Happy Reading!
Kelas yang awalnya sepi kini mulai berdatangan siswa, perbincangan mereka seakan membisikan sesuatu yang tak jelas di telinga Diana. Namun keributan itu sama sekali tak menggubris aktifitas Diana yang tengah mendalami imajinasi buku novelnya.
Ya, buku dengan genre horror mengenai kisah boneka berkepang dua yang menduduki koleksi boneka terakhir oleh sang ibu dengan kandungan janin di dalamnya.
"Diana."
Gadis dengan pemilik nama itu menoleh ke samping.
BLEDAR!
"AKH ...!" pekik Diana kala mendapati sosok Clair yang berkepang dua. Ya, sama seperti boneka yang diceritakan dalam novelnya, "apa-apaan?! Kau membuatku terkejut, dasar!"
"Hey, aku hanya ingin meminta pendapatmu!" ketus si lawan bicara, lalu Clair menggelengkan kepalanya membuat dua kepangan itu terlempar dengan irama yang sama, memberi isyarat pada Diana yang membatu di tempat, "lihat?" tambahnya diselingi senyum lebar.
"... Kau lebih mirip boneka Anabelle."
"Aish ...," Clair mendaratkan pukulan kecil ke lengan Diana seiring dengan bibirnya yang mengerucut, "karenamu, moodku rusak di pagi hari," ketusnya yang diabaikan oleh Diana, "kau baca apa sih?" gadis berkepang itu memajukan kepalanya, hendak menjangkau isi buku Diana.
Sontak Diana menarik bukunya, membuat gadis berambut kepang itu kembali mengarahkan pandangannya pada Diana dengan alis tertaut samar.
Di sisi lain, bangku Rico dikerubungi teman-temannya, beberapa dari mereka mencuri pandang pada Diana yang sibuk bergelut kecil dengan Clair di sisinya.
"Kenapa kau tidak menembaknya saja? Kau terlalu lama!"
"Benar! Saat itu adalah waktu yang pas untuk kau tembak sebelum lelaki lain melangkahimu."
"Untuk apa kau menyatakan perasaanmu yang kedua kali?? Ah, kau bodoh sekali, aku kecewa padamu."
Rico hanya tersenyum masam meladeni komentar-komentar dari temannya. Sebagian besar dari mereka gemas pada tindakkan Rico yang begitu nanggung.
"Saat itu aku hanya kurang yakin. Tapi jangan khawatir, aku akan segera menembaknya," balas Rico.
"Mereka benar, kau harus cepat menembaknya ..." Key angkat bicara, "... tentu dengan cara yang romantis, kawan," sambung Key dengan senyum lebar.
"Bisa kau jelaskan cara yang romantis itu?"
"Ah! Biar aku yang jelaskan!" sahut siswa berbadan gempal yang mencondongkan tubuhnya.
"Memangnya kau pernah pacaran--"
"Sshh ..." desis lelaki itu membuat mereka terdiam dengan pandangan terpaku padanya, "... aku sering menonton drama, jadi jangan heran jika aku tahu banyak tentang pacaran. Begini Rico, kau perlu mengajaknya ke suatu tempat yang manis, kabulkan semua yang dia inginkan. Itu adalah salah satu cara yang membuat gadis lengah, dan saat kau akan menembaknya, kau perlu untuk melangkah pelan padanya, teruslah melangkah sampai gadis itu terpojok. Dan pastikan matamu memancarkan cinta yang tulus padanya. Rentangkan tanganmu ke depan hingga gadis itu berada diantaranya. Usai dengan itu, tembaklah dia, Rico! TEMBAK!" para temannya tersentak ketika lelaki bertubuh gempal itu berseru di akhir kalimat, "dan langkah terakhir, kau hanya perlu mencium bibirnya yang ranum itu. Perlahan namun dalam, berikan gadis itu sensasi yang hangat--"
Pletak!
Sebuah pukulan mendarat ke kepalanya, lelaki itu meringis pelan, sementara sebelah tangannya mengusap titik pendaratan itu.
"Kau itu memberi instruksi atau mau bercerita plus plus?! Aku menyesal sudah membayangkannya!" kesal Key.
"Tapi memang begitu ...!" lelaki itu berucap dengan nada memelas yang dibuat-buat.
"Hahaha, bersabarlah Key, kami juga single, kau tak sendirian." sahut temannya yang lain.
"Dasar!"
Di tengah pertengkaran kecil mereka, Rico mencoba untuk mencerna perkataan lelaki itu, alisnya nampak mengernyit, sedangkan matanya memicing ke arah Diana yang bercanda tawa bersama kedua sahabatnya.
Bel berbunyi menandakan pelajaran pertama akan dimulai, para siswa berhamburan masuk ke kelas dan menempati bangku masing-masing seiring dengan sang guru yang memasuki ruangan kelas.
Sementara itu, di luar jendela kelas berdiri Sean dengan pandangan mengedar, mencari sosok Diana dan Rico yang sudah membuatnya dilanda penasaran. Hanya butuh beberapa detik, Sean menemukannya, rahangnya mengeras ketika menyaksikan bagaimana pergerakkan mata Rico yang berpaling pada Diana, gadisnya.
