Persiapan sebelum MPLS

Hari ini adalah jadwal Ditha sekolah sebelum melaksanakan MPLS yang akan diadakan dua hari lagi, dia tengah bersiap di kamarnya, ia mengenakan seragam olahraga SMP nya.

"Pak, mau minta uang," ucap Nindi kepada pak Aris yang sedang ngopi di teras rumahnya.

"Nih, jangan boros-boros," ujarnya sambil menyerahkan uang dua ribu dari dompet keramatnya, Nindi membelalakkan matanya ketika melihat uang yang diberikan ayahnya, dilihatnya uang dua ribu yang sudah tampak kusut dan kotor, bahkan saking kotornya sampai sudah tidak berbentuk uang.

"Pak, yang benar saja, masa iya aku ke sekolah bawa uang dua ribu, jalan kaki lagi," ucapnya tak terima.

"Mau nggak? Kalau nggak ya sudah," ujar pak Aris seraya mengambil uang itu dan kembali menyimpannya.

Nindi mendengus kesal karena kelakuan ayahnya itu, dia kembali masuk ke dalam rumah sambil menghentak-hentakkan kakinya, ia menghampiri Bu Nurhayati yang sedang memasak.

"Bu, minta uang dong, aku mau sekolah," ucapnya dengan wajah cemberut, kalau raut wajahnya sudah begitu, tentu saja bu Nurhayati sudah hapal dengan apa yang terjadi sebelumnya, dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan anak dan suaminya itu.

"Bentar ya, Ibu ambilin dulu," ucapnya sambil berlalu menuju kamarnya.

"Kalau gini pasti lama, nunggu lagi dehh hadeuhhh." Nindi menggerutu.

10 menit kemudian....

Bermenit-menit Nindi menunggu sang Emak yang sedang mengambil beberapa bahkan mungkin hanya selembar uang, hampir lumutan ia menunggu namun yang ditunggu tak kunjung datang, untung saja tadi dia bangun lebih pagi, sehingga sekarang ia belum terlambat untuk ke sekolah.

"Ini Nin, maaf ya Ibu lama," akhirnya setelah berabad-abad lamanya Nindi menunggu, bu Nur kembali juga sambil menyerahkan uang lima puluh ribu kepada Nindi, seketika rasa kesal yang tadinya menyelimuti tubuh Nindi langsung terhempas.

"Makasih Bu," ucapnya sambil memeluk Ibunya.

"Sama-sama, ingat untuk satu minggu," seketika mulut Nindi terbuka lebar-lebar, sakit tak berdarah sih kata orang-orang, baru aja terbang dan sekarang udah jatuh lagi.

Setelah itu, ia bergegas untuk pergi ke sekolah karena hari sudah mulai siang, namun saat akan melangkah keluar rumah, pak Aris tiba-tiba memanggilnya.

"Nin tunggu!"

"Apalagi sih Pak? Nindi udah telat nih."

"Nih uang jajan buat kamu," ucapnya sambil menyerahkan uang dua puluh ribu kepada Nindi, sontak wajah Nindi langsung berbinar-binar sambil menerima uang itu.

"Kenapa nggak dari tadi aja sih Pak? Kan aku nggak perlu nunggu."

"Terserah Bapak dong, uang juga uang bapak." ucapnya santai sambil bersiul dan berlalu meninggalkan Nindi yang masih menatap wajahnya dengan heran.

****

"Tadi kok loe bisa telat?" tanya Elsa. Ya, saat ini Nindi sudah berada di sekolah barunya, ia sangat kesal karena ia tadi terlambat dan alhasil ia mendapat omelan dari kakak kelasnya yang merupakan salah satu dari anggota OSIS di sekolah itu.

"Biasa, drama di pagi hari, kalau punya ortu kelakuannya absurd gitu mah susah, diajak serius malah bercanda, tapi untungnya pas bercanda nggak dianggap serius."

"Hilih, loe juga absurd parah kali neng," cibir Desi.

"Hmmm iya juga sih."

"Hahahaha." mereka semua tertawa, menertawakan kesomplakan Nindi dan keluarganya.

"Pulang kuy," ajak Nindi.

"Bentar lagi napa Nin, gw lagi nyari calon imam nih," ucap Elsa sambil menatap para cogan yang sedang berlalu lalang.

"Huuu dasar! Giliran cogan aja semangat, udah lah, gw mau pulang aja, yuk Nin," sindir Desi dan menarik tangan Nindi.

"Ehhh tungguin woyy!!" teriak Elsa sambil berlari mengejar kedua sahabatnya.

"Buruan!" seru Desi.

"Hah hah hah, busyet dah, kalian itu jalan apa lari sih? Cepet amat!" ucap Elsa dengan nafas tersengal-sengal.

"Dih, lu nya aja yang lambat."

"Oy, kita langsung beli peralatan buat MOS yuk!" ajak Nindi pada kedua sahabatnya itu.

"Hayuk lah, ehh bentar, loe bawa duit kan?" tanya Elsa pada Nindi.

"Ya punya lah, ngehina banget loe, mentang-mentang gw misqueen."

"Yeee gw nanya ogeb! Kok loe nyolot sih?"

"Sssstt diem! Mau gw tampol kalian berdua hah?" ujar Desi yang geram akan perdebatan konyol mereka.

"Mak lampir marah cuy, saatnya..." Nindi sengaja menjeda kalimatnya.

"Kabuuurrr!!!" Nindi dan Elsa langsung mengeluarkan jurus langkah seribunya sambil tertawa terbahak-bahak, sedangkan Desi tampak mengejar mereka berdua dengan wajah yang memerah menahan malu karena Nindi menyebutnya sebagai mak lampir dengan nada keras dan disana ada banyak para anggota OSIS yang sedang istirahat.

JANGAN LUPA LIKE & KOMEN🤗

TAMBAHKAN KE FAVORIT JUGA KALAU KALIAN SUKA DENGAN CERITANYA😘😘

...THANK YOU🤗💕...

Terpopuler

Comments

re

re

semangat menulis

2021-04-12

1

Lia

Lia

hahahaha...c Nindi di kerjain sama bokap nya 😂😂😂

2021-04-04

3

Pink Panther

Pink Panther

cicilan 5 like+rate 5👍
kutunggu likebacknya di karyaku Who is He? dah UP😄💕

Saling dukung yah🌹

2021-03-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!