WIH #5

Happy Reading!

Senyap menengah ketika kedua belah pihak enggan memulai dialog. Diana membeku, matanya terbelalak menatap Sean yang mengusap wajahnya dengan gerakan pelan.

"Sungguh ... sungguh memalukan!"

Tenggorokkan Diana serasa tercekat, gadis itu bersusah payah menelan sisa air di mulutnya. Melihat sang lawan lengah, Diana mencuri kesempatan, dengan secepat kilat ia menyambar ponselnya dan berlari meninggalkan Sean yang tersentak dengan pergerakkan Diana yang tiba-tiba.

Diana melajukan langkahnya secepat mungkin, menghampiri pintu rumahnya yang tersisa beberapa meter darinya.

Dalam satu kedipan, sosok Sean kembali muncul di hadapannya, pria itu sengaja menghadang jalan Diana dengan bersandar santai pada pintu keluar. Kehadirannya yang tiba-tiba membuat ayunan kaki Diana terhenti di jarak selangkah dari tempat Sean berdiri.

Karena rem yang dadakan, tubuh gadis itu oleng ke depan yang akhirnya tumbang dan disambut oleh Sean dalam dekapannya.

Diana mendongak, menjangkau iris abu pria itu dengan tatapan kosong, sedangkan isi benaknya pergi berlayar, merancang suatu pemikiran negative ketika dirinya berdekatan apalagi bersentuhan dengan hantu pria yang bergentayangan.

Seperti ... hantu jahat yang sengaja memanfaatkan pesonanya untuk merayu para gadis sampai mereka mau merelakan jiwanya dan berakhir dalam kurungan penderitaan yang amat mendalam, atau sosok yang memang berencana menjadikannya pelampiasan dendam atas kejadian sebelum ia meninggal.

Diana menggeleng kecil, jelas ia tak mau hal itu terjadi padanya yang memang mengakui Sean sebagai sosok yang tampan. Gadis itu memejamkan matanya kasar, tingkahnya yang aneh membuat raut Sean dipenuhi tanda tanya, "kau kenapa--"

"Kyaaa!!!" Diana mendorong dada Sean dengan kuat hingga punggung pria itu menghantam pintu di belakangnya.

Segera, Diana memacu langkahnya menuju kamar dan mengabaikan panggilan Sean yang terdengar jelas di telinganya.

"Hantu!!"

BRAK!

Lagi-lagi Sean dibuat terkejut oleh tindakannya, yang kemudian disusul suara pintu yang dikunci. Sean menghela nafas pelan, "aku tak menyangka, dia benar-benar melupakanku ..."

...\=\=\=\=\=❤\=\=\=\=\=...

Diana mengacak rambutnya frustasi, punggung gadis itu yang awalnya bersandar pada pintu kini meluruh duduk, meratapi nasib yang dialaminya.

"Lama kelamaan aku bisa gila," gumamnya, "apa perlu aku lapor ke polisi?" tanyanya yang entah pada siapa. Sesaat menjeda kalimatnya, Diana menggeleng cepat, "tidak mungkin! Bisa-bisa aku dianggap orang aneh. Lagipula siapa yang mampu menyelidiki dan menangkap orang yang punya kekuatan super??"

Setelah dipikir-pikir, pria itu bukanlah hantu, melainkan manusia yang menyimpan kekuatan luar biasa. Kalaupun hantu, tidak mungkin Diana mampu menyentuh tubuh Sean yang benar-benar terasa nyata. Ya, nyata seperti orang-orang pada umumnya.

Kalau begitu, darimana asal usul pria itu? Tidak mungkin 'kan, dia hidup dengan sendirinya dan datang tanpa alasan? Apalagi mengaku sebagai suami Diana.

Diana mendengus kasar, kepalanya ingin pecah terus bergelut dengan kenyataan yang dihadapinya. Kepala Diana ganti bersandar pada pintu, membiarkan denting jam dinding mengiri kesenyapan kamarnya.

Cukup lama gadis itu merenung, hingga tangannya bergerak menyalakan layar ponsel yang menayangkan banyak notif chat sahabatnya berpadu dengan panggilan tak terjawab oleh Rico, ketua sekelasnya. Namun, jemarinya lebih memilih chat orang terdekatnya ketimbang ketua kelasnya.

...CLAIR...

PERUTMU BAIK-BAIK SAJA?

^^^IYA, UNTUNG SAJA AKU PULANG CEPAT HAHAHA ...^^^

BAGUSLAH KALAU BEGITU

OH YA! BARANG PERKEMAHANMU ADA DI SEKOLAH, MUNGKIN BESOK KAU BISA TANYAKAN PADA WALI KELAS KITA

^^^OKE, BESOK AKU AKAN MENGAMBILNYA. TERIMA KASIH INFORMASINYA^^^

Selesai dengan sahabatnya, Diana beralih pada chat Rico yang terabaikan cukup lama. Di tengah aktifitas membacanya, layar ponselnya yang menunjukkan isi pesan Rico kini berganti dengan panggilan dari orang yang sama.

