Arc 1 Sampah Organik : Chapter 4 - Tunggu Kepala Dingin

Sepulang sekolah, aku dan Amalia tidak mendekati gadis korban maupun pelaku bullying itu. Untuk sementara aku memintanya menjauh dan berpikir matang-matang sebelum bertindak. Berbicara dengan orang marah tidak akan menyelesaikan apapun.

Kali ini aku sedang di perjalanan pulang, dari area kantin menuju gerbang sekolah. Karena suasana, membuatku tidak bisa meninggalkan Amalia sendiri.

“...”

Amalia jalan di sampingku, dia terlihat murung setelah kejadian tersebut. Bagiku sendiri apa yang terjadi di kamar mandi bukanlah hal yang mengejutkan. Tapi, itu tidak berlaku pada Amalia, aku masih merasakan perasaan gelisah dan khawatir. Apa dia tersinggung ketika si korban bully menampar tangan dan menolak pertolongannya?

Hmn ... bicara tentang hal tersebut ....

“Amalia ... waktu di WC tadi, kamu tulis apa ke cewek itu? Mungkin saja bisa jadi petunjuk kenapa dia marah.”

“...”

Amalia mengangguk sekali. Dia mengambil catatan dan membuka beberapa halaman ke belakang, mencari tulisan yang sebelumnya dia pakai waktu itu.

Aku menerima bukunya, dan tertulis pendek kalimat sederhana.

Kamu gak apa-apa? Apa kamu luka?

Hmn ...

“Ini tulisan pertama yang kamu tunjukin ke orang itu?”

Amalia kembali mengangguk membenarkan.

Dari sini aku tidak mengerti apa yang salah. Tidak ada kata-kata yang memancing kemarahan, padahal aku yakin kalau emosinya mulai meledak setelah melihat catatan pertama.

Aku membuka halaman berikutnya, tulisan yang dia tunjukan setelah mendapat tamparan dan bentak dari gadis itu.

Aku cuman mau bantu kamu, kok.

Hn?

Baiklah, catatan berikutnya juga tidak memberi tahuku kenapa si korban begitu marah membaca ini. Tapi ....

Apa ini? Kedua catatan yang dibuat Amalia hanyalah tulisan pembukaan yang bahkan tidak ada artinya. Aku juga bisa membuat seperti ini. Di mana kata mutiaranya? Mengetahui fakta kalau dia adalah orang yang bertugas mengumpulkan emosi positif, aku kira dia adalah orang hebat yang bisa mengobati luka hati banyak orang.

Aku mengembalikan buku catatan itu.

“Sebelumnya ... bagaimana cara kamu ngumpulin mana orang lain? Bagaimana cara kamu ngobatin luka hati orang-orang kayak cewek yang di-bully itu? Harusnya ini bukan yang pertama kali buat kamu.”

Sebelumnya aku cuman bantu sedikit, kayak dengerin orang curhat sambil dukung dia sedikit-sedikit.

He? Tunggu, itu berarti.

“Kamu gak pernah turun langsung buat selesein masalah orang lain?”

Bisa dibilang kayak begitu.

Amalia menunjukkan catatan itu dengan sedikit keraguan. Ada rasa tidak nyaman, seperti gatal di lidah, kurasa dia malu mengakui ketidakmampuannya.

Kalau dia memang tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah, kenapa dia dipilih untuk melakukan misi ini?

"..."

Tapi, aku juga masih belum mengetahui hal yang terjadi padanya. Tentang Amalia yang masuk ke dalam urusan ini karena tidak beruntung atau karena terpilih oleh Pero.

Hah ....

“Oke, tentang cewek yang di-bully itu, kita bakal ngomong sama dia besok. Kalau kepalanya dingin, dia juga gak akan marah-marah. Kamu tahu dia ada di kelas apa?”

Aku tahu, dia Imarine dari kelas 2G. Waktu Istirahat dia beli makan di kantin terus makan di taman sebelah perpustakaan. Aku ketemu dia waktu di sana.

Hmn ...

Perpustakaan dan daerah sekitarnya cukup sepi dari siswa, namun kondisi khsus membuatnya sedikit berbeda. Letaknya yang berdekatan dengan ruang guru, ruang BP, dan beberapa ruang ekskul, membuat orang-orang seperti guru, tamu, dan murid-murid bergelar di organisasi berkeliaran di sana.

