WIH #17

Happy Reading!

"Hey, aku menemukannya!"

"Oh, benarkah?" Rico mendaratkan bokongnya ke sisi Diana usai meletakkan nampan mie instan.

"Iya,The Dark Fly! Sepertinya film horror Thailand ini sangat menyeramkan, lihat saja cover pesawatnya, hahaha ..."

Gadis itu memulai filmnya, kemudian bergegas mengambil semangkuk mie instan yang disajikan beberapa detik yang lalu. Dengan lahap, ia menyeruput isi mangkuk dengan pandangan lurus ke depan. Sementara Rico hanya tersenyum kecil menatap gadis di sampingnya, tangan lelaki itu meraih mangkuk mie instannya yang masih mengepul.

Berselang menit kemudian, kunyahan Diana memelan, matanya terpaku pada pintu pramugari yang terbuka dengan sendirinya, mengeluarkan kereta makan yang berjalan pelan dengan kue ulang tahun di atasnya. Dan lebih menegangkan lagi, kereta berkarat nan kotor itu melaju seiring dengan nyanyian ulang tahun tanpa seorang pun yang menyanyikannya.

Roda kereta itu berhenti bersamaan dengan habisnya lagu ulang tahun. Sementara itu, pintu di belakangnya berderit menutup, membuat pandangan penumpang ganti terpusat pada pintu tersebut. Tiba-tiba derap kaki dari dalam sana menabrak kencang daun pintu yang nyaris tertutup rapat.

Diana terperanjak kaget, tanpa sadar, tubuhnya merapat bahkan menyenggol kecil lengan Rico di sisinya. Tersadar, Diana menoleh dengan ragu, menatap dalam iris hitam lelaki itu hingga melupakan filmnya yang tengah berputar.

Rico tersenyum simpul, tangannya terangkat menyelipkan helaian rambut Diana ke belakang telinganya dengan alunan pelan. Gadis itu tetap di posisinya, nampaknya ia terpana oleh pesona Rico dari jarak yang begitu dekat, dan sentuhannya yang memberi desiran aneh dalam diri Diana.

"Diana, bukankah kau ... juga menyimpan rasa padaku?" Rico menatap dalam mata gadis di depannya.

Seketika gadis itu tersipu malu. "Iya! Sepertinya aku menaruh rasa padamu, Rico." batinnya. Diana menundukkan pandangannya sejenak, masih ada keraguan untuk mengucapkan 'iya' padanya.

"Lantas kenapa, jika aku menyukaimu?" alih-alih menjawab.

Rico bungkam, membuat suara televisi menengahi ke duanya yang akhirnya terputus ketika Rico mematikan tanpa mengalihkan matanya dari Diana. Dengan alunan pelan, lelaki itu menyelipkan tangannya ke jenjang leher Diana, sementara jempolnya mengelus lembut pipi gadis itu.

"Bolehkah aku ... menjadi kekasihmu?"

Mata Diana sedikit membulat mendengar lontaran kalimat Rico. Jantungnya berdegup kencang menatap betapa tulusnya lelaki itu mengatakannya.

Belum sempat menjawab, pandangan keduanya menoleh serempak ketika terdengar tapak kaki yang berjalan mendekat. Sedetik kemudian, tubuh Rico terhempas ke dinding ketika sosok pria mengulurkan tangannya dengan langkah yang lebar. Sontak Diana berdiri dan berseru nama Rico.

Sementara pria dengan setelan jas hitam itu tetap pada tindakannya, merapatkan punggung Rico ke dinding bak lukisan, hingga membuat nafas lelaki itu tersendat akibat tekanan kekuatannya.

"S,Sean?!" Diana berucap tak percaya.

Pria yang diserukan namanya itu tak tergubris sedikitpun, tatapan yang ia tujukan pada Rico menggambarkan jelas bahwa ia tengah tersulut emosi yang mampu menuntunnya untuk menghabisi Rico sekarang juga.

"Sean, turunkan dia!" seru Diana seraya berusaha menurunkan tangan Sean.

Berselang detik kemudian, Sean menoleh, seketika tindakan Diana terhenti mendapati iris abu Sean yang begitu kelam. Ya, tatapan yang tak pernah ia tujukan pada Diana sebelumnya. "Apa yang sudah kau lakukan di belakangku, Diana?!" geram Sean tanpa melepas Rico dari cengkeraman kekuatannya.

Gadis itu menelan salivanya dengan susah payah, sesekali matanya tertuju pada Rico yang menggantung bak lukisan dari jangkauan tinggi.

