Sepulang sekolah, aku dan Amalia berkumpul dan bertemu di depan sekolah. Dia memberi tahu padaku kalau orang yang bisa menjelaskan fenomena ini ada di tempat yang kami tuju.
Perjalanan tidak terlalu jauh, tapi karena aku dan Amalia tidak menggunakan kendaraan, waktu yang dihabiskan cukup lama.
Hmn ....
Tempat ini cukup unik, atau lebih tepatnya mencurigakan. Bagian depan di mana aku masuk terdapat toko barang antik dengan banyak kerajinan kayu, senjata tradisional, dan aksesoris perak. Didominasi warna coklat dan hitam, aku tidak menyangka kalau akan datang ke tempat ini didampingi seorang gadis.
Aku masih berjalan di belakang Amalia, dia memimpinku masuk menuju rumah tersebut. Sampai pada tengah ruangan, dia berhenti dan menunjukkan tulisan padaku.
Tunggu di sini.
Aku menuruti apa yang dia katakan, walaupun sedikit kebingungan karena tidak ada kursi di tempatku diam sekarang.
Amalia memasuki pintu untuk menjelajah lebih dalam. Hatiku sekarang dipenuhi ketegangan dengan siapa yang nanti akan keluar bersamanya.
Tidak ada suara percakapan. Sensasi yang biasanya kurasakan ketika mengunjungi rumah teman tidak kurasakan sekarang. Biasanya di saat seperti ini, aku menunggu sambil mendengar suara orang di ujung ruangan, memberi tahu keberadaanku pada tuan rumah. Hal itu tidak terjadi sekarang. Ternyata punya teman bisu memberikan rasa misterius di setiap tindakannya.
Setelah beberapa detik, gadis itu muncul bersama seekor burung. Warnanya hitam pekat dan ukurannya tidak terlalu besar. Dari ciri-ciri fisiknya, pikiranku langsung mengarah pada satu hal.
“Burung gagak?”
Hewan itu bertengger di kepala Amalia, dia membawanya ke kursi yang ada di ujung ruangan untuk kemudian ditaruh di sana. Tempat duduk tersebut seperti dikhususkan untuk kerja. Ukurannya besar, terdapat busa yang nyaman, dan dapat diputar 360 derajat, layaknya kursi bos.
Amalia membalik kursi itu untuk membelakangiku ketika menaruh burung gagak tersebut.
*Puffh
Bunyi meletup kecil layaknya suara pecah gelembung sabun. Diikuti suara tersebut, ada asap kecil yang terbentuk di kursi bos tadi, itu membuatku sedikit terkejut karena seperti melihat teknik sulap.
Amalia tidak terkejut sama sekali, dia seperti sudah terbiasa dengan ini. Tidak berhenti bergerak, gadis ini merentangkan kain hitam tebal ke kursi tersebut. Seperti ingin menutupi benda di sana.
“Uhuk, uhuk ....”
Batuk kecil terdengar, dari suaranya aku bisa menduga kalau sumbernya adalah seorang wanita.
“Jadi ... kamu orang yang diceritakan Lia,” ucapnya sambil membalik kursi putar tersebut, menunjukkan tubuh dan wajahnya ke arahku.
Aku kembali terkejut, burung gagak yang ditaruh di kursi tersebut berubah menjadi sosok wanita paruh baya. Dengan rambut hitam panjang terurai menutupi mata sebelah kana, dia mengeluarkan aura seperti air yang tenang.
“...”
Tapi, ada rasa canggung. Dari yang kulihat, wanita tersebut tidak memakai pakaian. Tubuh telanjangnya hanya ditutupi kain yang direntangkan oleh Amalia. Aku bisa tahu dengan melihat kulit di bahunya yang terbuka karena tidak tertutup kain dengan sempurna, ditambah dengan garis lekuk pada kain tersebut, menunjukkan bentuk tubuh yang dapat kupastikan tidak ada kain tambahan di baliknya.
“Jadi, bisa kenalkan dirimu? Namaku Pero, hewan yang menjalani kontrak dengan Amalia.”
Pero? Nama buruk untuk seorang wanita.
Tapi, baiklah, aku ke sini untuk mendapat kejelasan darinya, lagipula sangat tidak sopan mengejek nama seseorang. Apalagi kesan pertamaku berkata kalau dia lebih bisa diandalkan dibanding Amalia.
“Namaku Kaivan, aku ke sini diberitahu karena Amalia bilang kalau ada orang yang lebih ahli darinya.”
Amalia mundur satu langkah, dia membiarkan wanita bernama Pero ini menghadap ke arahku lebih dekat. Seakan menyerahkan semua padanya.
“Kaivan .... Jadi, apa kamu tahu kalau ada masalah yang kamu buat?”
Masalah? Ah ....
“Apa ada yang kucuri dari Amalia?”
“Ternyata kamu cepat mengerti, sekarang pembicaraan bisa lebih cepat.”
“Tunggu, tunggu. Aku masih gak ngerti apa-apa. Jangan ngomong kayak aku tahu semuanya.”
“Heh, kalau begitu, harus dari mana aku jelaskan? Apa kamu punya pertanyaan?”