Jempol Diana bergerak ragu, dengan alunan pelan ia menempatkan layar ponsel ke daun telinganya.

"Diana, kemana saja kau? Dimana kau sekarang??"

Mendengar suara Rico yang tersulut kekhawatiran, Diana terdiam, menahan semu merah yang hendak menghiasi kedua pipinya. Spontan, kuku telunjuk dan jempolnya memainkan ujung pakaiannya.

"Diana, tolong jawab aku. Kau baik-baik saja 'kan??"

Sontak Diana membubarkan lamunannya ketika seseorang dari seberang telpon kembali menyerukan namanya.

"I,iya ... Sekarang aku baik-baik saja," balasnya dengan suara pelan.

"Dimana kau sekarang? Apakah aku boleh menemuimu?"

"Hm, jangan!" responnya langsung, "aku baik-baik saja, aku hanya butuh istirahat," tambahnya ragu. Alis gadis itu tertaut, matanya terpaku pada cincin silver dengan ukiran yang sama kembali tersemat di jari manisnya.

"Bisa kau ceritakan padaku, kenapa kau bisa menghilang?"

Diana membolak-balikkan tangannya, otaknya kembali menggeledah ingatan sebelumnya. Jelas-jelas cincin itu ia masukkan ke dalam kantung celemek pelayan Coffee Shop, tapi bagaimana bisa kembali padanya? Dan, sejak kapan cincin itu terpasang indah di jarinya yang bahkan Diana tak merasakan apapun?

"Diana ...?"

"Ah iya!" Diana terperanjak kaget.

"Kau kenapa? Kau yakin baik-baik saja?"

"Iya! Aku baik-baik saja, aku hanya ingin istirahat ..." Diana mengulum bibir bawahnya, "ya, hanya istirahat hahaha ..." terdengar jelas tawa gadis itu kaku nan terpaksa.

Orang di seberang telpon itu bungkam sejenak, "baiklah kalau begitu. Istirahatlah, sampai ketemu besok."

Diana mengangguk pelan, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas sebelum akhirnya ia memutus panggilan telpon. Namun senyuman itu tak berlangsung lama, ketika indra penciumannya terlintas aroma tak sedap, "sebeginikah aroma kamarku? Apa karena aku jarang mengepel? Atau karena aku tak memasang parfum ruangan?"

Kepala gadis itu menduduk, dan aroma itu semakin pekat, membuat Diana kembali mengendus sekitar tubuhnya dan terhenti pada lingkar leher pakaiannya yang menjadi titik aroma tersebut.

"Ah sial, ternyata aroma tubuhku sendiri."

Mengiraukan kondisi tubuhnya, ia bangkit berdiri, mengambil beberapa helai baju kemudian melangkah menuju kamar mandi.

...\=\=\=\=\=❤\=\=\=\=\=...

Di balkon rumah Diana berdiri seorang pria yang menjadikan pagar balkon sebagai topangan lengannya. Kepala pria itu terangkat dengan mata terpejam, membiarkan hembusan angin menyentuh wajahnya dan menerbangkan kecil helaian rambut hitamnya.

"Apa kau tak mengharapkan kehadiranku di sini, Diana?" gumamnya, di detik selanjutnya kelopak mata pria itu terbuka dengan pelan, "... setelah perang besar-besaran, kau sama sekali tak mengingat diriku." angin kembali berhembus seakan mengiringi kesedihan Sean.

Tangan pria itu terulur, bersamaan dengan datangnya rontokkan daun yang kini melayang dan berputar teratur di atas telapak tangannya. Sean menatap beberapa helai daun tersebut, kemudian meniupnya pelan, membiarkan helaian daun itu terbang bebas ke segala arah.

"Kau juga menyebutku 'hantu', apa itu tidak berlebihan, Diana?" Sean meluruskan jemarinya, menatap cincin yang sama dengan milik Diana, "kau bisa menjauhiku, tapi kau takkan bisa lepas dariku."

...WHO IS HE?...

...To be continue ......

Yang berpusing ria, sabar yaa... nanti ada bab flashback nya kok :p

Terpopuler

Comments

Lovallena (Lena Maria)

Lovallena (Lena Maria)

ku tinggalkan jejek 💦
mampir juga di I Love You Dosen!
🤩💪💪💪

2021-09-08

1

Hatake_Kakashi

Hatake_Kakashi

semangat up Thor 💪

2021-08-14

1

T🕯VIRGO 88

T🕯VIRGO 88

Aku hadir
semangat

2021-07-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!