Dreeetttt! Dreettt!
Yessy yang sedang asik bersama teman-teman sosialitanya meraih ponselnya dari dalam tas mahal milik nya. Yessy menghela napasnya saat melihat nama Bobby tertera di layar ponselnya.
"Menganggu saja sih anak ini." Gumam Yessy. Lalu, ia mengabaikan panggilan Bobby dengan mematikan ponselnya untuk sementara waktu.
Yessy kembali bercengkrama dengan teman-teman sosialitanya yang penuh dengan kepalsuan. Yessy merasa bahagia dengan dunianya yang penuh dengan kemewahan dan kepalsuan tersebut.
"Hey Ci Yessy, putranya yang ganteng itu sekarang kuliah dimana? Pasti diluar Negeri ya." Tanya seorang Tante sosialita dengan dandanan menor dengan pipi yang merona merah persis seperti habis di tinju Mike Tyson.
"Ah, iya Ci Prilly. Dia sekarang kuliah di Amerika." Ucap Yessy berbohong.
"Wuihhhh pasti mahal ya Ci, Amerika soal nya. Di universitas mana Ci?" Tanya wanita itu lagi.
"Ng......"
"Sialan memang si Bobby. Kalau begini kan merendahkan orangtua sendiri! Coba dia kuliah keluar Negeri. Aku pasti tidak kesulitan untuk menjawabnya." Gumam Yessy.
"Ci Yessy, dimana anak nya kuliah? Siapa nama anak nya? Lupa saya."
"Bobby."
"Ah iya Bobby. Ganteng loh dia, gimana kalau kita besanan saja. Anak saya si Roseline juga seusia dengan Bobby kok."
Yessy tersenyum getir saat mendengar tawaran dari istri pengusaha sukses tersebut.
Pernikahan Bobby dengan Nia sangat membuat Yessy terpukul. Sebagai orangtua, Yessy benar-benar tidak menginginkan anak nya menikah dini. Yessy ingin anak nya sesuai dengan apa yang ia mau. Tanpa Yessy sadari, terkadang memaksakan kehendak kepada anak, membuat efek buruk dengan hubungan antara anak dan orangtua.
Tentu saja Yessy tidak menyadari itu. Yessy tidak pernah mengerti bagaimana merawat dan mendidik anak. Karena sejah dia menikah dengan Hariman, Yessy benar-benar seperti ratu. Bahkan menyusui anak-anaknya pun dia tidak mau. Karena ia takut bila tubuh nya rusak dan tidak menarik lagi.
"Ci, kok bengong sih?"
"Ah, tidak apa-apa. Saya rasa saya sedikit lelah Ci, jadi saya pulang duluan deh ya." Ucap Yessy.
"Loh, kok gitu Ci."
"Iya nih, saya pamit dulu ya Cici-Cici semua."
"Ok deh Ci Yessy. Hari Rabu jangan lupa arisan loh ya."
"Ok, pastinya saya tidak akan lupa itu." Ucap Yessy.
"Ok deh, hati-hati ya Ci." Ucap teman-teman nya Yessy.
"Ok see you ya hari Rabu."
"See you." Ucap teman-teman nya Yessy.
Dengan terburu-buru Yessy meninggalkan restoran mewah tersebut dan beranjak ke parkiran menuju mobil nya.
"Pak Santo! Bangun! Yeeee, malah tidur! " Yessy mengetuk-ngetuk pintu mobil nya dimana supirnya tertidur di dalam mobil tersebut.
"Eh, Nyonya. Pulang nya? kok tumben cepat?" Tanya Santo sambil mengusap kedua matanya.
"Suka-suka saya lah mau cepat atau lama! Buruan pulang!" Perintah Yessy.
Santo hanya bisa mengangguk dan mengikuti keinginan majikan nya itu.
Di perjalanan pulang, Yessy terus berpikir tentang Bobby. Terakhir dia berkomunikasi dengan Bobby saat istrinya Bobby, Nia akan melahirkan.
Yessy sempat tergoda untuk ke Jakarta. Tetapi ia merasa gengsi bila dirinya harus kerumah orangtua Nia yang sudah seusia dengan Ibu dan Bapak nya Yessy.
Sedangkan Yessy juga merasa malu, bila mempunyai memantu yang lebih pantas menjadi adik nya. Hal itu lah yang membuat Yessy merasa enggan untuk mencari tahu tentang cucu pertamanya.
Yessy menghela napasnya dengan berat. Lalu, ia meraih ponselnya dan menyalakan kembali ponselnya tersebut.
Dreeetttt! Dreett!
Satu pesan masuk saat Yessy baru saja menyalakan ponselnya.
Bobby
Sebuah foto bayi mungil dan cantik di lampirkan dalam pesan dari Bobby.
"Ma, ini cucu Mama, nama nya Kimmy. Bobby harap, kehadiran Kimmy bisa membuat hubungan kita baik kembali."
Yessy menatap foto bayi mungil itu dengan seksama. Bayi itu memang sangat cantik. Tepat nya sangat mirip dengan Bobby waktu bayi. Yessy terpaku dan memilih untuk mengabaikan saja pesan dari Bobby.
Keras nya hati Yessy membuat ia benar-benar tak sudi untuk memaafkan Bobby, serta menerima menantu yang sangat jauh dari standard nya, serta cucu nya sendiri.
Walaupun ia sangat tergoda melihat wajah Kimmy, disamping itu juga dia tidak pernah mempunyai anak perempuan. Dan sekarang ia di anugerah kan cucu pertama perempuan.
Sebenarnya jiwa seorang Oma dan wanita didalam dirinya sudah meronta-ronta memaksa dirinya untuk segera memeluk dan mengambil cucu nya itu. Tetapi lagi-lagi semua terkalahkan dengan ego.
"Mama tidak akan pernah menyerah hanya karena kamu kirimkan foto bayi mu, Bobby." Gumam nya.
..
Bobby yang sedang di kampus terus memandangi layar ponselnya, berharap Mama nya membalas pesan dari nya. Setelah sekian menit tidak ada balasan. Bobby pun menghela napas dan kembali mengantongi ponselnya.
Walaupun Farah sudah cukup bagi Bobby menjadi sosok orangtua penggantinya, tetapi tetap saja Bobby masih menginginkan restu dari kedua orangtua kandungnya. Ini semua karena suport dari Nia sendiri yang ingin Bobby terus berusaha untuk tidak memutuskan tali silaturahmi kepada kedua orangtuanya.
"Bobby!" Panggil seorang wanita cantik teman seangkatan Bobby.
"Ya Mer." Sahut Bobby kepada Meriska.
"Hangout yuk." Ajak Meriska.
"Gak bisa, gue mau langsung ke Restoran, mau kerja." Ucap Bobby.
Teman-teman Bobby tidak mengenal Bobby sebagai pemilik restoran. Teman-teman nya mengenal Bobby sebagai seorang mahasiswa manajemen bisnis yang menyambi bekerja sebagai Helper di sebuah restoran mewah.
"Yah Bob, lu kok gak pernah mau sih di ajak hangout." Ucap Meriska sambil cemberut.
Bobby hanya tersenyum menanggapi kekecewaan Meriska.
"Gue cabut dulu ya." Bobby pun beranjak dari hadapan Meriska dan berjalan menuju parkiran mobil nya.
"Gila cuek banget itu cowok." Ucap Meriska kepada teman-teman yang sedang bersamanya.
"Siap Bobby?" Tanya Wildan.
"Iya lah, siapa lagi." Sahut Meriska.
"Bobby itu sudah menikah, mending lu sama gue." Seloroh Wildan.
"Hah! serius lu Bobby sudah menikah?" Tanya Meriska dengan wajah yang sangat terkejut.
"Iya, gue liat sih waktu dompet nya terjatuh di kelas. Gue kan gak tahu itu punya siapa. Gue buka, terus gue liat status di kartu tanda penduduk nya. Status nya sih menikah."
"Seriusan lu?" Tanya Meriska.
"Iya, ngapain gue bohong? Lagian gue sudah nanya sama orang nya sendiri. Dia jawab iya tuh, kalau dia sudah menikah." Ujar Wildan.
"Yah Bobby patah hati deh gue." Gumam Meriska sambil menekuk wajah nya.
"Sudah, gue bilang sama gue aja."
"Dih sama lu, males gue burik." Ucap Meriska sambil berlalu dari hadapan Wildan.
"Ye.... cewek jaman sekarang sok milih-milih! Nanti gue kaya kayak yang punya pesbuk aja lu datengin gue!" Ucap Wildan dengan kesal.
"Gak bakalan lu kayak Jukerbek. Ngimpi aja lu! IQ lu aja jongkok!" Teriak Meriska sambil mejulurkan lidah nya.
"Yeeee....!" Wildan mencebikkan bibirnya.
..
