WIH #16

Happy Reading!

Motor Rico memasuki sebuah halaman rumah, seorang gadis yang diboncengnya itu turun usai mesin motor dimatikan. Kedua orang itu melangkah masuk diselingi perbincangan kecil.

"Duduklah di sofa Diana, aku akan membuatkan coklat panas." Rico menyungging senyum lebar sebelum menggeret langkahnya menuju dapur.

"Ah, terima kasih, Rico!" Sebenarnya ini adalah pertama kalinya Diana menginjakkan kaki di rumah Rico yang begitu besar dan mewah dengan kolam renang di belakangnya. Tanpa ponsel pun sepertinya lelaki itu tak 'kan bosan menetap di rumah ini. Tidak dengan rumahnya yang cenderung sempit oleh perabotan rumah tangga.

Dengan gerakkan perlahan, gadis itu mendaratkan bokongnya ke sofa panjang di ruang tamu yang terasa begitu nyaman.

Rasanya agak aneh, menempati rumah teman lelaki yang bahkan merupakan orang yang Diana cintai. Ah, Diana belum bisa menentukan perasaannya saat ini, ia selalu berdebar dan gugup ketika bersama Rico, dan sekarang gadis itu tak henti-hentinya tersenyum. Bahkan guyuran hujan di luar sana sudah terlupakan olehnya.

Gadis itu segera mengusir senyumnya ketika Rico datang dengan dua cangkir coklat panas di atas nampan yang ia daratkan ke atas meja, "terima kasih ..." Diana kembali tersenyum.

Lelaki itu bungkam, matanya memperhatikan sekujur badan Diana yang sedikit basah, "bagaimana jika kau mandi dahulu, Diana?"

"Ah, apa?" tanya gadis itu meski ia mendengarnya dengan jelas.

"Iya, mandilah, aku khawatir jika kau demam." Rico berpaling dari pandangan Diana, namun langkah lelaki itu terhenti oleh sebuah suara, "tapi Rico, aku tidak membawa pakaian ganti."

Sejenak tercipta jeda sebelum akhirnya Rico berbalik, "pakai saja bajuku. Sebentar, aku akan mengambilnya." lelaki itu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

'Ah, ini membuat dadaku berdebar saja."

Diana menghela nafas dengan tangan yang bertengger di dadanya, tak butuh waktu lama, Rico datang dengan setelan piyama dan handuk putih di tangannya.

"Coba lihat ini, ukurannya tak begitu besar 'kan," ujar Rico dengan senyum lebar. Segera, Diana bangkit dari duduknya kemudian menyambut sodoran itu, menempelkannya ke tubuh bagian depan, "mungkin, hahaha ..."

Rico terkekeh, lelaki itu bisa menjamin bahwa Diana akan terlihat sangat imut dengan piyamanya yang kebesaran, "cepat mandi, coklat panas kesukaanmu akan dingin."

"Baik, baik ... dimana kamar mandinya?"

"Di sana." Rico mengarahkan tangannya ke sudut ruangan.

Diana merogoh sakunya, mengeluarkan benda pipih dari sana dan meletakkannya di atas sofa, kemudian berlari kecil ke arah kamar mandi yang Rico tuju.

Tanpa ke dua orang itu sadari, ponsel Diana bergetar dengan nama MAKHLUK ASING yang tertera di sana. Berselang detik kemudian, Rico berbalik, mendaratkan bokongnya ke atas sofa dengan hembusan nafas kasar. Ia menyandarkan kepalanya ke bahu sofa dengan pandangan yang menengadah ke langit ruangan.

Lelaki itu belum menyadari akan kehadiran telfon Sean di sana, hingga akhirnya layar ponsel Diana mati yang kemudian kembali menyala dengan nama yang sama.

Berselang detik kemudian, Rico menegakkan tubuhnya, saat ia hendak meraih secangkir coklat panas. Tanpa sengaja, matanya teralih pada ponsel Diana, dan di sanalah gerakkan tangannya terhenti.

'Apa? M,makhluk asing?' batin Rico dengan alis tertaut, tak berselang lama, layar ponsel itu kembali mati seakan enggan jika Rico menatapnya. Penasaran, Rico mengurungkan niatnya untuk meneguk coklat panas dan beralih menjangkau ponsel Diana.

Lelaki itu menyalakan layar ponsel yang disambut barisan panggilan telfon tak terjawab dari nama yang sama, MAKHLUK ASING. Di antaranya terselip pesan yang belum terbaca.

DIANA, KAU KE MANA?

KENAPA TIDAK ANGKAT TELPONKU?

ANGKAT, DIANA, ATAU KAU AKAN DAPAT HUKUMAN!

Rico menatap tajam isi pesan itu, ada rasa kesal di hatinya yang bertanya-tanya siapa pria itu, dan alasan mengapa Diana memberinya nama MAKHLUK ASING pada nomornya.

"Lelaki lain yang mencoba mendapatkan Diana, ya? Aku tidak akan kalah," gumamnya dengan penekanan di akhir kalimat. Jempol lelaki itu bergerak ke atas, memaparkan kolom kata sandi yang harus diisi, "ah ini!"

Tepat usai Rico bergumam, sebuah nama yang sama kembali tertera di layar ponsel Diana. Rico berpikir sejenak sebelum akhirnya menggeser tombol berwarna hijau, dengan ragu, ia mendekatkan layar ponsel ke daun telinganya.

