi semakin kuat.

Hampir saja aku pingsan karena kesakitan. Tapi, sebelum hal itu terjadi, dia lebih dulu menjauh dan pergi untuk meminta bantuan. Di saat itulah aku mulai mendapat kesadaran hingga dapat membuatku bangkit.

Amalia sadar dengan kebangkitanku, dia pun mengurungkan niatnya untuk mencari pertolongan. Sebagai gantinya, dia berbalik dan mencoba mendekatiku lagi. Menanggapi tindakan bodohnya itu, aku pun lari menjauhinya.

Kami sempat mengalami acara kejar-kejaran, walaupun pada kasusku terasa tidak romantis atau bahkan lebih mengarah ke menyedihkan. Beberapa kali aku mengatakan untuk menjaga jarak, tapi butuh waktu agar Amalia mengerti. Dan akhirnya kami sampai di tahap ini, hubungan yang dibatas jarak pada radius tertentu.

Hah ....

“Daripada minta maaf, kamu mending cerita tentang apa yang kamu lihat di istirahat tadi siang. Apa ada informasi dari tiga orang pem-bully itu?” ucapku untuk mengalihkan perhatian.

Amalia yang mendengarnya pun mulai menulis, ekspresinya sedikit berubah menjadi lebih tenang.

“Dan lagi, kamu nulisnya sambil jalan saja ... biar cepet sampai.”

Gadis yang tengah menulis itu pun menoleh ke arahku sambil membuat senyum bodoh. ‘Ehehe ...’ yang tergambar di wajahnya.

Kami melanjutkan perjalanan, Amalia juga melanjutkan percakapan jarak jauh ini. Dia terus menulis di catatan, merobeknya, dan meletakkannya di jalan agar aku bisa memungutnya.

Dalam tulisannya, dia bercerita kalau tiga orang itu tidak menjelekkan Imarine setiap saat. Ada kalanya mereka hanya bicara topik biasa. Seperti sekolah, olahraga, makanan, media sosial, dan lain-lain.

Di kertas kedua, Amalia bilang kalau ada satu kejadian yang membuat mereka mengalihkan perhatian pada Imarine. Kejadian itu adalah ketika tempat duduk yang mereka duduki terdapat noda kuning dan membuat noda itu menempel di rok belakangnya.

Oh ... Ini sama seperti jebakan yang pernah kulihat dulu untuk membuat fitnah kejam seputar tinja.

Di kertas ketiga, Amalia kembali bilang kalau ketiga orang tersebut mengalami kesialan dengan menginjak kotoran kucing. Hal tersebut membuat mereka marah tidak karuan sehingga mengharuskan mereka mencucinya. Namun, ketika mencuci, mereka juga terkena sial oleh cipratan air keran yang menyembur mengenai pakaian dan kaos kakinya.

“...”

Sebenarnya aku tidak butuh cerita ini.

“Woi, apa gak ada yang lain? Apa kamu punya informasi ... kayak mereka yang masuk ekskul apa? Atau siapa yang punya dan dengan siapa mereka berpacaran?” kataku pada Amalia dari jauh yang tengah menulis kertas keempat.

Dia terdiam sesaat yang kelihatannya sedang berpikir, dan beberapa saat setelahnya dia pun mulai membuka halaman baru untuk ditulis.

Apa di kertas keempat sebelumnya masih melanjutkan kisah sial mereka? Memangnya seberapa sial mereka hari ini?

Aku melanjutkan perjalanan dan akhirnya meraih kertas keempat yang ditaruh Amalia. Di sana dia bercerita, dalam percakapan ketiga orang itu, gadis bernama Azarin si pemimpin adalah anggota ekskul voli. Kalau tidak salah, pernah muncul nama laki-laki dari eskul basket.

“...”

Dari sini aku sudah cukup mengerti permasalahannya di mana. Didukung dengan sikap Imarine yang membenci laki-laki, yang kemungkinan besar masalah ini juga berasal dari laki-laki.