Sangat banyak. Aku selama ini selalu menahan untuk bertanya agar tidak mendesak orang lain sehingga menimbulkan emosi negatif.
“Pertama ... Amalia itu siapa? Apa dia punya kemampuan sihir?”
“Hmn ... kamu gak tahu? Terus, dari mana kamu dapat kemampuan itu?”
Kemampuan?
“Apa maksudnya?”
“Tidak perlu bersilat lidah, aku bisa lihat ada tanda sihir ‘tak normal di dalam tubuhmu.”
Bersilat lidah? Aku tidak melakukannya ... dan apa itu? Baru kali aku menemukan orang yang berkata hal unik seperti ‘bersilat lidah’.
“Bisa dibilang kalau Lia memang seorang penyihir. Tapi, kami semua menyebutnya users,” ucap wanita itu.
“...”
Sebuah kata yang sebelumnya kulihat di catatan Amalia. Apa ada sesuatu yang berhubungan antara kemampuanku dengan hal yang mereka ketahui?
Wanita bernama Pero itu mulai menceritakan semuanya. Hal-hal yang mengejutkan dia beri tahu padaku. Sesuatu yang awalnya kukira hanya ada di buku cerita murahan.
“Hmn ... jadi, begitu,” ucapku sambil berpikir menaruh tangan di dagu.
Pero menjelaskan, Amalia adalah seorang users, manusia yang menjalin hubungan dengan animus. Tujuan users adalah mengabulkan satu permintaan menggunakan sihir dari animus, sedangkan tujuan animus adalah terlahir menjadi manusia.
“Kejadian waktu di aula itu ritual buat ngambil mana dari orang lain?”
Animus dulunya adalah hewan yang punya keinginan kuat untuk menjadi manusia. Di saat keinginan itu ada pada puncaknya, mereka berubah menjadi animus dan mengambil bentuk manusia untuk sementara. Untuk benar-benar menyelesaikan sihir, mereka mulai mengumpulkan mana agar bisa menjadi manusia seutuhnya.
“Iya, kami para animus normalnya tidak bisa mencari mana sendiri. Untuk mengetahui dan mengumpulkan perasaan manusia, kita perlu manusia itu sendiri.”
“...”
Mana sumber kekuatan animus berasal dari perasaan manusia. Ketika seseorang ada pada keadaan sangat bahagia dan menyebarkan aura positif, di sanalah mereka bisa diambil mana-nya. Animus tidak bisa melakukannya, mereka dari awal adalah hewan, tidak mengerti perasaan manusia dan cara agar manusia itu mencapai kebahagiaan.
“Tadi ... namamu Kaivan, yah? Aku sedikit heran, kenapa dari tadi kamu tidak terkejut? Reaksimu datar, bukankah cerita seperti ini terlihat tidak masuk akal buat kamu?”
Memang benar, banyak dari perkataan Pero sangat menjanggal dan tidak kumengerti. Dari sana juga tidak jarang aku menemukan hal aneh yang logikaku sendiri tidak bisa membayangkannya. Tapi, ada hal yang aku bisa pastikan.
“Aku bisa rasain kalau semua itu bukan kebohongan. Jadi ..., aku percaya.”
Emosi kebohongan terasa asam sedikit pahit, rasa gelisah yang dicampur dengan perasaan negatif. Orang-orang yang menyembunyikan sesuatu setidaknya akan memunculkan rasa pahit di lidahku. Dari awal sampai akhir, yang kurasakan adalah kekhawatiran Amalia, seolah dia takut kalau aku menanggapi persoalan ini dengan buruk.
“Rasa? Apa itu intuisimu?”
“Bukan ... itu bukan intuisi, aku benar-benar bisa merasakan kebohongan lewat lidahku.”
“Hmn ....” Wanita itu melipat tangan di dada, memejamkan mata, dan memperbaiki posisi duduknya. Sambil membuat ekspresi berpikir, ia menarik nafas cukup panjang. “Oh ... mungkin memang begitu.”
Wo-woi!?
Akibat gerakan Pero, kain yang menutupi tubuhnya mulai terjatuh mengikuti gaya gravitasi.
“...!?”
Namun, Amalia yang di sampingnya dengan cepat memegangi kain tersebut. Dia sedikit kewalahan menahan dan menyembunyikan bagian tubuh Pero, karena Pero sendiri tidak punya refleks dan cenderung tidak peduli dengan penampilan tubuhnya sekarang. Satu detik saja terlambat, aku bisa melihat belahan dada wanita paruh baya ini.
Penampilannya memang manusia, tapi aku bisa merasakan hawa yang berbeda dari manusia biasa. Aku paham sekarang, tentang dia yang berkata kalau dulunya dia itu hewan. Lagi pula, aku juga melihat dia berubah wujud sebelumnya.
“Sampai di sini ada pertanyaan? Kami juga ingin bertanya soal kamu, tentang kenapa kamu bisa ambil mana punya Amalia, ataupun tentang kekuatanmu barusan?”
Sebenarnya aku juga masih tidak tahu apa yang terjadi. Tapi, bukan berarti aku tidak bisa jelaskan tentang diriku sekarang.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments