Cucu pertama adalah segalanya bagi kedua orangtua. Bagaikan mendapatkan lotre ratusan miliar, Bapak dan Emak terlihat sangat bahagia atas kelahiran Kimmy.
Empat puluh hari pertama, Nia dan Bobby terpaksa harus tinggal di rumah orangtua Nia. Di samping Nia yang masih baru saja menjadi orangtua, Nia juga sangat membutuhkan bimbingan Emak untuk merawat bayi yang masih rentan.
Dengan sabar, Emak mengajarkan Nia bagaimana cara memandikan anak, membedung dan merawat bayi mungil tersebut. Nia pun dengan cepat belajar, karena ia sangat antusias menjalani peran nya dan pengalaman pertamanya sebagai orangtua.
Bobby tersenyum melihat Nia yang sedang menggendong Kimmy yang sedang berjemur pada pagi hari ini. Sedangkan Bapak yang duduk di beranda rumah terus memperhatikan sikap Bobby terhadap cucu dan anak nya.
Bapak merasa bangga dengan sikap Bobby. Walaupun Bobby masih berusia dua puluh tahun, tetapi Bobby sangat siaga menjadi seorang suami.
Bapak ingat betul pengalaman pertama nya memiliki anak, yaitu Nia. Melihat Bobby, disitu Bapak seperti melihat gambaran dirinya dimasa lalu.
"Cantik ya." Ucap Bobby yang ikut menemani Nia berjemur di bawah hangat nya sinar matahari pada pagi ini.
"Iya, kayak aku ya." Ucap Nia sambil tersenyum.
"Dia cantik, pasti nya karena Mama nya cantik." Ucap Bobby.
Nia tersipu malu mendengar ucapan Bobby yang membuat dirinya melayang ke langit ke tujuh.
"Itu karena Engkong nya ganteng makanya cucu nya Cantik." Sambung Bapak yang mendengar percakapan Nia dan Bobby.
Nia mencebikkan bibir nya saat mendengar ucapan Bapak. Bapak hanya tertawa saat melihat ekspresi Nia.
"Apa lu kata Mat? Itu cucu gue cantik karena Nyai nya cantik." Sambung Emak yang baru saja datang membawakan dua gelas kopi dan sepiring goreng pisang untuk Bapak dan Bobby.
"Iya dah iya, gue males debad sama elu." Ucap Bapak.
"Malas atau gak pernah menang Pak?" Tanya Bobby.
"Dua-duanya." Jawab Bapak sambil terkekeh.
Emak ikut tertawa sambil mencubit lengan Bapak.
"Lu menang debad ama gue, siap-siap lu tidur di welcome." Ucap emak.
"Welcome apaan tuh?" Tanya Bapak sambil mengeryitkan dahi nya.
"Noh welcome." Emak menunjuk keset di depan pintu yang bertuliskan "welcome".
"Ya elah, tinggal bilang keset aja ribet lu Romlah." Ucap Bapak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kan biar elite gue bisa bahasa Inggris." Ucap Emak sambil tertawa geli.
Nia tersenyum melihat tingkah kedua orangtuanya. Kebahagiaan bagi Nia saat melihat orangtua nya masih mesra hingga setua ini. Nia pun berharap kelak ia dan Bobby bisa meneladani Emak dan Bapak dalam berumah tangga.
"Mungkin gak kita bisa seperti itu nanti di masa tua?" Tanya Nia kepada Bobby.
Bobby menatap Nia, lalu ia tersenyum begitu teduh.
"Sayang, kita pasti bisa." Ucap Bobby.
Nia tersenyum dengan mata yang berbinar.
"I Love You." Ucap Bobby.
"I Love You too." Sahut Nia.
"Lopyu lopyu, semoga si Kimmy kaga gumoh denger nya." Ucap Bapak sambil mencebikkan bibir nya.
Brottttt!
"Kan apa gue bilang, Kimmy sampai pup dengar orangtua nya lopyu lopyuan."
"Sirik aja sih Pak. Ini lagi si Kimmy, cemburu kali ya Papanya lopyu-lopyuan sama Mamanya." Ucap Nia sambil bergegas masuk kedalam rumah untuk mengganti popok Kimmy.
Bobby yang masih berdiri di halaman tersenyum melihat Nia yang terburu-buru masuk untuk mengganti popok Kimmy. Lalu, Bobby pun bergegas menghampiri Bapak dan duduk di sebelah mertua nya itu.
"Saya minum kopi nya pak." Ucap Bobby.
"Silahkan, silahkan." Ucap Bapak sambil tersenyum kepada Bobby.
Bobby meraih gelas kopi nya dan menyeruput dengan perlahan kopi yang masih panas tersebut.
"Gimana kuliah sama pekerjaan lu Bob?" Tanya Bapak.
"Alhamdulillah lancar semua Pak." Jawab Bobby sambil meletakan kembali gelas kopi nya.
"Syukurlah." Bapak mengangguk-anggukan kepalanya sambil menatap pepohonan di depan nya.
"Bagaimana perasaan lu jadi orangtua? lu kan masih muda nih, tapi sudah punya anak." Tanya Bapak.
"Muda kan umur nya Pak. Tapi saya pribadi sih, siap lahir dan batin Pak. Insyaallah." Ucap Bobby.
Bapak tersenyum puas mendengar jawaban menantunya itu.
"Kalau Nia seharian nya gimana? Dia jadi istri yang baik apa enggak? barangkali Bapak bisa menasihati kekurangan anak Bapak. Lu jangan segan-segan menceritakan Nia sama Bapak. Biar Bapak bisa membantu menasihati Nia."
Bobby tersenyum, lalu ia menatap Bapak dengan seksama.
"Segala kekurangan Nia, biarlah Bobby yang menasehatinya Pak. Nia sekarang tanggung jawab Bobby. Bapak tenang saja, tidak usah banyak pikiran." Ucap Bobby.
"Gak salah gue milih menantu." Ucap Bapak sambil menepuk-nepuk bahu Bobby.
Bobby hanya tersenyum dan mereka berdua pun membicarakan banyak hal lain nya di beranda rumah itu.
..
Suara tangisan Athar menggema di ruang tamu saat Farah meninggalkan Athar di stroller nya dengan Queen yang sedang bermain di ruang tamu, untuk sejenak ke kamar kecil. Fajar yang sedang bersiap-siap untuk berangkat bekerja, pun langsung mendatangi Athar di ruang tamu. Saat itu juga Fajar memergoki Queen yang sedang memegang kepala Athar.
"Kamu apakan Athar?" Tanya Fajar kepada Queen sambil meraih tubuh mungil Athar dari stroller.
Tentu saja sikap dan nada suara Fajar membuat Queen terkejut dan gemetar.
"Queen tidak ngapa-ngapain kok Om Ayah." Ucap Bocah lima tahun itu.
"Kok nangis Athar nya?" Tanya Fajar dengan wajah yang khawatir dan menatap Queen dengan tatapan yang menaruh curiga kepada gadis kecil itu.
"Ada apa sih?" Tanya Farah yang baru saja menyusul ke ruang tamu.
"Ini Athar nangis setelah dekat dengan Queen." Ucap Fajar dengan nada suara yang terdengar tidak enak di telinga Farah.
"Nama nya bayi, bisa nangis kapan aja tanpa di apa-apakan juga. Kok kamu kesan nya mencurigai Queen ngapain Adik nya gitu sih?" Tanya Farah.
"Ya bukan begitu." Ucap Fajar.
"Lalu apa?" Tanya Farah.
"Ah sudahlah, aku mau berangkat kerja dulu." Ucap Fajar. Lalu, ia menyerahkan Athar kepada Farah dan pergi begitu saja.