“Oke, Amalia ... cukup. Kalau ada yang mau lanjut, mending nanti saja.”

Kenapa dia tidak menceritakan percakapan ini di awal? Memang terlihat biasa, tapi justru inilah yang jadi petunjukku.

Aku menghentikan metode percakapan merepotkan itu karena kami sudah dekat dengan tujuan. Toko tempat pero tinggal sudah dekat. Walaupun tidak ada rasa amarah, tapi aku tetap menjaga jarak dengan Amalia hingga benar-benar sampai di toko tersebut.

“...”

Tunggu dulu ... kenapa aku harus melakukan percakapan dengan kertas seperti itu? Bukankah komunikasi dengan Handphone jauh lebih mudah.

 

 

****

 

 

Episodes
1 Arc 0 Stroberi : Chapter 1 - Sebagian Ingatan
2 Arc 0 Stroberi : Chapter 2 - Gadis Jubah Putih
3 Arc 0 Stroberi : Chapter 3 - Dasar Pencuri
4 Arc 0 Stroberi : Chapter 4 - Selangkanganku
5 Arc 0 Stroberi : Chapter 5 - Gadis Bisu
6 Arc 0 Stroberi : Chapter 6 - Namaku Kaivan
7 Arc 0 Stroberi : Chapter 7 - Siluman Gagak
8 Arc 0 Stroberi : Chapter 8 - Mana Luapan Emosi
9 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 1 - Gelombang Emosi Depresi
10 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 2 - Bullying
11 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 3 - Kemarahan
12 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 4 - Tunggu Kepala Dingin
13 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 5 - Kamu Mens Kan
14 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 6 - Kemarahan Dan Kebencian
15 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 7 - Feedback
16 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 8 - Tapi Aku Menolak
17 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 9 - Menurutmu Bagaimana
18 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 10 - Harus Mati
19 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 11 - Buat Apa Repot
20 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 12 - Kekuatan Amalia
21 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 13 - Tempat Parkir
22 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 14 - Lidah Kucing
23 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 15 - Kenapa Kamu Bantu Aku
24 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 16 - Suapin
25 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 17 - Getar Handphone
26 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 18 - Aku Amalia
27 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 19 - Munyu Munyu Munyu
28 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 20 - Aku Masih Di Sini
29 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 21 - Sebenarnya Apa Salahku
30 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 22 - Kenapa Kamu Di Sini
31 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 23 - Aku Kenal Kamu
32 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 24 - MaKaSih
33 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 25 - Kaleidskop
34 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 26 - Stop
35 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 27 - Karena Aku Takut
36 Arc 2 Jejamuan : Chapter 1 - Tugas Piket
37 Arc 2 Jejamuan : Chapter 2 - Cara Diterima Cewek
38 Arc 2 Jejamuan : Chapter 3 - Begitulah Kira-kira
39 Arc 2 Jejamuan : Chapter 4 - Kamu Serius
40 Arc 2 Jejamuan : Chapter 5 - Hubungan Dua
41 Arc 2 Jejamuan : Chapter 6 - Kenapa Malu-malu
42 Arc 2 Jejamuan : Chapter 7 - Rasa Takut
43 Arc 2 Jejamuan : Chapter 8 - Kuharap Tidak Berlangsung Terus
44 Arc 2 Jejamuan : Chapter 9 - Cerita Fany
45 Arc 2 Jejamuan : Chapter 10 - Mengubah Pikirannya
46 Arc 2 Jejamuan : Chapter 11 - Kemajuan Sendiri
47 Arc 2 Jejamuan : Chapter 12 - Anggap Saja Kebetulan
48 Arc 2 Jejamuan : Chapter 13 - Ke Mana Matamu
49 Arc 2 Jejamuan : Chapter 14 - Besok
50 Arc 2 Jejamuan : Chapter 15 - Aku Gak Telanjang
51 Arc 2 Jejamuan : Chapter 16 - Tidak Selalu Benci
52 Arc 2 Jejamuan : Chapter 17 - Gelombang Yang Mendekat
