Who Is He?
Happy Reading!
"Diana!"
Seorang gadis berambut kepang menoleh ketika namanya diserukan, dari jauh berdiri dua sosok gadis yang berseragam kompak dengannya tengah melambaikan tangan ke udara.
Mereka mengambil langkah lebar usai memijak kaki bukit, sementara Diana hanya memasang senyum lebar menatap kedua sahabatnya yang sedang berlari ke arahnya.
"Bagaimana pemandangan di atas sana?" tanya Diana setelah dua gadis itu memberhentikan langkahnya dengan nafas memburu.
"Kau harus melihatnya sendiri, karena ..." kalimat gadis berambut pendek itu menggantung, ia menarik nafas sejenak sebelum kembali melanjutkan, "... karena sangat indah sampai aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata!"
"Leora benar! Dan kau jangan terus duduk merenung seperti orang yang menyimpan segudang masalah, ayo kau harus melihatnya sendiri!" salah seorang sahabatnya meraih tangan Diana dan membawa gadis berambut kepang itu ke tempat yang dimaksud.
Diana pun mengikuti langkah gadis berambut panjang yang tengah menggenggam pergelangan tangannya. Tak butuh waktu lama, kini sepatu Diana menapak puncak bukit yang tidak terlalu tinggi namun cukup menyaksikan hamparan sawah yang diembuni kabut tipis di atasnya.
Diana tercengang, ia menghirup dan menghembuskan nafas sejenak menikmati udara sejuk yang begitu menenangkan pikiran.
"Ini ..."
"... LUAR BIASA!" Teriak Diana seakan melepas segala beban hidupnya.
"Sudah kuduga, kemah tahun ini sangat menyenangkan! Aku ingin jika ini dilakukan yang kedua kalinya di tahun depan," harap salah seorang sahabat Diana yang bernama Clair.
Semilir angin menerpa wajah Diana dengan lembut, menerbangkan beberapa helai rambut coklatnya yang sedari tadi tertata rapi dalam bentuk kepangan. Pemandangan nampak begitu indah dengan langit berwarna keoranye-an yang dipancar setengah lingkar mentari yang bersembunyi di balik pegunungan.
"Hey,"
" ... "
"Hey kalian yang di atas!"
Sontak pandangan mereka tertuju pada asal suara, di bawah nampak seorang gadis tengah melambaikan tongkatnya mengisyaratkan mereka untuk turun.
"Ketua regu! Ayo kita ke sana!" Ajak Leora.
Segera mereka menghampiri ketua regu yang diam di tempat menatap kehadiran ke tiga anggotanya.
"Ayo, bantu yang lain membangun tenda, jika tak cepat maka kita akan tertinggal kegiatan selanjutnya," titah sang ketua yang kini memutar langkahnya menuju tempat ia mendirikan tenda. Tanpa sepatah kata pun, tiga sahabat itu menyusul langkah sang ketua dan memulai pembangunan tenda.
**********
Wajah Diana nampak keoranye-an tersorot pancaran cahaya api unggun yang menjadi satu-satunya penerang sekaligus penghangat di luar tenda, Diana mengulurkan tangannya yang terasa beku untuk memperoleh kehangatan, sesekali terdengar letupan api yang tengah melahap perlahan dahan-dahan kayu di bawahnya.
"Pukul berapa sekarang?" Clair mengutarakan pertanyaan, sepertinya tangan Clair yang menggenggam selimut tipis yang membalut tubuhnya terkunci oleh dingin yang menusuk.
"22.28," jawab Diana singkat setelah menyalakan ponselnya.
Clair menggigil, "udah ah, aku mau tidur, aku harap di dalam tenda terasa lebih hangat ketimbang disini." Clair melenggang pergi, meninggalkan Leora dan Diana yang masih diam di tempat.
Melihat kepergian Clair, Leora menyusul langkahnya, "Aku juga, aku harap malam yang dingin ini segera berakhir."
Usai mengambil beberapa langkah, Leora menghentikan kakinya, kemudian menoleh pada Diana yang masih setia di tempatnya, "kau tidak tidur?" tanyanya kemudian.
Pandangan Diana yang awalnya tertuju pada kobaran api kini teralih pada Leora, "tidak, aku masih belum mengantuk," tukasnya yang dibalas anggukan kecil oleh Leora.
"Kau harus tidur dibawah pukul 12 malam Diana, atau kau akan mendapat hukuman dari para guru," peringat Leora.
"Hm," balas Diana singkat dengan senyum simpul yang tersungging di bibirnya. Leora pun berucap salam sebelum ia kembali melangkah, memasuki salah satu tenda untuk berbaring di sana.