Farah mengeryitkan dahinya saat melihat sikap Fajar pada pagi ini. Memang, setelah Athar lahir, perhatian Fajar selalu tertuju pada Athar. Bahkan Fajar tak segan mengabaikan Queen yang sudah terbiasa dengan Ayah sambung nya itu.
"Sayang, Adik tadi kenapa?" Tanya Farah kepada Queen yang terlihat sedih.
"Queen tidak ngapa-ngapain kok Bunda. Tiba-tiba saja Athar nangis. Terus Queen sayang-sayang kepalanya Athar." Ucap gadis polos itu.
Farah tersenyum dan memeluk Queen.
"Iya Bunda percaya kok sama Kakak Queen. Kan Kakak Queen sayang banget sama Adik Athar." Ucap Farah.
Tidak bisa di pungkiri, raut wajah sedih Queen terlihat jelas di wajah gadis kecil itu. Sudah dipastikan ia kini mulai merasa kehilangan sosok seorang Ayah lagi. Karena Fajar berubah sikap dengan dirinya saat hadirnya Athar.
Memang kenyataannya begitu, terkadang ada orangtua kandung sendiri pun tak sadar, bila sudah mulai mengabaikan anak sulung nya saat kelahiran anak kedua. Apalagi orangtua sambung. Memang tidak semua, tetapi hal itu mungkin saja terjadi. Dan kini, ini semua terjadi kepada Queen.
"Ya sudah, kita ke kamar yuk, main sama Adik Athar." Bujuk Farah.
"Gak deh Bunda, Queen mau main di kamar saja."
Farah terdiam mendengar ucapan Queen. Terlebih gadis kecil itu berlalu meninggalkan dirinya dan masuk kedalam kamar nya. Farah menghela napasnya dengan berat, lalu menatap Athar yang mulai kembali menangis meminta Asi.
Farah membawa Athar ke kamar untuk diberikan Asi. Sedangkan Queen di temani oleh seorang pengasuh yang baru saja datang.
Di dalam kamar, Farah termenung sambil memberikan Athar Asi nya. Ia merasa bingung dengan sikap Fajar dan bagaimana membagi dirinya antara Athar dan Queen.
Tiba-tiba saja air mata meleleh di pipi Farah. Ia mulai berandai-andai, andaikan Queen adalah anak kandung Fajar, pasti Fajar tidak akan bersikap seperti itu kepada Queen.
Farah mulai menyesali masa lalu nya yang begitu "murah" melakukan hal itu dengan Gunawan. Bukan kehadiran Queen yang menjadi penyesalan. Tetapi, kelakuan masa lalu nya lah yang terus membuat Farah merasa menyesal.
..
Deru suara mobil memasuki halaman rumah orangtua Nia. Terlihat Naya, Andreas serta anak mereka melangkah menuju pintu depan rumah orangtua Nia. Begitupun Rara, Fathur dan anak mereka. Mereka semua memang janjian untuk menjenguk Nia yang baru saja melahirkan setelah terlebih dahulu mampir kerumah Farah.
Dengan antusias, Nia menyambut kedatangan para sahabat nya itu. Nia yang sedang menggendong Kimmy mempersilahkan para sahabatnya untuk duduk di ruang tamu. Sedangkan Emak sibuk membuat minuman di dapur.
Rara dan Naya tampak sangat antusias melihat baby Kimmy yang cantik. Kimmy terlihat montok dengan pipi yang membulat. Walaupun baru berusia beberapa hari. Kimmy terlihat begitu cepat bertambah berat badan.
"Ih lucu banget ya." Ucap Rara yang sedang menggendong Kimmy.
Nia hanya tersenyum saat melihat sahabat-sahabat nya yang begitu gemas dengan putrinya.
"Gimana keadaan lu Nia?" Tanya Naya.
"Alhamdulillah sehat. Kabar kalian gimana?" Tanya Nia.
"Kita-kita mah sehat. Kita habis dari rumah Farah nih." Ucap Naya.