53 Arc 2 Jejamuan : Chapter 18 - Kembali Jadi Tugasku
54 Arc 2 Jejamuan : Chapter 19 - Sejak Kapan
55 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 1 - Pengintaian
56 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 2 - Mengiblati
57 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 3 - Gentleman
58 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 4 - 32C
59 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 5 - Gelombang Pengalih
60 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 6 - Tetap Menjijikan
61 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 7 - Terserah Kakak
62 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 8 - Kamu Melihat
63 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 9 - Sihir Menghilang
64 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 1 - Berita
65 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 2 - Menyewa Hotel
66 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 3 - Senjata
67 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 4 - Satu Kamar
68 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 5 - Saksi Mata
69 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 6 - Lolos
70 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 7 - Melindungi Dan Tumbal
71 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 8 - Keterhubungan Kasus
72 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 9 - Tempat Terburuk
73 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 10 - Sakit Bunuh Diri
74 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 11 - Dua Jalur
75 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 12 - Nokturnal
76 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 13 - AIDS
77 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 14 - Permohonan?
78 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 15 - Alasan Dan Kerja Sama
79 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 16 - Animus Lobster
80 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 17 - Antar Pulang
81 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 18 - Kehidupan Normal Tapi Tak Biasa
82 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 19 - Di Balik Bunuh Diri . 1
83 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 20 - Di Balik Bunuh Diri . 2
84 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 21 - Senjata Tombak Capit . 1
85 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 22 - Senjata Tombak Capit . 2
86 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 23 - Pisau Sihir
87 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 24 - Kombinasi . 1
88 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 25 - Kombinasi . 2
89 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 26 - Mengulur Waktu
90 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 27 - Dunia Yang Sakit . 1
91 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 28 - Dunia Yang Sakit . 2
92 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 29 - Rasa Sakit Sungguhan . 1
93 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 29 - Rasa Sakit Sungguhan . 2
94 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 30 - Getar Terakhir
95 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 31 - Kebangkitan . 1
96 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 32 - Kebangkitan . 2
97 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 33 - Shade . 1
98 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 33 - Shade . 2
99 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 1 - Pemulihan
100 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 2 - Takdir Yang Tak Berubah
101 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 3 - Hari Pertama
102 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 4 - With Imarine
103 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 5 - With Amalia
