Belajar

Ketiga manusia dengan frekuensi otak yang berbeda itu tengah duduk di ruang keluarga, sesuai penawaran Fani, kini Dafa dan Nindi sedang mendampingi bocah kecil cabe keriting itu belajar, katanya.

"Bang, 1+1 itu berapa?" tanya Fani ke Dafa, sedangkan Nindi sedang asik memainkan game di ponselnya tanpa memperhatikan dua insan yang sejak tadi berdebat.

"Haduhh dek, kamu pertanyaan kayak gitu aja nanya ke abang, gimana kalau angkanya udah sampai ratusan, ribuan, jutaan hah?" ucapnya frustasi karena sejak tadi Fani melontarkan pertanyaan yang terkadang tidak berfaedah sama sekali.

"Yah kan aku nanya, Bang."

"Hmmm jadi gini, misalkan Fani punya kue satu potong, terus bang Dafa ngasi satu potong lagi, jadi Fani punya kue berapa?"

"Bang Dafa nggak pernah tuh ngasi Fani kue."

"Wow savage, hahahaha," celetuk Nindi tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Kan itu cuma perumpamaan Fani," ucap Dafa gregetan.

"Tapi kan sama aja Bang," ujarnya tak mau kalah.

"Huhhh iya iya, abang ganti soalnya, misalkan Fani dikasi apel satu butir sama ibu dan satu butir lagi dikasi sama bapak, terus Fani punya berapa apel jadinya?"

"Jadinya Fani nggak punya apel."

"Lah kenapa bisa gitu?" Dafa menatap heran.

"Karena apel itu udah Fani makan," ucapnya polos, namun berhasil membuat Dafa nangis guling-guling sambil mengacak-ngacak rambutnya.

"Abang kenapa?"

"Mmm nggak papa, mending kamu tanya kak Nindi aja yah, kepala Abang mendadak pusing."

"Oke deh, santuy ae Bang," ucapnya hingga membuat Dafa melongo, namun dia tau siapa dalang dari semua ini, tentu saja ini adalah ulah Nindi yang sering memakai bahasa gaul di rumah dan sifatnya yang bar-bar hingga menurun ke Fani.

"Kak Nindi, 1+1 berapa?" tanyanya pada Nindi, namun yang ditanya malah mengacuhkan dirinya.

"Iiihh Kak Nindi main HP mulu ntar aku laporin loh ke Bapak," ancamnya hingga sontak membuat Nindi menaruh ponselnya dan menatap tajam ke arah Fani.

"Dasar bocah, dikit-dikit ngadu," cibir Nindi.

"Biarin wleekk," ucap Fani sambil menjulurkan lidahnya.

"Udah, tadi nanya apaan?"

"1+1 berapa?"

"Hufff..," Nindi menghela nafas panjang.

"Jadi gini, Fani tau nggak 1000 + 1000 itu berapa?" tanya Nindi.

"2000."

"100 + 100?"

"200."

"Berarti kalau 1+1?"

"Lah mana saya tau, saya kan ikan."

"2 tulul 2," ucap Nindi emosi, sedangkan Dafa sudah tertawa terbahak-bahak melihat tingkah keduanya.

"Oh," jawabnya singkat, padat, dan jelas.

"Oh doang?" tanya Nindi heran dengan jawaban adiknya.

"Ya terus? Fani harus jingkrak-jingkrak sambil jungkir balik sampai monas gitu?"

"Hadeuhhh dulu Emak ngidam apaan sih sampai tumbuh manusia kayak gini?" ucap Nindi sambil memijit keningnya.

"Situ nggak ngaca Mbak, loe juga 11 12 sama Fani," celetuk Dafa.

"Ssssttt kalian berhenti berdebat, ini kapan selesainya kalau kalian debat mulu," ucap Fani sambil mendelik kesal.

"Hmmm gimana kalau kamu buat soal sekaligus jawabannya?" ujar Nindi memberi ide.

"Wahh boleh juga tuh," jawab Fani antusias.

"Yakin kamu bisa Dek?" tanya Dafa ragu.

"Yakinlah, kecil itu mah," jawabnya penuh percaya diri.

"Ya udah terserah kamu aja."

"Dek, bukannya sekarang kita udah libur akhir semester? Kok kamu masih belajar?" tanya Nindi.

"Heh, kalau mau malas jangan ngajak-ngajak, udah bagus Fani mau belajar, nggak kayak lo yang sekolah cuma sekedar biar punya ijazah doang," sindir Dafa.

"Kok loe ngegas Bang?" Nindi tidak terima akan ucapan Dafa.

"Emang fakta kan?"

"Loe tu ya Bang."

"Kenapa?"

"Kalau ngomong suka bener."

"Dafaa," ucap Dafa menyombongkan dirinya.

"Hilihh." Nindi memutar bola matanya malas.

"Ekhemmm." Fani berdehem hingga membuat Dafa dan Nindi menoleh ke arahnya.

"Kenapa Dek? Keselek batako? Atau tenggorokannya gatal minta diseduh pake air mendidih?" tanya Nindi asal.

"Jahat kamu Mas!" ujar Fani mendramatisir.

"Le to the bay, LEBAY..!!"

"Hehh kalian berdua diem," ucap Dafa yang pusing karena ocehan mereka.

"Fani, kamu udah selesai buat soal sekaligus jawabannya?" tanya Dafa.

"Udah Bang, nihh," jawabnya sambil menyerahkan buku tulis bergambar barbie itu ke Dafa.

Dafa menerima itu dan langsung membacanya, seketika matanya membulat sempurna, Nindi yang ada di sebelahnya pun terheran-heran. Karena penasaran, dia mengambil buku itu dan membaca tulisannya, seketika wajahnya berubah masam, ingin sekali dia menertawakan kebodohan Fani, tetapi dia juga bingung, entah dia harus marah atau tertawa, sedangkan Fani? Dia malah tertawa cekikikan melihat kedua kakaknya yang menurutnya sangat lucu.

Tulisan yang ada di buku Fani.

1. Kenapa sapi tidak makan daging?

Jawab : Karena dia vegetarian.

2. 10+10\= ?

Jawab : Fani tidak tau, Anda punya otak jadi pikir saja sendiri.

3. Kenapa bisa terjadi banjir?

Jawab : Meneketehek, Fani bukan tuhan yang tau segalanya.

4. Kenapa Bang Dafa ganteng?

Jawab : Karena dia memiliki adik yang comel kayak Fani.

5. Kenapa Kak Nindi mbuluk?

Jawab : Karena nggak mampu beli skincare.

JANGAN LUPA LIKE & KOMEN🤗

TAMBAHKAN KE FAVORIT JUGA KALAU KALIAN SUKA DENGAN CERITANYA😘😘

Terpopuler

Comments

Dwi Wahyuningsih

Dwi Wahyuningsih

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2021-07-22

1

Inggridvoluntari

Inggridvoluntari

haahaahaaahaa..... pinter banget daahh😁😁😁

2021-04-09

1

As Ia🦄

As Ia🦄

ngakak aku🤣

2021-04-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!