Nia menatap puas saat melihat Kimmy yang baru saja tertidur. Dengan cepat ia menyambar ponselnya dan beranjak keluar kamar.
"Saatnya me time." Gumam Nia sambil menenteng ponsel nya keluar dari kamar.
Nia duduk di sofa ruang tamu dan mencoba menghubungi Farah. Mengingat apa yang di ceritakan Naya dan Rara, membuat Nia khawatir dengan Farah.
Beruntung saat Nia menghubungi Farah, langsung di angkat oleh Farah.
"Halo mertua." Sapa Nia.
"Halo Nia, apa kabar lu? sehat?" Tanya Farah yang terdengar gembira saat Nia menghubunginya.
"Nada suaranya biasa aja." Gumam Nia di dalam hati.
"Baik, lu gimana kabarnya?" Tanya Nia.
"Baik." Sahut Farah.
Lalu Nia mencoba berbasa-basi sedikit sebelum ia bertanya tentang maksudnya menelpon Farah.
Dari nada suaranya Farah terlihat ceria dan biasa saja. Tetapi, Nia tetap tidak bisa membendung rasa penasaran nya tentang apa yang di sampaikan sahabat-sahabat nya tentang Farah.
"Eh Far, gue dengar dari teman-teman katanya lu lagi terlihat gak semangat gitu. Ada apa sih?" Tanya Nia.
"Gak semangat gimana?" Tanya Farah.
"Iya, lu kayak gak semangat. Kayak sedih gitu." Ucap Nia.
"Enggak ah, mungkin waktu teman-teman datang, gue lagi capek aja." Ucap Farah, berbohong.
"Oh gitu, iya sih gue juga bilang begitu sama mereka." Ucap Nia.
"Terus?"
"Iya mereka sih khawatir lu kenapa-kenapa Far. Cuma itu aja sih." Ucap Nia.
"Asli gue gak kenapa-kenapa kok. Justru lagi bahagia-bahagianya." Ucap Farah.
"Oh ok deh, kalau begitu syukurlah." Ucap Nia.
"Eh, sudah dulu ya Nia, gue mau main sama Queen. Kasihan dia gue jarang banget untuk dia saat ini." Ucap Farah.
"Oh, Ok deh."
Nia pun mengakhiri percakapan itu.
"Oh, mungkin cuma sedih kali ya dia gak bisa membagi waktu antara Queen dan Athar." Gumam Nia.
Nia meraih setoples nastar dan memakan nastar satu persatu sambil bermain gawai nya.
Emak yang baru saja muncul dari ruang keluarga menatap Nia yang sedang asik dengan gawai dan cemilan nya.
"Nia, Bapak mana?" Tanya Emak yang terlihat baru saja bangun dari tidur siang nya.
"Lah, mana Nia tau mak. Nia juga habis dari kamar." Ucap Nia.
"Kebiasaan Bapak lu, bentar-bentar hilang udah kayak jin."
"Keluar bentar kali Mak, segala hilang. Hilang beneran aja Emak bakal nangis-nangis nyariin Bapak." Ucap Nia.
"Ye.. lu nyumpahin Emak jadi janda?" Ucap Emak sambil melotot kepada Nia.
"Ya enggak, kok jadi nyumpahin jadi janda sih? Maksud Nia, itu Bapak hilang kayak anak hilang."
Emak menatap Nia dengan malas. Lalu keluar dari rumah dan memanggil-manggil Bapak.
"Takut amat sih Bapak ngilang bentaran aja." Gumam Nia sambil memandangi Emak yang terlihat sangat gelisah.
"Bapak lu ini kebangetan. Harus nya keluar pamit gitu kek sama istri. Ini kaga, kebiasaan!" Ucap Emak yang mondar-mandir di depan Nia.
Nia menatap Emak sambil menahan tawa nya.
"Parah amat makin tua makin lebay." Gumam Nia.
"Emang kenapa sih Mak? Takut Bapak pacaran lagi atau gimana?" Tanya Nia.
Emak menatap Nia dengan tatapan tajam nya. Lalu, Emak ikut duduk di sofa tepat di samping Nia.
"Eh Nia, gue kasih tahu nih ya. Kalau sudah tua begini, berbeda sama anak muda." Ucap Emak.
"Berbeda gimana Mak?" Tanya Nia.
"Dulu waktu muda, kalau Bapak lu keluar gak bilang-bilang, gue khawatir dia masih nongkrong sama teman-temannya atau dia pacaran lagi. Kalau sekarang sudah tua itu berbeda. Kita sudah tidak memikirkan selingkuh-selingkuh lagi."