104 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 6 - With Amalia 2
105 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 7 - Hasil Akhir Geza
106 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 8 - Botol Sihir Geza
107 Arc 4 New Stage : Chapter 1 - Langkah Menuju Rumah
108 Arc 4 New Stage : Chapter 2 - Pakaian
109 Arc 4 New Stage : Chapter 3 - Kuku Tajam
110 Arc 4 New Stage : Chapter 4 - Memilih Diam
111 Arc 4 New Stage : Chapter 5 - Creation Of Adam
112 Arc 4 New Stage : Chapter 6 - Remaja Plin Plan
113 Arc 4 New Stage : Chapter 7 - Burung Hantu Raksasa
114 Arc 4 New Stage : Chapter 8 - Bug Deteksi Emosi
115 Arc 4 New Stage : Chapter 9 - Pertengkaran Yang Klise
116 Arc 4 New Stage : Chapter 10 - Bukan Tandingan
117 Arc 4 New Stage : Chapter 11 - Kamu Bukan Adikku
118 Arc 4 New Stage : Chapter 12 - Umpatan Yang Menyakitkan
119 Arc 4 New Stage : Chapter 13 - Anak Angkat
120 Arc 4 New Stage : Chapter 14 - Hubungan Saling Mengait
121 Arc 4 New Stage : Chapter 15 - Kerendahan Hati Dan Egoisme
122 Arc 4 New Stage : Chapter 16 - Dasar Kemunculan Animus
123 Arc 4 New Stage : Chapter 17 - Jejak Kehidupan
124 Arc 4 New Stage : Chapter 18 - Jejak Kehidupan Di Kamarku
125 Arc 4 New Stage : Chapter 19 - Harta Titipan
126 Arc 4 New Stage : Chapter 20 - Mulai Maju Dan Berangkat Secepatnya
127 Arc 4 New Stage : Chapter 21 - Luapan Dari Amalia
128 Arc 4 New Stage : Chapter 22 - Lompatan
129 Arc 4 New Stage : Chapter 23 - Pemilik Dimensi
130 Arc 4 New Stage : Chapter 24 - Dipermainkan
131 Arc 4 New Stage : Chapter 25 - Animus Murni
132 Arc 4 New Stage : Chapter 26 - Magic Stab
133 Arc 4 New Stage : Chapter 27 - Kontrak Berdarah
134 Arc 4 New Stage : Chapter 28 - Dunia Buatan
135 Arc 4 New Stage : Chapter 29 - Pesan Dari Octa
136 Arc 4 New Stage : Chapter 30 - Aturan Dan Aksi
137 Arc 4 New Stage : Chapter 31 - Empat Orang
138 Arc 4 New Stage : Chapter 32 - Keputusan Hanz
139 Arc 4 New Stage : Chapter 33 - Ruangan Baru
140 Arc 4 New Stage : Chapter 34 - Komunikasi Empat Sudut
141 Arc 4 New Stage : Chapter 35 - Awal Teka-teki
142 Arc 4 New Stage : Chapter 36 - Dasar Survival
143 Arc 4 New Stage : Chapter 37 - Malam Pertama Di Hutan
144 Arc 4 New Stage : Chapter 38 - Pengejaran
145 Arc 4 New Stage : Chapter 39 - Kata Terima Kasih
146 Arc 4 New Stage : Chapter 40 - Pagi Dengan Gajah
147 Arc 4 New Stage : Chapter 41 - Artefak Gunung Terpahat
148 Arc 4 New Stage : Chapter 42 - Start Dimulai Saat Terbenam
149 Arc 4 New Stage : Chapter 43 - Gagal Umpan
150 Arc 4 New Stage : Chapter 44 - Terkapar
151 Arc 4 New Stage : Chapter 45 - Menolak Kalah
152 Arc 4 New Stage : Chapter 46 - Kembali Ke Ruangan Baru
153 Arc 4 New Stage : Chapter 47 - Rangkuman Pemain Lain
154 Arc 4 New Stage : Chapter 48 - Orang Mati
155 Arc 4 New Stage : Chapter 49 - Batas Dunia Game Dan Emosi
156 Arc 4 New Stage : Chapter 50 - Kebun Belakang
157 Arc 4 New Stage : Chapter 51 - Gelombang Dingin Dari Ann
158 Arc 4 New Stage : Chapter 52 - Arah Bukti
159 Arc 4 New Stage : Chapter 52 - Merasuknya Latar Belakang
160 Arc 4 New Stage : Chapter 53 - Sisi Lain Cara Pandang Literatur
161 Arc 4 New Stage : Chapter 54 - Berbagai Ending
162 Arc 4 New Stage : Chapter 55 - Bukti Dari Ingatan Yang Diberikan
163 Arc 4 New Stage : Chapter 56 - Kedatangan Imarine Di Kamar
164 Arc 4 New Stage : Chapter 57 - Latihan Dengan Imarine
165 Arc 4 New Stage : Chapter 58 - Kedatangan Amalia Di Kamar
166 Arc 4 New Stage : Chapter 59 - Penyerangan Dan Gelombang Emosi Berahi
167 Arc 4 New Stage : Chapter 60 - Amalia Vs Imarine
168 Arc 4 New Stage : Chapter 61 - Peluk Sampai Akhir
169 Arc 4 New Stage : Chapter 62 - Mutasi Kamar
170 Arc 4 New Stage : Chapter 63 - Domino Ketidakberuntungan
171 Arc 4 New Stage : Chapter 64 - Sisir Hutan
172 Arc 4 New Stage : Chapter 65 - Permohonan Sihir Amalia
173 Arc 4 New Stage : Chapter 66 - Zombie
174 Arc 4 New Stage : Chapter 67 - END
Episodes