"Kau dimana, Diana?? Aku sedikit lega kau mengangkat telfonku, sejak tadi aku mencarimu kemana-mana. Katakan padaku di mana lokasimu, aku akan menjemputmu."

Bibir Rico mengatup rapat, tubuh lelaki itu membeku dengan pandangan kosong pada meja di depannya.

'Dugaanku benar, ada lelaki lain selain aku. Meski begitu, siapa pria ini? Dan kenapa Diana menamainya dengan MAKHLUK ASING? Atau jangan-jangan, dia orang yang Diana ceritakan padaku? Kalau begitu, kenapa Diana menggambarkannya dengan sepupu temannya??'

"Diana?! Kau di sana? Jawab aku!"

Rico menghela nafas sejenak sebelum akhirnya angkat bicara, "kau pria asing yang mengaku sebagai suami Diana, hm?"

"Apa? Siapa kau?! Dimana Diana? Apa yang kau lakukan padanya?!"

Lelaki dengan nama Rico itu sama sekali tak tergubris oleh bentakkan Sean dari seberang sana. Ia malah memilih diam, menghiraukan semua pertanyaan yang Sean utarakan. Tentu tindakannya membuat kemarahan Sean memuncak.

"Rico!" panggil Diana nyaring.

Rico tersentak ketika namanya diserukan, dengan gerakkan cepat lelaki itu memutus telfonnya sepihak dan meletakkan ponsel Diana ke tempat asalnya.

"Hey, kau tak mandi?" tanya Diana yang berdiri di sisi sofa dengan kepala miring.

"Ah, tentu saja, kenapa tidak? Hahaha ..." Rico bangkit dari duduknya dengan gerakkan gagap. Diana terdiam, gadis itu memperhatikan tingkah Rico yang berbeda dari sebelumnya, "kau tak apa?"

"Kenapa kau tanyakan itu? Jelas aku baik-baik saja, aku hanya bersemangat," alibinya dengan senyum paksa, "tunggu di sini, aku akan bersihkan diri."

Diana tak bergeming, matanya mengekori sosok Rico yang bergegas pergi.

Di sisi lain, Sean menggeram kesal, tangannya menggenggam kuat roda kemudi di depannya. Beberapa detik sebelum lelaki itu memutus telfonnya, Sean mendengar jelas suara Diana dari sana, dan suara itu terdengar gembira. Pikiran pria itu mulai berkeliaran seiring dengan pikiran negative yang mulai menghinggapi dirinya.

Apa Diana selingkuh?

Apa Diana bermain dengan pria lain di belakangnya?

Dan apa yang Diana lakukan bersama lelaki itu?!

Sean mengusap rambutnya frustasi, petir kembali menggelegar seiring dengan kemarahan Sean yang memuncak. Pria itu mencuramkan alisnya, menatap kosong roda kemudi di depannya dengan nafas yang berat.

Di detik selanjutnya, Sean mengangkat pandangannya, ganti menatap tajam ke luar kaca depan sebelum akhirnya melajukan mobilnya dengan pacuan cepat.

...\=\=\=\=\=❤\=\=\=\=\=...

"Sambil menunggu hujan reda, bagaimana jika kita menonton film horror?" tawar Rico usai menempatkan dirinya di sisi Diana, "toh, hari masih siang, jadi kita tak terlalu takut menontonnya." Rico menyeruput coklat panasnya yang sudah hangat.

"Boleh, suasana di rumahmu juga sangat mendukung, hahaha ...." setuju Diana.

"Bagaimana jika kau yang memilih filmnya? Aku akan membuat mie kuah instan, kau belum makan siang, bukan?"

"Ahaha kau benar, tapi seharusnya kau tak perlu serepot ini," sungkan gadis itu kemudian meraih remote TV dan mulai menjelajahi website film.

"Repot?" ulang Rico, "Aku sama sekali tak merasa repot sedikitpun, aku malah senang dengan kehadiranmu di rumah ini." Mendengar ungkapan Rico, Diana membawa pandangannya, mengamati lelaki di sisinya yang berhasil membuatnya terpaku dengan tebaran pesonanya.

'Aku akan mendapatkanmu sebelum pria itu, Diana, aku akan melindungi dan membebaskanmu dari cengkeraman pria asing itu. Jangan khawatir, aku disini untukmu.' untuk sesaat, Rico menyatakannya melalui batin, memperpanjang jangka waktu kontak mata mereka.

"Kenapa sudut bibirmu bergetar? Kau menahan tawa?" nampak jelas raut Rico menahan jiwa tawanya di tengah lontaran kalimatnya.

"Pft, apa??" Diana melebarkan senyumnya, "sudahlah, pergi, dan buatkan aku mie!" alih gadis itu seraya mendorong tubuh Rico dengan kepala tertunduk menahan malu. Rico menggeret langkahnya ke dapur dengan jejak tawa di mulutnya.

Sementara Diana kembali mengarahkan matanya pada televisi dengan gerakkan kesal yang dibuat-buat. Matanya melirik punggung Rico yang sibuk dengan kegiatannya, gadis itu tertawa ganjil sebelum akhirnya kembali memilah film horror yang sempat tertunda.

...WHO IS HE?...

...To be continue ......

Terpopuler

Comments

Lizaz

Lizaz

Semangat ✍️kak❤️

2021-07-05

1

coco

coco

like

2021-05-21

1

R_armylove ❤❤❤❤

R_armylove ❤❤❤❤

lanjut 💕

2021-04-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!