Senyap membalut suasana, hanya terdengar letupan api yang sibuk membakar habis kayu di dalamnya. Cukup lama Diana sendiri hingga akhirnya ia mulai merasa bosan dan kesepian. Diana bangkit berdiri kemudian tangannya merogoh, mengeluarkan sebuah senter kecil yang sedari tadi menetap dalam kantong piyamanya.
Dinyalakannya senter itu sebelum ia pergi menuju toilet yang lumayan jauh dari keberadaan tendanya.
Beberapa menit tersita untuk sampai ke toilet yang begitu sepi seperti tak berpenghuni. Kini, Diana memijak lantai keramik yang kotor, menyusuri ruang toilet tanpa pintu yang diisi jejeran kamar mandi di dalamnya.
Zrashh ....
Air mengucur deras kala Diana membuka kran wastafel yang digantung cermin di atasnya. Gadis itu membungkukkan badannya untuk mempermudah membasuh wajahnya dengan ukuran kran yang cukup kecil dan rendah.
Bruk!
Sontak, Diana menoleh ke sumber suara yang tak lain berada di luar toilet.
"Hallo?"
Hening.
Penasaran, gadis itu bergegas mematikan kran air yang menimbulkan kesunyian malam. Dengan sedikit takut, Diana mengarahkan cahaya senternya ke luar toilet, "hallo? Apa ada orang di luar??" Gadis itu melangkah senyap dan berhenti di ambang menyorot sekelilingnya dengan senter.
Tidak ada orang.
Lalu, suara apa tadi? Barang jatuh?
Ketakutan mulai menggerogoti Diana. Gadis itu takut di sini, namun ia juga takut kembali ke tenda menerobos gelap yang menanti di sana.
"AKH!" Diana menjerit seiring dengan senter yang ia pegang jatuh dan menggelinding ke semak-semak. Barusan ia merasa tubuhnya dipeluk oleh seseorang dari belakang. Namun tak didapatinya sosok apapun selain pemandangan toilet yang sama. Peluh dingin mulai membasahi sekitar wajahnya yang memasang mimik takut.
"Diana ...."
Diana membuka matanya lebar, kemudian beranjak duduk dengan dada naik turun, sementara matanya menatap kedua sahabatnya yang masih terlelap dengan nafas teratur.
Diana menghela nafas lega ketika menyadari bahwa itu hanyalah mimpi, tangannya bergerak menyeka keringat yang mengembun di dahinya lalu beralih mengambil sebuah botol sisa air mineral dari dalam tas dan menegaknya habis.
Sejenak, ia melirik ponselnya yang menunjukkan pukul 03.32 a.m
Tiba-tiba siluet laki-laki berhasil menarik pandangannya, Diana membelalak, pikirannya mencoba menebak laki-laki itu, namun nihil. Bila itu pembina, mana mungkin pakaian yang dikenakannya nampak seperti jas panjang dan tudung lebar dibelakangnya?
Srak, srak ....
Langkah kaki sosok itu terdengar sayup di telinga Diana. Ia begitu penasaran setelah meyakini bahwa sosok itu bukanlah salah satu anggota perkemahannya. Meski berbahaya, Diana tak urung membuka resliting tendanya dengan pelan usai sosok itu tak lagi nampak.
Kepala Diana menyembul keluar dan disambut udara dingin yang menusuk, sementara senter gadis itu menyorot sekeliling yang terhalang kabut tipis.
Tidak ada tanda-tanda selain api unggun yang padam, padam seperti seseorang yang sengaja menyiramnya dengan air. Hal itu terbukti dengan adanya bercak basah pada potongan kayu dan tanah yang lembab di sekelilingnya.
Diana bergegas membalut tubuhnya dengan jaket sebelum akhirnya melangkah pergi, mengikuti arah sosok itu menghilang.
Kini ia menyusuri hutan, sesekali tangannya berpegang pada batang pohon yang ia lintasi, ditambah langit yang masih diselimuti gelap membuatnya harus menajamkan penglihatannya dalam menapak timbunan tanah yang tak rata.
Srak!
"AKH!"
Bruk.
Diana jatuh? Tidak, jelas saat ini punggungnya bersandar pada sesuatu di belakangnya yang entah apa, sementara tangannya berpegang erat pada lengan yang dibalut kemeja panjang berwarna hitam.
"Telah sekian lama akhirnya aku menemukanmu, Diana."
...WHO IS HE?...
...To be continue ......
Visual Diana lain kali yah, sekalian kubarengin ama cowoknya aja :p
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Win
hadir kak😁
like dan fav uda mendarat.
salam dari "Pernikahan impian."
makasih😁😁
2022-03-19
0
KaiRA🎉PUCUK~SQUAD🌱🐛🌱🐛🥀🐛
hallo kak aq mampir,krna liat kak senja mnyukai novel ini😂
2021-12-15
0
Nur Yanti
aku baca thor 😀
2021-10-26
1