Updated 174 Episodes

1
Arc 0 Stroberi : Chapter 1 - Sebagian Ingatan
2
Arc 0 Stroberi : Chapter 2 - Gadis Jubah Putih
3
Arc 0 Stroberi : Chapter 3 - Dasar Pencuri
4
Arc 0 Stroberi : Chapter 4 - Selangkanganku
5
Arc 0 Stroberi : Chapter 5 - Gadis Bisu
6
Arc 0 Stroberi : Chapter 6 - Namaku Kaivan
7
Arc 0 Stroberi : Chapter 7 - Siluman Gagak
8
Arc 0 Stroberi : Chapter 8 - Mana Luapan Emosi
9
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 1 - Gelombang Emosi Depresi
10
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 2 - Bullying
11
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 3 - Kemarahan
12
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 4 - Tunggu Kepala Dingin
13
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 5 - Kamu Mens Kan
14
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 6 - Kemarahan Dan Kebencian
15
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 7 - Feedback
16
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 8 - Tapi Aku Menolak
17
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 9 - Menurutmu Bagaimana
18
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 10 - Harus Mati
19
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 11 - Buat Apa Repot
20
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 12 - Kekuatan Amalia
21
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 13 - Tempat Parkir
22
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 14 - Lidah Kucing
23
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 15 - Kenapa Kamu Bantu Aku
24
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 16 - Suapin
25
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 17 - Getar Handphone
26
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 18 - Aku Amalia
27
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 19 - Munyu Munyu Munyu
28
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 20 - Aku Masih Di Sini
29
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 21 - Sebenarnya Apa Salahku
30
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 22 - Kenapa Kamu Di Sini
31
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 23 - Aku Kenal Kamu
32
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 24 - MaKaSih
33
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 25 - Kaleidskop
34
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 26 - Stop
35
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 27 - Karena Aku Takut
36
Arc 2 Jejamuan : Chapter 1 - Tugas Piket
37
Arc 2 Jejamuan : Chapter 2 - Cara Diterima Cewek
38
Arc 2 Jejamuan : Chapter 3 - Begitulah Kira-kira
39
Arc 2 Jejamuan : Chapter 4 - Kamu Serius
40
Arc 2 Jejamuan : Chapter 5 - Hubungan Dua
41
Arc 2 Jejamuan : Chapter 6 - Kenapa Malu-malu
42
Arc 2 Jejamuan : Chapter 7 - Rasa Takut
43
Arc 2 Jejamuan : Chapter 8 - Kuharap Tidak Berlangsung Terus
44
Arc 2 Jejamuan : Chapter 9 - Cerita Fany
45
Arc 2 Jejamuan : Chapter 10 - Mengubah Pikirannya
46
Arc 2 Jejamuan : Chapter 11 - Kemajuan Sendiri
47
Arc 2 Jejamuan : Chapter 12 - Anggap Saja Kebetulan
48
Arc 2 Jejamuan : Chapter 13 - Ke Mana Matamu
49
Arc 2 Jejamuan : Chapter 14 - Besok
50
Arc 2 Jejamuan : Chapter 15 - Aku Gak Telanjang
51
Arc 2 Jejamuan : Chapter 16 - Tidak Selalu Benci
52
Arc 2 Jejamuan : Chapter 17 - Gelombang Yang Mendekat
53
Arc 2 Jejamuan : Chapter 18 - Kembali Jadi Tugasku
54
Arc 2 Jejamuan : Chapter 19 - Sejak Kapan
55
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 1 - Pengintaian
56
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 2 - Mengiblati
57
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 3 - Gentleman
58
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 4 - 32C
59
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 5 - Gelombang Pengalih
60
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 6 - Tetap Menjijikan
61
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 7 - Terserah Kakak
62
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 8 - Kamu Melihat
63
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 9 - Sihir Menghilang
64
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 1 - Berita
65
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 2 - Menyewa Hotel
66
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 3 - Senjata
67
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 4 - Satu Kamar
68
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 5 - Saksi Mata
69
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 6 - Lolos
70
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 7 - Melindungi Dan Tumbal
71
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 8 - Keterhubungan Kasus
72
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 9 - Tempat Terburuk
73
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 10 - Sakit Bunuh Diri
74
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 11 - Dua Jalur
75
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 12 - Nokturnal
76
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 13 - AIDS
77
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 14 - Permohonan?
78
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 15 - Alasan Dan Kerja Sama
79
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 16 - Animus Lobster
80
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 17 - Antar Pulang
81
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 18 - Kehidupan Normal Tapi Tak Biasa
82
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 19 - Di Balik Bunuh Diri . 1
83
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 20 - Di Balik Bunuh Diri . 2
84
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 21 - Senjata Tombak Capit . 1
85
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 22 - Senjata Tombak Capit . 2
86
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 23 - Pisau Sihir
87
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 24 - Kombinasi . 1
88
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 25 - Kombinasi . 2
89
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 26 - Mengulur Waktu
90
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 27 - Dunia Yang Sakit . 1
91
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 28 - Dunia Yang Sakit . 2
92
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 29 - Rasa Sakit Sungguhan . 1
93
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 29 - Rasa Sakit Sungguhan . 2
94
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 30 - Getar Terakhir
95
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 31 - Kebangkitan . 1
96
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 32 - Kebangkitan . 2
97
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 33 - Shade . 1
98
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 33 - Shade . 2
99
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 1 - Pemulihan
100
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 2 - Takdir Yang Tak Berubah
101
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 3 - Hari Pertama
102
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 4 - With Imarine
103
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 5 - With Amalia
104
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 6 - With Amalia 2
105
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 7 - Hasil Akhir Geza
106
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 8 - Botol Sihir Geza