Amalia membuka lembar baru, dia menulis tambahan catatan untukku.

Kayak yang kamu tahu, hari ini imarine gak langsung pulang ke rumah. Dia diam di beberapa tempat dan bikin dia ketemu sama orang yang bully dia. Aku gak ngerti, kenapa dia gak langsung pulang biar bisa kabur dari mereka.

Bukan begitu. Kau tidak tahu sistem dan latar belakang dari mereka. Dari luar mungkin terlihat bodoh, tapi tidak mungkin dia menurut begitu saja. Gadis bernama Imarine itu sudah ada dalam lingkaran. Sesuatu yang membuatnya bergerak seperti robot dan tak punya pilihan bebas. Dengan kata lain, kemungkinan si pem-bully itu telah menggenggam kelemahan Imarine.

Ini akan sedikit sulit.

Setelah berjalan beberapa lama, kami akhirnya keluar dari lingkungan sekolah. Amalia dan aku memiliki arah pulang yang berbeda, jadi kami berpisah dengan cepat di depan gerbang sekolah.

*Whoush ....

Hn!?

Aku berhenti melangkah, secepat kilat juga menggerakkan leher ke berbagai arah. Ada gelombang emosi yang melaju cepat. Perasaan itu kurasakan datang dan pergi dalam sekejap, membuatku sedikit terkejut.

“...”

Hilang? Hmn ... mungkin hanya perasaanku.

***

Hari ini cukup melelahkan, kejadian yang menimpaku membuat banyak gelombang emosi kurasakan. Bukan lelah secara fisik, ini seperti kepalaku terasa lemas dari dalam. Kemampuan pembaca emosiku tidak memberi beban pada tubuh secara langsung, oleh sebab itu perasaan lelah ini sedikit misterius.

Aku sampai di rumah tingkat dua yang berada di perumahan. Tempat itu halaman depan dan belakang yang sama-sama memiliki akses jalan raya langsung. Kedua halaman itu memiliki luas yang cukup untuk menaruh mobil, bisa dibilang rumah tersebut punya dua tempat parkir di kedua sisi.

Aku lewat dari belakang, membuka pintunya dengan kunci yang kubawa.

Ruangan yang kumasuki pertama adalah dapur, berjalan lebih dalam hingga sampai ke ruang keluarga.

Oh, no. This is the end, we will die ...!

Don’t give up! There must be a way!

“...”

Suara televisi terdengar, menyala dan tengah menayangkan film aksi penuh gairah. Orang yang sedang menontonnya adalah kakak perempuanku. Dia duduk di sofa dan fokus melihat adegan itu hingga tidak menoleh sedikit pun padaku.

Where? Don’t you see? They use cunning tricks, we have been trapped.

“Whoa ....”

Aku merasakan kemeriahan dan adrenalin menikmati film. Rasa dari emosinya mirip dengan kebahagiaan, gurih dan membuat dadaku penuh.

“...”

Aku mencoba melihat film tersebut, tapi tidak merasakan apapun. Kemampuan ini membuatku sulit merasakan perasaan yang benar-benar berasal dariku. Memang tidak terlalu mengganggu, tapi salah satu kekurangan itu membuatku tidak bisa menikmati film tersebut sendirian.

Di belakang sofa, aku berdiri ikut menonton. Film itu memiliki pemeran utama yang kuat dengan pribadi yang selalu positif. Jika ada orang seperti ini di dunia nyata, mereka akan terlihat bersinar tapi juga cukup mengganggu.

Pemeran utama tersebut tidak cukup pintar dalam mengatasi masalah. Dia menggunakan kekuatan supranaturalnya untuk mengalahkan musuh.

Hahaha ... look, we can doi t, right? Believe in your own strength.

Sebenarnya aku tidak menyukai karakter seperti itu. Dari tadi pemeran utama selalu bergerak tanpa ragu menembus semuanya, walaupun dia sempat terjebak. Tapi, alur cerita dengan keajaiban dan keberuntungan membuatnya bisa selamat.

Tricks just for a weak people. No matter how cheating my enemy is, the king still win.

“...”

Tidak, aku tidak setuju. Walaupun kalimat itu terdengar keren, aku tetap tidak setuju denganmu. Kau menang hanya karena si pembuat film berada di pihakmu. Keberuntungan dari timing teman-temanmu yang datang membantu terlihat sangat direncanakan.