"Lah terus apaan?" Tanya Nia dengan wajah polos nya.
"Khawatir kalau dia kenapa-kenapa di jalan. Khawatir dia tiba-tiba ambruk di jalan, Emak gak tahu. Kita sudah dekat sama kematian Nia. Takut, kalau nanti gak sempat ketemu untuk terakhir kali nya." Ucap Emak.
Nia terdiam mendengar alasan Emak. Ternyata Emak bukan lebay, tetapi Emak punya alasan yang sangat menyentuh hati Nia.
Nia menatap Emak dengan seksama. Tampak raut khawatir di wajah tua Emak. Nia tersenyum dan menundukkan pandangannya.
"Emak cinta banget ya sama Bapak?" Tanya Nia.
Emak memandangi Nia dengan wajah yang bingung.
"Lah lu pikir lu nongol di dunia karena gak sengaja kecelup sama dia? Ya cinta lah Niaaaaa. Kalau kagak cinta kaga mungkin lu ada, kagak mungkin bertahan sampai sekarang. Ada-ada aja nih anak." Ucap Emak dengan nada sewot.
"Ye..biasa aja dong Mak, Nia kan cuma nanya." Ucap Nia.
Klutakkkkk..! Ngekkkk!
Terdengar bunyi gerbang terbuka, lalu Bapak masuk dengan membawa sebuah kotak di tangan nya.
Emak yang dari tadi menunggu Bapak terlihat langsung berdiri menghampiri suami nya tersebut.
"Dari mana aja lu Mat!" Ucap Emak sambil berkacak pinggang.
Terlihat Bapak hanya tersenyum sambil menghampiri Emak.
"Di tanyain lu malah senyum-senyum aja kayak kuda." Ucap Emak.
"Lu marah-marah mulu Romlah. Laki pulang bukan nya di sambut dengan hangat." Ucap Bapak sambil masuk kedalam rumah.
Emak yang masih kesal mengikuti Bapak ke dalam dan terus mengomel.
Nia menatap kedua orangtuanya sambil memangku toples nastar yang isinya sudah hampir habis di makan oleh Nia.
"Itu apaan? lu habis dari mana Mat? Jawab pertanyaan gue. Lu buat gue khawatir tau kaga lu!"
Bapak membuka kotak tersebut tanpa menjawab pertanyaan dari Emak. Terlihat kue tart dengan lilin angka 40.
"Apaan Nih?" Tanya Nia.
Emak terdiam terpaku sambil menatap Bapak dengan sorot mata haru.
"Apaan sih?" Tanya Nia lagi.
Bapak beranjak dari duduk nya dan memeluk emak dengan erat.
"Selamat hari pernikahan ke 40 tahun Romlah. Gue cinta sampai gumoh sama lu." Ucap Bapak.
Emak tersenyum malu-malu menatap Bapak. Sedangkan Nia mengangkat kedua alis nya menatap kedua orangtuanya yang terlihat lebay di matanya.
"Makasih ya Mat." Ucap Emak. Lalu, emak membalas pelukan Bapak dengan erat dan haru.
"Gue sengaja pergi gak bilang, karena gue mau ngasih surpis." Ucap Bapak.
"Surprise pak." Protes Nia.
"Halah, pokok nya itu dah." Ucap Bapak sambil tersenyum sumringah.
"Gue gak marah kok Mat, lu keluar juga." Ucap Emak.
"Bohong Pak tadi Emak ngomel-ngomel waktu Bapak belum pulang!" Ucap Nia.
"Diam lu Nia!" Emak melotot kepada Nia.
Nia tertawa jahil sambil menatap kedua orangtuanya yang terlihat sangat bahagia.
"Sini, sini, kita tiup dulu lilin nya." Ucap Bapak sambil menyalakan lilin di atas kue tart.
"Satu dua tiga!"
Huffffffff!
Lilin itu pun padam.
Bapak dan Emak saling bertatapan dengan wajah bahagia dan haru. Sedangkan Nia menatap mereka berdua dengan bangga. Nia Bersyukur, ia tumbuh di tengah-tengah keluarga yang begitu harmonis dan penuh cinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Wati Simangunsong
hbd aniversary
2021-12-17
1
sheka
jgn sampe bobby kbawa teman" nya
2021-08-23
1
Dian Mulyanie
suka😍😍😍😍😍😍😍
2021-08-18
1