WIH #19

Happy Reading!

Diana memasuki minimarket yang tak jauh dari rumahnya. Gadis itu menelusuri tiap rak, mengincar selai coklat yang biasa ia konsumsi.

"Aha!"

Tak butuh waktu lama, ia menemukannya. Saat Diana hendak menuju kasir, langkahnya terhenti kala teringat sesuatu. "Ah iya, aku juga harus menyimpan banyak stok makanan." Gadis itu memutar langkahnya, mengincar tempat dimana mie instan diletakkan. Tanpa ragu, ia meraih banyak mie instan dengan varian rasa yang kemudian matanya terpaku pada satu varian.

"Hot spicy? Apa rasa baru?" tangannya menjangkau kemasan berwarna hitam dengan kobaran api di sekeliling gambar mangkuk kuah yang berwarna merah.

"Tidak baik sering-sering makan mie instan. Selama kau bersamaku, kau akan makan makanan sehat."

Seketika keinginan untuk menaruh kembali mie instan ke rak tumbuh di hatinya. Sayup-sayup suara bariton Sean yang pernah melontarkan kalimat itu melintasi kepalanya. Gadis itu tak mengerti, kenapa hatinya selalu tak berjalan sesuai pikirannya. Dan sekarang ia bingung, mengembalikan mie instannya atau tetap membelinya sebagai stok makanan.

Diana menggeleng pelan, "tak apa, toh aku membutuhkan ini hanya untuk stok makanan, tidak usah dipikirkan." meski sudah meyakinkan dirinya, masih ada sesuatu yang mengganjal di sana, namun gadis itu memilih tak peduli dan meletakkan mie instan yang digenggamnya ke keranjang.

Blam!

Mata gadis itu terpaku pada pemuda yang baru saja menutup pintu kulkas.

"Rico ..." gumam Diana tanpa melepas pandangannya dari punggung Rico yang bergerak menjauh. Dengan cepat gadis itu menyusul langkahnya, menangkap juntaian tangan Rico yang menggenggam sebotol minuman ion.

"Diana?"

Senyap menengah, tidak ada dialog di antara mereka hingga Diana membuka suara, "bagaimana kondisimu? Apa sudah lebih baik?" Rico bungkam, membuat pertanyaan Diana menggantung tanpa balasan.

"Ada apa?" imbuh Diana menagih jawaban.

"Ah, itu ..." Rico menjatuhkan pandangannya sejenak, "karena kebetulan kita bertemu, aku ingin membicarakan sesuatu."

.

.

.

Di sebuah meja depan minimarket, duduklah Rico dan Diana di sana, sesekali lelaki itu menegak minuman yang tadi ia beli.

"Ada yang ingin kuceritakan padamu, Diana. Tapi sebelum itu, berjanjilah padaku untuk tidak menceritakannya pada siapapun."

Diana menautkan alisnya, "ya, aku berjanji," jawab Diana kemudian.

Rico mencondongkan badannya dengan topangan lengan di meja, "sebenarnya, akhir-akhir ini aku merasa aneh dengan diriku. Tadi, saat kau pulang, aku tidak sengaja melihat kolam renangku. Dan entah kenapa, tiba-tiba muncul keinginan untuk berenang meski aku sadar, kondisiku belum baik. Tapi, keinginan itu berhasil mendorongku untuk masuk ke dalam air."

"Lalu, apa yang terjadi?"

Rico menatap dalam gadis di depannya, "kondisi tubuhku membaik dalam hitungan detik."

Seakan memperoleh bentrokan, Diana membeku di tempat, tidak ada sedikitpun suara yang keluar dari mulutnya.

"Tidak hanya itu, aku juga merasa kalau air adalah kebutuhan primerku."

"Pft ..." Diana melempar pandang, gadis itu mengulum bibirnya yang sudah melepas tawa tanpa seijin darinya.

"Ada apa?"

"Maaf Rico, tapi nyatanya semua manusia memerlukan air sebagai kebutuhan utamanya."

Rico mendengus kasar, "bukan itu yang kumaksud. Begini, aku merasa tidak bisa berlama-lama dengan tubuh yang kering." Mendengar ungkapan Rico, Diana menautkan alisnya dengan jejak tawa yang tersisa di wajahnya.

"Maksudku, aku harus selalu membasahi sebagian tubuhku, jika tidak, tubuhku akan terasa lemas. Atau bila perlu, masuk ke dalam air untuk mengembalikan energi. Air seperti obat bagiku, entah itu menyembuhkan, menyegarkan, dan ... banyak lagi."

Tidak mendapat balasan dari Diana, Rico menambahkan dialognya, "awalnya kupikir hanyalah gejala dihidrasi atau kekurangan ion, maka dari itu aku membeli minuman ini yang mungkin akan mengembalikan kondisiku seperti dulu."