107
Arc 4 New Stage : Chapter 1 - Langkah Menuju Rumah
108
Arc 4 New Stage : Chapter 2 - Pakaian
109
Arc 4 New Stage : Chapter 3 - Kuku Tajam
110
Arc 4 New Stage : Chapter 4 - Memilih Diam
111
Arc 4 New Stage : Chapter 5 - Creation Of Adam
112
Arc 4 New Stage : Chapter 6 - Remaja Plin Plan
113
Arc 4 New Stage : Chapter 7 - Burung Hantu Raksasa
114
Arc 4 New Stage : Chapter 8 - Bug Deteksi Emosi
115
Arc 4 New Stage : Chapter 9 - Pertengkaran Yang Klise
116
Arc 4 New Stage : Chapter 10 - Bukan Tandingan
117
Arc 4 New Stage : Chapter 11 - Kamu Bukan Adikku
118
Arc 4 New Stage : Chapter 12 - Umpatan Yang Menyakitkan
119
Arc 4 New Stage : Chapter 13 - Anak Angkat
120
Arc 4 New Stage : Chapter 14 - Hubungan Saling Mengait
121
Arc 4 New Stage : Chapter 15 - Kerendahan Hati Dan Egoisme
122
Arc 4 New Stage : Chapter 16 - Dasar Kemunculan Animus
123
Arc 4 New Stage : Chapter 17 - Jejak Kehidupan
124
Arc 4 New Stage : Chapter 18 - Jejak Kehidupan Di Kamarku
125
Arc 4 New Stage : Chapter 19 - Harta Titipan
126
Arc 4 New Stage : Chapter 20 - Mulai Maju Dan Berangkat Secepatnya
127
Arc 4 New Stage : Chapter 21 - Luapan Dari Amalia
128
Arc 4 New Stage : Chapter 22 - Lompatan
129
Arc 4 New Stage : Chapter 23 - Pemilik Dimensi
130
Arc 4 New Stage : Chapter 24 - Dipermainkan
131
Arc 4 New Stage : Chapter 25 - Animus Murni
132
Arc 4 New Stage : Chapter 26 - Magic Stab
133
Arc 4 New Stage : Chapter 27 - Kontrak Berdarah
134
Arc 4 New Stage : Chapter 28 - Dunia Buatan
135
Arc 4 New Stage : Chapter 29 - Pesan Dari Octa
136
Arc 4 New Stage : Chapter 30 - Aturan Dan Aksi
137
Arc 4 New Stage : Chapter 31 - Empat Orang
138
Arc 4 New Stage : Chapter 32 - Keputusan Hanz
139
Arc 4 New Stage : Chapter 33 - Ruangan Baru
140
Arc 4 New Stage : Chapter 34 - Komunikasi Empat Sudut
141
Arc 4 New Stage : Chapter 35 - Awal Teka-teki
142
Arc 4 New Stage : Chapter 36 - Dasar Survival
143
Arc 4 New Stage : Chapter 37 - Malam Pertama Di Hutan
144
Arc 4 New Stage : Chapter 38 - Pengejaran
145
Arc 4 New Stage : Chapter 39 - Kata Terima Kasih
146
Arc 4 New Stage : Chapter 40 - Pagi Dengan Gajah
147
Arc 4 New Stage : Chapter 41 - Artefak Gunung Terpahat
148
Arc 4 New Stage : Chapter 42 - Start Dimulai Saat Terbenam
149
Arc 4 New Stage : Chapter 43 - Gagal Umpan
150
Arc 4 New Stage : Chapter 44 - Terkapar
151
Arc 4 New Stage : Chapter 45 - Menolak Kalah
152
Arc 4 New Stage : Chapter 46 - Kembali Ke Ruangan Baru
153
Arc 4 New Stage : Chapter 47 - Rangkuman Pemain Lain
154
Arc 4 New Stage : Chapter 48 - Orang Mati
155
Arc 4 New Stage : Chapter 49 - Batas Dunia Game Dan Emosi
156
Arc 4 New Stage : Chapter 50 - Kebun Belakang
157
Arc 4 New Stage : Chapter 51 - Gelombang Dingin Dari Ann
158
Arc 4 New Stage : Chapter 52 - Arah Bukti
159
Arc 4 New Stage : Chapter 52 - Merasuknya Latar Belakang
160
Arc 4 New Stage : Chapter 53 - Sisi Lain Cara Pandang Literatur
161
Arc 4 New Stage : Chapter 54 - Berbagai Ending
162
Arc 4 New Stage : Chapter 55 - Bukti Dari Ingatan Yang Diberikan
163
Arc 4 New Stage : Chapter 56 - Kedatangan Imarine Di Kamar
164
Arc 4 New Stage : Chapter 57 - Latihan Dengan Imarine
165
Arc 4 New Stage : Chapter 58 - Kedatangan Amalia Di Kamar
166
Arc 4 New Stage : Chapter 59 - Penyerangan Dan Gelombang Emosi Berahi
167
Arc 4 New Stage : Chapter 60 - Amalia Vs Imarine
168
Arc 4 New Stage : Chapter 61 - Peluk Sampai Akhir
169
Arc 4 New Stage : Chapter 62 - Mutasi Kamar
170
Arc 4 New Stage : Chapter 63 - Domino Ketidakberuntungan
171
Arc 4 New Stage : Chapter 64 - Sisir Hutan
172
Arc 4 New Stage : Chapter 65 - Permohonan Sihir Amalia
173
Arc 4 New Stage : Chapter 66 - Zombie
174
Arc 4 New Stage : Chapter 67 - END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!