Gelombang emosi milik kakakku terasa lezat. Walaupun wajahnya tidak terlalu ekspresif, aku tahu kalau dia benar-benar menikmati filmnya.

Hah ....

Namun, rasa lelahku lebih besar sekarang. Aku lebih memilih merasakan ketenangan di kamar tidur.

“Oh, Van,” panggil kakakku sebelum aku meninggalkan ruangan. “Ibu beliin kue tuh.”

Aku melirik ke arah meja di depannya, di sana terdapat kardus kue bolu. Jika dilihat dari kombinasi warnanya, rasa cokelat adalah dominasi utama dari makanan tersebut.

“Kakak tahu kalau aku gak suka makanan manis, ‘kan?”

“Iya, tahu ... makanya kakak makan juga bagian kamu.”

“Ha!?”

Aku melangkah cepat, mendekati gadis itu dan berdiri di belakang sofa sambil mengintip ke depan untuk melihat wajahnya.

“...”

Di pangkuan paha kakakku terdapat kardus kue bolu yang sama dengan yang tergeletak di meja. Ternyata dia diam dan tidak menyapaku bukan hanya karena film, tapi juga karena sedang mengunyah makanan. Rasa senang dan bahagia juga bukan hanya dari film, itu karena dia sedang memakan cokelat.

“Woi, kenapa kakak makan jatah kueku!?” bentakku sambil merebut kardus kue itu darinya.

“Ahaha ... kamu ‘kan gak suka yang manis-manis.”

“Kalau begitu jangan beli kue ... kenapa gak ganti makanannya dari awal?”

“Biar adil. Masa aku dikasih kue tapi kamu cuman dapet gorengan, ‘kan kasihan,” jawab Kakakku sambil tersenyum.

“...”

Dia sudah tahu kalau aku benci makanan manis sejak lama. Dengan memanfaatkan fakta itu, dia mencoba mendapatkan porsi lebih mengambil bagianku.

“Mau sampai kapan kamu pegang, Van? Kembaliin donk, ganggu kakak makan saja,” ucapnya yang ditujukan pada kue tadi.

Ini bagianku, kau tidak berhak menggunakan kata ‘kembalikan’ di sana.

“Hagh ...,” endusku dengan kasar akibat lelah dan kesal. “Denger, Kak. Aku mending maksa makan kue daripada kasih makanan ke kakak.”

Karena lidah lengket lebih baik daripada perut lapar.

“Lah ... jangan begitu, Van. Apa-apa yang dipaksain itu gak baik, lho.”

Berisik. Kau hanya ingin memakan kueku, ‘kan. Niatmu terlihat jelas walaupun kau berusaha membungkusnya dengan kalimat tersebut.

Aku membuka bungkus kue tersebut, di sana masih tersisa dua potong kue. Potongan tersebut berbentuk persegi panjang, ukurannya pun tidak besar. Dan bagian paling menyebalkannya adalah ketika sadar kalau sudah lebih dari setengah ukuran kardus telah kosong.

“...”

Gadis rakus yang terkadang seenaknya ini adalah orang yang mereka sebut kakakku, namanya Dina Favorita. Dia satu tahun lebih tua, memiliki rambut hitam panjang dengan wajah cerah, dan tingginya sedikit lebih rendah dariku.

 

 

****

 

 