"Perasaanmu pada gadisku nampaknya belum berubah ya ...?" gumamnya di tengah keheningan koridor, "belum cukupkah aku menghabisi seisi istana ayahmu." kini berganti tangannya mengepal, namun mengendur kala Sean menangkap seorang lelaki di sana. Ya, sosok yang tak asing di matanya.
"Key, pengawal Rico, dia juga disini?!" Sean berucap tak percaya.
Sesungguhnya Sean berniat untuk kembali ke istananya dan memberitakan ini pada pengawalnya untuk bertindak lebih lanjut. Namun sesuatu membuatnya mengurungkan niat, dimana Diana harus berada dalam pengawasan yang ketat.
"Diana, untuk sesaat aku belum bisa menaruh kepercayaan penuh padamu untuk kutinggal, karena aku yakin, kau pasti tidak mau mendengar perkataanku," ujar Sean, walau ia yakin suaranya tak 'kan sampai ke telinga Diana, "ya, sesaat. Hanya berlaku ketika ingatanmu belum kembali."
...\=\=\=\=\=❤\=\=\=\=\=...
Langkah Rico melintasi pintu toilet pria, lelaki itu membasahi tangannya di bawah pancuran air wastafel, dan beralih membilas wajahnya.
Entah kenapa akhir-akhir ini dirinya kecanduan dengan air. Rasanya ingin terus bermain dengan cairan bening itu ke beberapa bagian tubuhnya. Namun, dirinya belum menyadari akan tanda-tanda kembalinya jati diri yang sebenarnya, Rico meluruskan pikirannya bahwa hal itu wajar karena dirinya dihujam dehidrasi.
Puas dengan aktifitasnya, lelaki itu melangkah keluar yang dipantau Sean dari balik dinding.
'Nampaknya sifat wujud mermaidnya mulai kembali.' pikir Sean.
"Diana ..."
Suara Leora menggelegar di belakang Sean, membuat pria itu tersentak dan menghilang dengan kekuatan teleportnya, menyisakan aura hitam yang perlahan memudar.
Leora melangkah dengan senandung kecil yang meluncur di bibirnya. Gadis berambut pendek itu menggenggam sebotol minuman coklat dan strawberry di tangannya. Sementara di kediaman lain, iris abu Sean mengekori Leora yang berakhir dengan hilangnya objek ke dalam kelas. Pria itu tak henti-hentinya mengawasi dan mencari tahu siapa saja orang-orang terdekat Diana.
Hingga akhirnya petang tiba, Clair dan Leora berpamitan pulang pada Diana yang berdiri di ambang gerbang sekolah.
Gadis itu mengangkat tangannya yang dililit jam tangan, "ah, aku harus segera pulang sebelum Sean datang menjemputku." Segera Diana memacu langkahnya meninggalkan area sekolah. Beberapa menit setelah kepergiannya, sebuah motor keluar dari gerbang sekolah. Sang pengendara mengedarkan pandangannya mencari sosok Diana yang biasa menetap di sana.
"Seharusnya aku datang lebih cepat."
...\=\=\=\=\=❤\=\=\=\=\=...
Sepatu Diana memijak halaman rumahnya, gadis itu bernafas lega telah sampai ke kediamannya. Sean yang duduk di sofa membawa pandangannya pada Diana yang baru saja membuka pintu rumah.
"Diana, aku ada perlu, aku harus pergi dan aku tak tahu pukul berapa aku akan pulang. Pastikan semua jendela dan pintu terkunci, tutup semua tirai rumah selagi aku pergi."
"Astaga, kau berbicara seakan aku anak kecil. Pergilah semaumu, aku tidak peduli." acuh gadis itu sembari menyimpan sepatunya ke dalam rak.
Di detik selanjutnya Sean bergerak bak sekelebat bayangan, hanya dalam sekian detik, semua itu berjalan sesuai perkataannya. Pintu dan jendela yang terkunci beserta tirai yang menjuntai bebas, siap menghalang setiap pandangan untuk menatap ke luar rumah.
Diana sedikit tersentak ketika Sean muncul tepat di hadapannya, yang disusul hembusan angin kecil yang menerbangkan beberapa helai rambut Diana, "kau ini kenapa sih? Sikapmu berlebihan da--"
Mau tak mau, kalimat gadis itu terhenti ketika Sean mendaratkan bibirnya ke permukaan bibir Diana. Tubuh Diana membeku, namun tak ada perlawanan yang didapat Sean atas tindakannya yang tiba-tiba.
Perlahan tapi pasti, Sean menjauhkan wajahnya, ganti menatap lekat gadis di hadapannya, "kali ini saja, turuti perkataanku. Tetaplah di rumah dan jangan keluar sedekat apapun tujuanmu, abaikan saja jika ada seseorang yang mengetuk pagar rumah. Dan jangan khawatir soal makan malammu, aku sudah menyiapkannya di meja makan."
Diana membeku, matanya terpaku pada Sean yang menyungging senyum simpul di bibirnya. Cukup lama mereka bertatapan, hingga akhirnya Sean menghilang, menyisakan aura hitam yang perlahan memudar dan sirna dalam sekejap.
...WHO IS HE?...
...To be continue ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Putudina Nurhayanti
visual keren
2023-05-04
0
Nurul nurul
yg jadi pertanyaanku itu apa Diana ngk ada ortu??trs Sean itu sejenis apa sihh...
2021-12-15
1
Mommy Gyo
3 like hadir thor
2021-07-14
1