"K-kau orang asing yang me-ngaku ... sebagai suami Diana, bu-bukan? Kau ... tak'kan bisa menghasut Diana, o-orang asing!" Rico berucap terbata, lontaran kalimatnya berhasil membuat Sean mengeraskan rahangnya sekaligus mengepalkan tangannya dengan erat.

"Kau tidak ada hak untuk berbicara, Rico!"

'Bagaimana dia tahu namaku?' batin Rico.

Mata Sean berubah merah terang, sementara Rico hanya bisa meringis ketika tubuhnya tertarik masuk ke dalam dinding di belakangnya. Amarah Sean sungguh-sungguh membara, hingga mengabaikan suara Diana yang memohon untuk berhenti. Gadis itu menitikkan air mata, menyadari semua permohonan yang ia keluarkan berakhir sia-sia.

"Cukup Sean! Aku akan mengabulkan semua yang kau inginkan, jika kau melepaskan dia!"

Seketika Sean menghentikan tindakannya seiring dengan matanya yang kembali normal, pria itu segera mengalihkan pandangannya dari tubuh Rico yang setengahnya sudah terbalut dinding.

"Apa? Kau baru saja membela lelaki itu, Diana?" ucap Sean tak percaya, "kenapa kau membelanya?! Tidakkah kau sadar bahwa Rico sudah menyentuhmu, Diana?? Untung saja aku datang di waktu yang tepat, jika tidak, sudah kupastikan dia akan berbuat hal yang lebih padamu. Suami mana yang rela istrinya disentuh laki-laki lain, huh?!" suara Sean yang meninggi membuat gadis itu menundukkan kepalanya dengan tumpahan air mata.

Kekuatan Diana untuk mempertahankan air matanya kini hancur dihantam bentakkan Sean. Gadis itu terisak, entah kenapa dadanya terasa begitu sesak seolah turut merasakan apa yang Sean rasakan.

Sean pribadi tak menyangka bahwa dirinya akan semurka ini pada Diana yang sebelumnya tak pernah memperoleh kemarahannya.

Setetes air mata yang Diana keluarkan, sudah mampu memadamkan kobaran api di hati pria itu. Kini amarahnya terganti perasaan bersalah yang dalam. Keinginan untuk meredam tangis Diana dalam dekapannya bertumbuh cepat. Namun keinginan itu terurung oleh pikirannya yang belum bisa menerima Diana yang terlihat 'selingkuh' di matanya.

Dengan sisa keberaniannya, gadis itu mengangkat pandangannya, menatap Sean yang menekuk alisnya ke atas.

"Lepaskan dia, Sean ... Aku mohon."

Mendengar permohonan Diana, pria itu memejamkan matanya dengan kasar. Sean juga tak menyangka pembelaan gadis di depannya pada lelaki lain lebih besar ketimbang dirinya yang sudah berstatus sebagai suaminya. Bahkan Diana rela menumpahkan air matanya untuk memohon pada Sean melepaskan Rico yang bahkan adalah musuh kerajaannya.

Sean melangkah maju, kemudian menempatkan ke dua tangannya di lengan Diana, "apa yang membuatmu tiba-tiba begini, Diana? Katakan padaku," ucap Sean selembut kapas.

Dengan sigap, gadis itu menepis tangan Sean, "aku bilang, lepaskan dia, Sean! Kau tak mengerti perkataanku?" Diana berucap dengan penekanan.

Pria itu menghela nafas berat, sebelum akhirnya menjulurkan tangannya, mengendurkan sekaligus menurunkan Rico yang terkulai lemas.

Melihat kondisi Rico, Diana bergegas menuntun langkahnya. Sean yang menyaksikan itu hanya mampu diam seribu bahasa, memendam segala rasa sedih, kecewa, kesal, dan cemburu yang bercampur aduk.

"Segeralah pulang jika kau sudah selesai, Diana," ucap Sean seraya membalik tubuhnya dengan setitik air mata yang jatuh dari tempatnya.

Sementara Diana hanya menatap punggung Sean yang kian mengecil. Entah mengapa dirinya mulai dirambati rasa bersalah yang berujung penyesalan di lubuk hatinya.

...WHO IS HE?...

...To be continue ......

Dah lah Sean, ma aku aja :)

Terpopuler

Comments

Hiat

Hiat

nyicil boom like dulu ya sama +5 rate





okeee...???

2021-07-13

2

Buna Seta

Buna Seta

Like semangat

2021-07-07

1

R_armylove ❤❤❤❤

R_armylove ❤❤❤❤

kadang membingungkan

2021-04-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!