Episodes
1 Arc 0 Stroberi : Chapter 1 - Sebagian Ingatan
2 Arc 0 Stroberi : Chapter 2 - Gadis Jubah Putih
3 Arc 0 Stroberi : Chapter 3 - Dasar Pencuri
4 Arc 0 Stroberi : Chapter 4 - Selangkanganku
5 Arc 0 Stroberi : Chapter 5 - Gadis Bisu
6 Arc 0 Stroberi : Chapter 6 - Namaku Kaivan
7 Arc 0 Stroberi : Chapter 7 - Siluman Gagak
8 Arc 0 Stroberi : Chapter 8 - Mana Luapan Emosi
9 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 1 - Gelombang Emosi Depresi
10 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 2 - Bullying
11 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 3 - Kemarahan
12 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 4 - Tunggu Kepala Dingin
13 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 5 - Kamu Mens Kan
14 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 6 - Kemarahan Dan Kebencian
15 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 7 - Feedback
16 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 8 - Tapi Aku Menolak
17 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 9 - Menurutmu Bagaimana
18 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 10 - Harus Mati
19 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 11 - Buat Apa Repot
20 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 12 - Kekuatan Amalia
21 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 13 - Tempat Parkir
22 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 14 - Lidah Kucing
23 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 15 - Kenapa Kamu Bantu Aku
24 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 16 - Suapin
25 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 17 - Getar Handphone
26 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 18 - Aku Amalia
27 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 19 - Munyu Munyu Munyu
28 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 20 - Aku Masih Di Sini
29 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 21 - Sebenarnya Apa Salahku
30 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 22 - Kenapa Kamu Di Sini
31 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 23 - Aku Kenal Kamu
32 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 24 - MaKaSih
33 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 25 - Kaleidskop
34 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 26 - Stop
35 Arc 1 Sampah Organik : Chapter 27 - Karena Aku Takut
36 Arc 2 Jejamuan : Chapter 1 - Tugas Piket
37 Arc 2 Jejamuan : Chapter 2 - Cara Diterima Cewek
38 Arc 2 Jejamuan : Chapter 3 - Begitulah Kira-kira
39 Arc 2 Jejamuan : Chapter 4 - Kamu Serius
40 Arc 2 Jejamuan : Chapter 5 - Hubungan Dua
41 Arc 2 Jejamuan : Chapter 6 - Kenapa Malu-malu
42 Arc 2 Jejamuan : Chapter 7 - Rasa Takut
43 Arc 2 Jejamuan : Chapter 8 - Kuharap Tidak Berlangsung Terus
44 Arc 2 Jejamuan : Chapter 9 - Cerita Fany
45 Arc 2 Jejamuan : Chapter 10 - Mengubah Pikirannya
46 Arc 2 Jejamuan : Chapter 11 - Kemajuan Sendiri
47 Arc 2 Jejamuan : Chapter 12 - Anggap Saja Kebetulan
48 Arc 2 Jejamuan : Chapter 13 - Ke Mana Matamu
49 Arc 2 Jejamuan : Chapter 14 - Besok
50 Arc 2 Jejamuan : Chapter 15 - Aku Gak Telanjang
51 Arc 2 Jejamuan : Chapter 16 - Tidak Selalu Benci
52 Arc 2 Jejamuan : Chapter 17 - Gelombang Yang Mendekat
53 Arc 2 Jejamuan : Chapter 18 - Kembali Jadi Tugasku
54 Arc 2 Jejamuan : Chapter 19 - Sejak Kapan
55 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 1 - Pengintaian
56 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 2 - Mengiblati
57 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 3 - Gentleman
58 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 4 - 32C
59 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 5 - Gelombang Pengalih
60 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 6 - Tetap Menjijikan
61 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 7 - Terserah Kakak
62 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 8 - Kamu Melihat
63 Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 9 - Sihir Menghilang
64 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 1 - Berita
65 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 2 - Menyewa Hotel
66 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 3 - Senjata
67 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 4 - Satu Kamar
68 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 5 - Saksi Mata
69 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 6 - Lolos
70 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 7 - Melindungi Dan Tumbal
71 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 8 - Keterhubungan Kasus
72 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 9 - Tempat Terburuk
73 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 10 - Sakit Bunuh Diri
74 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 11 - Dua Jalur
75 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 12 - Nokturnal
76 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 13 - AIDS
77 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 14 - Permohonan?
78 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 15 - Alasan Dan Kerja Sama
79 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 16 - Animus Lobster
80 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 17 - Antar Pulang
81 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 18 - Kehidupan Normal Tapi Tak Biasa
82 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 19 - Di Balik Bunuh Diri . 1
