Hari Pertama

"Lagi bikin apa dek?" tanya Dafa pada Nindi yang sedang sibuk tak karuan, bahkan rumah sudah seperti kapal pecah karena ulah Nindi.

"Bikin odading mang oleh," jawab Nindi asal, ia masih tetap fokus dengan kegiatannya yang tidak berfaedah itu.

"Perlu bantuan nggak?" tawar Dafa, ia melihat adiknya yang sedang kesusahan.

"Nggak usah, mending abang pergi aja deh, ganggu aja," gerutu Nindi.

Dafa pun mengalah, ia tidak mau berdebat dengan mulut bak petasan punya Nindi, ia memilih untuk main game sambil menemani Fani belajar, sedangkan Nindi masih berkutat dengan alat-alat yang dibelinya kemarin saat pulang sekolah, ternyata dia sedang membuat sebuah name tag untuk persiapan MPLS. Tak habis fikir dengan pikiran Nindi, ia hanya membuat 1 buah name tag, tetapi bahan yang ada itu cukup untuk puluhan orang, hingga ruangan yang biasanya bersih dan rapi, kini penuh dengan potongan kardus dan kertas.

****

Keesokan harinya, Nindi sudah siap dengan seragam putih birunya, rambut dikepang dua dan diikat tinggi-tinggi, mungkin jika dilihat sudah mirip seperti tanduk. Memakai pita merah dan putih, kaos kaki, sepatu, dan tali sepatu harus senada dengan warna pita, tak lupa juga ia membawa name tag yang sudah dibuatnya kemarin.

Saat ia keluar dari kamarnya, sontak semua orang yang sedang sarapan di meja makan menertawakannya, bahkan Dafa hampir dibuat mati tersedak karena melihat penampilan Nindi.

"Syukurin tuh, siapa suruh ngetawain orang, keselek kan jadinya," ledek Nindi.

"Kak Nindi ikut acara pensi dimana? Kakak pasti dapat peran jadi orang gila ya?" tanya Fani sambil tertawa cekikikan melihat kakaknya.

"Pensi matamu! Kamu juga pasti bakal kayak gini juga nantinya," kesal Nindi.

"Sudah, sudah, mending sekarang kamu sarapan Nak, biar nggak keburu siang," ucap bu Nur melerai perdebatan itu.

"Iya Bu," ucap Nindi.

"Berapa hari kamu akan berpenampilan seperti itu Nin?" tanya pak Aris penasaran.

"Satu minggu Pak."

"Wahh kurang lama itu Nin."

"Hah? Bapak yang benar saja," ucap Nindi heran dengan ayahnya itu.

"Iya, bapak bahagia kalau lihat kamu berpenampilan seperti itu," ujar pak Aris spontan.

What the hell? Bahagia? Wahh ini otak akang gendang kayaknya kegeser 1 centi, ya kali bahagia liat anaknya kayak gini.

"Pak, Bu, Dafa berangkat dulu ya," pamit Dafa. Ya, sekarang Dafa masih sudah kelas dua belas dan tentunya ia beda sekolah dengan Nindi.

"Iya hati-hati," ucap bu Nur dan pak Aris.

"Tunggu Bang! Fani ikut Abang aja, soalnya kalau ikut Kak Nindi, nanti dibilang berangkat sekolah bareng wewe gombal, hahaha," teriak Fani sambil tertawa, ia langsung ngibrit keluar rumah karena takut Nindi mengamuk.

"Awas nanti kamu Fan," gumam Nindi geram.

"Nindi sudah kenyang, aku berangkat sekolah dulu ya Pak, Bu."

"Iya, ini hari pertama kamu sekolah, jangan bikin masalah," nasihat bu Nur.

"Ini uang jajan kamu," ucap Pak Aris sambil memberikan uang dua puluh ribu.

"Makasih Pak," ucap Nindi.

"Hmmm, ingat! Pulang sekolah nanti, bantuin bapak nyari pakan sapi."

"Tuh kan, pakan sapi lagi," ucap Nindi berdecak sebal, ia melangkahkan kakinya ke luar rumah, namun baru beberapa langkah, suara cempreng bu Nur mengagetkannya.

"Ingat pesan ibu Nin!!"

"Iya Bu, tapi Nindi nggak janji," sahut Nindi dari luar rumah.

JANGAN LUPA LIKE & KOMEN GUYS🤗

TAMBAHKAN KE FAVORIT JUGA KALAU KALIAN SUKA DENGAN CERITANYA😘😘

...THANK YOU💕💕...

Terpopuler

Comments

Shaharlina

Shaharlina

seru ceritanya, kocak😅

2021-04-16

1

Neno

Neno

bapaknya Nindi ky nya lebih sayang k sapi😂😂😂😂

2021-04-02

4

zien

zien

semangat terus 💪

mampir juga di novelku JODOHKU YANG LUAR BIASA ❤️🥰

mari kita saling mendukung karya kita 👍😘❤️

2021-03-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!