Gadis itu terdiam, ia tidak bisa menganggap cerita Rico sebagai khayalan belaka. Hal-hal ajaib di luar nalar manusia bisa terjadi. Buktinya saja Sean, Diana bisa melihat dengan jelas bagaimana pria itu menggunakan kekuatan di depan matanya sendiri.

"Aku tidak mengerti semua ini, Diana. Sebelum ini terjadi, aku mendapat mimpi aneh, ada perang besar-besaran antara dua kerajaan. Beberapa hari kemudian, aku memperolehnya lagi, tentang seorang gadis yang kucintai menikah dengan orang yang sangat kubenci. Dan anehnya, kepalaku sangat sakit usai mendapat mimpi itu ..."

Diana membulatkan matanya menyimak pembicaraan Rico, ternyata tidak hanya dirinya yang mengalami mimpi aneh. Dan Rico berkata apa? Seorang gadis yang ia cintai menikah dengan pria lain? Atau jangan-jangan lelaki yang pergi dari istana itu adalah ... Rico?! Tapi, bagaimana bisa?? Jika dikatakan suatu 'kebetulan', itu terdengar sangat mustahil.

"Aku tidak tahu itu pantas disebut mimpi atau tidak, karena itu terasa sangat nyata. Bahkan sampai sekarang, hatiku masih sakit mengingat gadis yang menikah dengan pria yang kubenci." Rico menepuk dadanya.

"Tunggu, apa kau lihat wajah gadis itu?"

"Tidak, wajahnya tidak jelas."

'Maka dari itu, aku tak ingin itu terjadi lagi, Diana. Aku sudah kehilangan gadis yang entah siapa di mimpi itu, dan kini, aku tak ingin mengalami yang kedua kalinya. Kau harus jadi milikku, Diana.' Rico menatap dalam Diana yang tengah berpikir.

"Apa tidak ada satupun wajah yang terlihat di mimpi itu?"

"Hm, tidak." Rico sedikit tersentak dari lamunannya, "sebenarnya, ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu, Diana, terutama tentang pria asing itu."

Seketika Diana membawa pandangannya pada Rico, 'gawat, bagaimana jika hal ini tersebar?? Bisa-bisa seluruh sekolah tahu jika aku sudah bersuami meski itu hanya HOAX.'

"Itu ... kenapa kau berbohong soal pria asing itu? Saat di pantai, sebenarnya kau menceritakan soal dirimu, 'kan? Bukan sepupu temanmu."

Diana menundukkan pandangannya, gadis itu sungguh cemas saat ini, tangannya memainkan ujung jaketnya bak anak kecil yang dinasehati orang tuanya, "maaf." hanya kata itu yang meluncur dari bibirnya.

"Diana, mengapa kau tidak melaporkannya pada polisi? Bukankah sudah kukatakan untuk segera bertindak? Dia orang-- ah, maksudku makhluk yang berbahaya. Jelas sekali dia hampir membunuhku saat itu." tidak mendapat balasan dari Diana, lelaki itu mencondongkan tubuhnya membuat Diana mau tak mau mengangkat wajahnya, "aku bisa membantumu untuk melaporkannya, jangan khawatir."

"Jangan!" sahut Diana langsung.

"Tidak apa-apa, kau tak perlu takut, kau sedang dalam bahaya, Diana. Makhluk itu sungguh berbahaya, dan lebih mengkhawatirkannya lagi, dia bisa membahayakan masyarakat dengan kekuatannya."

Diana membatu, yang dikatakan Rico ada benarnya. Sean hampir saja membunuh Rico dengan alasan cemburu pada Diana. Ya, alasan yang tak jelas di telinga gadis itu.

Melihat kediaman Diana, Rico mulai bertindak. Selain alasan Diana dalam bahaya, lelaki itu tidak menyukai Sean, bukan dari tindakan Sean yang nyaris melenyapkannya, tapi dari luarnya yang membuat Rico muak. Apalagi mengenai omong kosong tentang statusnya sebagai suami Diana.

"Rico, jangan!"

"Percayalah padaku, ini untuk kebaikanmu, Diana."

Diana mencoba meraih ponsel Rico, namun niatnya terdahului oleh seseorang yang entah sejak kapan berdiri di belakang kursi Rico.

"Berhenti menganggu istriku atau aku akan menghancurkan ponselmu."

...WHO IS HE?...

...To be continue ......

Terpopuler

Comments

YouTrie

YouTrie

Semangat lanjut keren mampir karyaku *married a thicher*

2021-08-03

1

Jeny Chan

Jeny Chan

hai kak...

aku mampir.

2021-07-24

1

coco

coco

lanjut

2021-05-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!