83 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 20 - Di Balik Bunuh Diri . 2
84 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 21 - Senjata Tombak Capit . 1
85 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 22 - Senjata Tombak Capit . 2
86 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 23 - Pisau Sihir
87 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 24 - Kombinasi . 1
88 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 25 - Kombinasi . 2
89 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 26 - Mengulur Waktu
90 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 27 - Dunia Yang Sakit . 1
91 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 28 - Dunia Yang Sakit . 2
92 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 29 - Rasa Sakit Sungguhan . 1
93 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 29 - Rasa Sakit Sungguhan . 2
94 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 30 - Getar Terakhir
95 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 31 - Kebangkitan . 1
96 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 32 - Kebangkitan . 2
97 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 33 - Shade . 1
98 Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 33 - Shade . 2
99 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 1 - Pemulihan
100 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 2 - Takdir Yang Tak Berubah
101 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 3 - Hari Pertama
102 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 4 - With Imarine
103 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 5 - With Amalia
104 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 6 - With Amalia 2
105 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 7 - Hasil Akhir Geza
106 Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 8 - Botol Sihir Geza
107 Arc 4 New Stage : Chapter 1 - Langkah Menuju Rumah
108 Arc 4 New Stage : Chapter 2 - Pakaian
109 Arc 4 New Stage : Chapter 3 - Kuku Tajam
110 Arc 4 New Stage : Chapter 4 - Memilih Diam
111 Arc 4 New Stage : Chapter 5 - Creation Of Adam
112 Arc 4 New Stage : Chapter 6 - Remaja Plin Plan
113 Arc 4 New Stage : Chapter 7 - Burung Hantu Raksasa
114 Arc 4 New Stage : Chapter 8 - Bug Deteksi Emosi
115 Arc 4 New Stage : Chapter 9 - Pertengkaran Yang Klise
116 Arc 4 New Stage : Chapter 10 - Bukan Tandingan
117 Arc 4 New Stage : Chapter 11 - Kamu Bukan Adikku
118 Arc 4 New Stage : Chapter 12 - Umpatan Yang Menyakitkan
119 Arc 4 New Stage : Chapter 13 - Anak Angkat
120 Arc 4 New Stage : Chapter 14 - Hubungan Saling Mengait
121 Arc 4 New Stage : Chapter 15 - Kerendahan Hati Dan Egoisme
122 Arc 4 New Stage : Chapter 16 - Dasar Kemunculan Animus
123 Arc 4 New Stage : Chapter 17 - Jejak Kehidupan
124 Arc 4 New Stage : Chapter 18 - Jejak Kehidupan Di Kamarku
125 Arc 4 New Stage : Chapter 19 - Harta Titipan
126 Arc 4 New Stage : Chapter 20 - Mulai Maju Dan Berangkat Secepatnya
127 Arc 4 New Stage : Chapter 21 - Luapan Dari Amalia
128 Arc 4 New Stage : Chapter 22 - Lompatan
129 Arc 4 New Stage : Chapter 23 - Pemilik Dimensi
130 Arc 4 New Stage : Chapter 24 - Dipermainkan
131 Arc 4 New Stage : Chapter 25 - Animus Murni
132 Arc 4 New Stage : Chapter 26 - Magic Stab
133 Arc 4 New Stage : Chapter 27 - Kontrak Berdarah
134 Arc 4 New Stage : Chapter 28 - Dunia Buatan
135 Arc 4 New Stage : Chapter 29 - Pesan Dari Octa
136 Arc 4 New Stage : Chapter 30 - Aturan Dan Aksi
137 Arc 4 New Stage : Chapter 31 - Empat Orang
138 Arc 4 New Stage : Chapter 32 - Keputusan Hanz
139 Arc 4 New Stage : Chapter 33 - Ruangan Baru
140 Arc 4 New Stage : Chapter 34 - Komunikasi Empat Sudut
141 Arc 4 New Stage : Chapter 35 - Awal Teka-teki
142 Arc 4 New Stage : Chapter 36 - Dasar Survival
143 Arc 4 New Stage : Chapter 37 - Malam Pertama Di Hutan
144 Arc 4 New Stage : Chapter 38 - Pengejaran
145 Arc 4 New Stage : Chapter 39 - Kata Terima Kasih
146 Arc 4 New Stage : Chapter 40 - Pagi Dengan Gajah
147 Arc 4 New Stage : Chapter 41 - Artefak Gunung Terpahat
148 Arc 4 New Stage : Chapter 42 - Start Dimulai Saat Terbenam
149 Arc 4 New Stage : Chapter 43 - Gagal Umpan
150 Arc 4 New Stage : Chapter 44 - Terkapar
151 Arc 4 New Stage : Chapter 45 - Menolak Kalah
152 Arc 4 New Stage : Chapter 46 - Kembali Ke Ruangan Baru
153 Arc 4 New Stage : Chapter 47 - Rangkuman Pemain Lain
154 Arc 4 New Stage : Chapter 48 - Orang Mati
155 Arc 4 New Stage : Chapter 49 - Batas Dunia Game Dan Emosi
156 Arc 4 New Stage : Chapter 50 - Kebun Belakang
157 Arc 4 New Stage : Chapter 51 - Gelombang Dingin Dari Ann
158 Arc 4 New Stage : Chapter 52 - Arah Bukti
159 Arc 4 New Stage : Chapter 52 - Merasuknya Latar Belakang
160 Arc 4 New Stage : Chapter 53 - Sisi Lain Cara Pandang Literatur
161 Arc 4 New Stage : Chapter 54 - Berbagai Ending
162 Arc 4 New Stage : Chapter 55 - Bukti Dari Ingatan Yang Diberikan
163 Arc 4 New Stage : Chapter 56 - Kedatangan Imarine Di Kamar
164 Arc 4 New Stage : Chapter 57 - Latihan Dengan Imarine
165 Arc 4 New Stage : Chapter 58 - Kedatangan Amalia Di Kamar
166 Arc 4 New Stage : Chapter 59 - Penyerangan Dan Gelombang Emosi Berahi
167 Arc 4 New Stage : Chapter 60 - Amalia Vs Imarine
168 Arc 4 New Stage : Chapter 61 - Peluk Sampai Akhir
169 Arc 4 New Stage : Chapter 62 - Mutasi Kamar
170 Arc 4 New Stage : Chapter 63 - Domino Ketidakberuntungan
171 Arc 4 New Stage : Chapter 64 - Sisir Hutan
172 Arc 4 New Stage : Chapter 65 - Permohonan Sihir Amalia
173 Arc 4 New Stage : Chapter 66 - Zombie
174 Arc 4 New Stage : Chapter 67 - END
Episodes

Updated 174 Episodes

1
Arc 0 Stroberi : Chapter 1 - Sebagian Ingatan
2
Arc 0 Stroberi : Chapter 2 - Gadis Jubah Putih
3
Arc 0 Stroberi : Chapter 3 - Dasar Pencuri
4
Arc 0 Stroberi : Chapter 4 - Selangkanganku
5
Arc 0 Stroberi : Chapter 5 - Gadis Bisu
6
Arc 0 Stroberi : Chapter 6 - Namaku Kaivan
7
Arc 0 Stroberi : Chapter 7 - Siluman Gagak
8
Arc 0 Stroberi : Chapter 8 - Mana Luapan Emosi
9
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 1 - Gelombang Emosi Depresi
10
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 2 - Bullying
11
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 3 - Kemarahan
12
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 4 - Tunggu Kepala Dingin
13
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 5 - Kamu Mens Kan
14
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 6 - Kemarahan Dan Kebencian
15
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 7 - Feedback
16
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 8 - Tapi Aku Menolak
17
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 9 - Menurutmu Bagaimana
18
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 10 - Harus Mati
19
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 11 - Buat Apa Repot
20
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 12 - Kekuatan Amalia
21
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 13 - Tempat Parkir
22
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 14 - Lidah Kucing
23
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 15 - Kenapa Kamu Bantu Aku
24
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 16 - Suapin
25
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 17 - Getar Handphone
26
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 18 - Aku Amalia
27
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 19 - Munyu Munyu Munyu
28
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 20 - Aku Masih Di Sini
29
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 21 - Sebenarnya Apa Salahku
30
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 22 - Kenapa Kamu Di Sini
31
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 23 - Aku Kenal Kamu
32
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 24 - MaKaSih
33
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 25 - Kaleidskop
34
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 26 - Stop
35
Arc 1 Sampah Organik : Chapter 27 - Karena Aku Takut
36
Arc 2 Jejamuan : Chapter 1 - Tugas Piket
37
Arc 2 Jejamuan : Chapter 2 - Cara Diterima Cewek
38
Arc 2 Jejamuan : Chapter 3 - Begitulah Kira-kira
39
Arc 2 Jejamuan : Chapter 4 - Kamu Serius
40
Arc 2 Jejamuan : Chapter 5 - Hubungan Dua
41
Arc 2 Jejamuan : Chapter 6 - Kenapa Malu-malu
42
Arc 2 Jejamuan : Chapter 7 - Rasa Takut
43
Arc 2 Jejamuan : Chapter 8 - Kuharap Tidak Berlangsung Terus
44
Arc 2 Jejamuan : Chapter 9 - Cerita Fany
45
Arc 2 Jejamuan : Chapter 10 - Mengubah Pikirannya
46
Arc 2 Jejamuan : Chapter 11 - Kemajuan Sendiri
47
Arc 2 Jejamuan : Chapter 12 - Anggap Saja Kebetulan
48
Arc 2 Jejamuan : Chapter 13 - Ke Mana Matamu
49
Arc 2 Jejamuan : Chapter 14 - Besok
50
Arc 2 Jejamuan : Chapter 15 - Aku Gak Telanjang
51
Arc 2 Jejamuan : Chapter 16 - Tidak Selalu Benci
52
Arc 2 Jejamuan : Chapter 17 - Gelombang Yang Mendekat
53
Arc 2 Jejamuan : Chapter 18 - Kembali Jadi Tugasku
54
Arc 2 Jejamuan : Chapter 19 - Sejak Kapan
55
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 1 - Pengintaian
56
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 2 - Mengiblati
57
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 3 - Gentleman
58
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 4 - 32C
59
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 5 - Gelombang Pengalih
60
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 6 - Tetap Menjijikan
61
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 7 - Terserah Kakak
62
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 8 - Kamu Melihat
63
Arc 2.5 Kebimbangan : Chapter 9 - Sihir Menghilang
64
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 1 - Berita
65
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 2 - Menyewa Hotel
66
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 3 - Senjata
67
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 4 - Satu Kamar
68
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 5 - Saksi Mata
69
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 6 - Lolos
70
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 7 - Melindungi Dan Tumbal
71
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 8 - Keterhubungan Kasus
72
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 9 - Tempat Terburuk
73
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 10 - Sakit Bunuh Diri
74
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 11 - Dua Jalur
75
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 12 - Nokturnal
76
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 13 - AIDS
77
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 14 - Permohonan?
78
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 15 - Alasan Dan Kerja Sama
79
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 16 - Animus Lobster
80
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 17 - Antar Pulang
81
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 18 - Kehidupan Normal Tapi Tak Biasa
82
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 19 - Di Balik Bunuh Diri . 1
83
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 20 - Di Balik Bunuh Diri . 2
84
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 21 - Senjata Tombak Capit . 1
85
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 22 - Senjata Tombak Capit . 2
86
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 23 - Pisau Sihir
87
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 24 - Kombinasi . 1
88
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 25 - Kombinasi . 2
89
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 26 - Mengulur Waktu
90
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 27 - Dunia Yang Sakit . 1
91
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 28 - Dunia Yang Sakit . 2
92
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 29 - Rasa Sakit Sungguhan . 1
93
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 29 - Rasa Sakit Sungguhan . 2
94
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 30 - Getar Terakhir
95
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 31 - Kebangkitan . 1
96
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 32 - Kebangkitan . 2
97
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 33 - Shade . 1
98
Arc 3 Manis Sengat Semut Asam Format : Chapter 33 - Shade . 2
99
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 1 - Pemulihan
100
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 2 - Takdir Yang Tak Berubah
101
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 3 - Hari Pertama
102
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 4 - With Imarine
103
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 5 - With Amalia
104
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 6 - With Amalia 2
105
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 7 - Hasil Akhir Geza
106
Arc 3.5 All Round Healing : Chapter 8 - Botol Sihir Geza
107
Arc 4 New Stage : Chapter 1 - Langkah Menuju Rumah
108
Arc 4 New Stage : Chapter 2 - Pakaian
109
Arc 4 New Stage : Chapter 3 - Kuku Tajam
110
Arc 4 New Stage : Chapter 4 - Memilih Diam
111
Arc 4 New Stage : Chapter 5 - Creation Of Adam
112
Arc 4 New Stage : Chapter 6 - Remaja Plin Plan
113
Arc 4 New Stage : Chapter 7 - Burung Hantu Raksasa
114
Arc 4 New Stage : Chapter 8 - Bug Deteksi Emosi
115
Arc 4 New Stage : Chapter 9 - Pertengkaran Yang Klise
116
Arc 4 New Stage : Chapter 10 - Bukan Tandingan
117
Arc 4 New Stage : Chapter 11 - Kamu Bukan Adikku
118
Arc 4 New Stage : Chapter 12 - Umpatan Yang Menyakitkan
119
Arc 4 New Stage : Chapter 13 - Anak Angkat
120
Arc 4 New Stage : Chapter 14 - Hubungan Saling Mengait
121
Arc 4 New Stage : Chapter 15 - Kerendahan Hati Dan Egoisme
122
Arc 4 New Stage : Chapter 16 - Dasar Kemunculan Animus
123
Arc 4 New Stage : Chapter 17 - Jejak Kehidupan
124
Arc 4 New Stage : Chapter 18 - Jejak Kehidupan Di Kamarku
125
Arc 4 New Stage : Chapter 19 - Harta Titipan
126
Arc 4 New Stage : Chapter 20 - Mulai Maju Dan Berangkat Secepatnya
127
Arc 4 New Stage : Chapter 21 - Luapan Dari Amalia
128
Arc 4 New Stage : Chapter 22 - Lompatan
129
Arc 4 New Stage : Chapter 23 - Pemilik Dimensi
130
Arc 4 New Stage : Chapter 24 - Dipermainkan
131
Arc 4 New Stage : Chapter 25 - Animus Murni
132
Arc 4 New Stage : Chapter 26 - Magic Stab
133
Arc 4 New Stage : Chapter 27 - Kontrak Berdarah
134
Arc 4 New Stage : Chapter 28 - Dunia Buatan
135
Arc 4 New Stage : Chapter 29 - Pesan Dari Octa
136
Arc 4 New Stage : Chapter 30 - Aturan Dan Aksi
137
Arc 4 New Stage : Chapter 31 - Empat Orang
138
Arc 4 New Stage : Chapter 32 - Keputusan Hanz
139
Arc 4 New Stage : Chapter 33 - Ruangan Baru
140
Arc 4 New Stage : Chapter 34 - Komunikasi Empat Sudut
141
Arc 4 New Stage : Chapter 35 - Awal Teka-teki
142
Arc 4 New Stage : Chapter 36 - Dasar Survival
143
Arc 4 New Stage : Chapter 37 - Malam Pertama Di Hutan
144
Arc 4 New Stage : Chapter 38 - Pengejaran
145
Arc 4 New Stage : Chapter 39 - Kata Terima Kasih
146
Arc 4 New Stage : Chapter 40 - Pagi Dengan Gajah
147
Arc 4 New Stage : Chapter 41 - Artefak Gunung Terpahat
148
Arc 4 New Stage : Chapter 42 - Start Dimulai Saat Terbenam
149
Arc 4 New Stage : Chapter 43 - Gagal Umpan
150
Arc 4 New Stage : Chapter 44 - Terkapar
151
Arc 4 New Stage : Chapter 45 - Menolak Kalah
152
Arc 4 New Stage : Chapter 46 - Kembali Ke Ruangan Baru
153
Arc 4 New Stage : Chapter 47 - Rangkuman Pemain Lain
154
Arc 4 New Stage : Chapter 48 - Orang Mati
155
Arc 4 New Stage : Chapter 49 - Batas Dunia Game Dan Emosi
156
Arc 4 New Stage : Chapter 50 - Kebun Belakang
157
Arc 4 New Stage : Chapter 51 - Gelombang Dingin Dari Ann
158
Arc 4 New Stage : Chapter 52 - Arah Bukti
159
Arc 4 New Stage : Chapter 52 - Merasuknya Latar Belakang
160
Arc 4 New Stage : Chapter 53 - Sisi Lain Cara Pandang Literatur
161
Arc 4 New Stage : Chapter 54 - Berbagai Ending
162
Arc 4 New Stage : Chapter 55 - Bukti Dari Ingatan Yang Diberikan
163
Arc 4 New Stage : Chapter 56 - Kedatangan Imarine Di Kamar
164
Arc 4 New Stage : Chapter 57 - Latihan Dengan Imarine
165
Arc 4 New Stage : Chapter 58 - Kedatangan Amalia Di Kamar
166
Arc 4 New Stage : Chapter 59 - Penyerangan Dan Gelombang Emosi Berahi
167
Arc 4 New Stage : Chapter 60 - Amalia Vs Imarine
168
Arc 4 New Stage : Chapter 61 - Peluk Sampai Akhir
169
Arc 4 New Stage : Chapter 62 - Mutasi Kamar
170
Arc 4 New Stage : Chapter 63 - Domino Ketidakberuntungan
171
Arc 4 New Stage : Chapter 64 - Sisir Hutan
172
Arc 4 New Stage : Chapter 65 - Permohonan Sihir Amalia
173
Arc 4 New Stage : Chapter 66 - Zombie
174
Arc 4 New Stage : Chapter 67 - END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!