"Oh ya, gimana kabar nya?" Tanya Nia dengan antusias.
"Hmmm, gimana ya. Kayak nya terjadi sesuatu loh sama itu anak. Enggak seceria biasanya. Mungkin perasaan gue aja kali ya. Barangkali kita-kita saja yang datang di waktu yang gak tepat. Dia kayak unhappy gitu Nia." Beber Naya.
"Beneran Ra?" Tanya Nia kepada Rara.
Rara hanya mengangguk sambil mengunyah kue nastar yang Emak sediakan di dalam toples.
Nia menghela napasnya. Selama ini Farah tidak pernah menceritakan apa pun tentang kehidupan rumah tangganya. Justru Nia yang selalu mengeluh dengan Farah karena beberapa sikap Bobby yang tidak di sukai oleh Nia.
"Kenapa ya si Farah." Gumam Nia.
"Dia itu kelihatan gimana gitu. Murung, matanya sembab seperti habis menangis dan lebih banyak diam sih menurut gue." Ucap Rara.
"Yah bukan apa-apa sih, gue kan pengacara nih, walaupun gue bukan bertugas menyelidiki seseorang. Tapi gue bisa paham lah dengan gelagat seseorang." Sambung Naya.
Nia semakin khawatir dengan cerita Naya dan Rara.
"Nanti deh gue hubungi si Farah ya." Ucap Nia dengan wajah yang khawatir.
Rara dan Naya mengangguk dengan bersamaan.
..
Bobby yang baru saja pulang dari restoran, langsung menuju ke kamar mandi untuk membilas tubuhnya sebelum ia menemui Nia dan Kimmy.
Setelah selesai membilas tubuhnya, Bobby pun bergegas untuk menemui Nia dan melihat keadaan Kimmy yang sudah seharian ia tinggal untuk kuliah dan bekerja.
"Hai sayang." Sapa Bobby sambil mengecup kening Nia yang sedang termenung di tepi ranjang.
"Hai." Sahut Nia sambil tersenyum.
Nia yang tampak sedang ada pikiran mengundang tanya dari Bobby.
"Sedang memikirkan apa?" Tanya Bobby.
"Tidak ada apa-apa kok." Nia berusaha menyembunyikan pikirannya.
"Ayolah jujur, ada apa?" Desak Bobby.
"Farah."
"Kenapa dengan Tante Farah?" Tanya Bobby sambil mengernyitkan dahinya.
"Tadi kan teman-teman ku ke sini. Mereka habis dari rumah Farah. Kelihatan terjadi sesuatu deh sama Tante mu itu." Ucap Nia.
"Maksudnya?" Tanya Bobby yang kini sedang menggendong Kimmy yang mulai menggeliat karena terganggu dengan suara kedua orangtuanya.
"Aku sih kurang tau, tapi sih menurut teman-teman Farah kayak kurang bahagia gitu." Ucap Nia.
"Mungkin Tante Farah hanya capek." Ucap Bobby.
"Yah mudah-mudahan saja." Nia berusaha menerima pendapat Bobby.
"Kamu sudah makan?" Tanya Bobby.
"Sudah, kalau kamu sudah makan?"
"Sudah tadi di restoran." Sahut Bobby yang kini meletakkan Kimmy kedalam box bayi nya.
"Ya sudah istirahat lah." Ucap Nia sambil bergegas merebahkan dirinya di atas ranjang.
"Ini hari ke berapa sih?" Tanya Bobby sambil ikut merebahkan diri di samping Nia.
"Hari ke sepuluh. Kenapa?" Tanya Nia.
Bobby menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil tersenyum menatap Nia.
"Kenapa?" Tanya Nia lagi.
"Gak, gak apa-apa."
"Ih, kenapa sih?" Desak Nia.
"Puasa.. lama puasaaaa." Ucap Bobby sambil mengusap wajah nya dengan gusar.
Nia tersenyum melihat Bobby yang terlihat gelisah.
"Baru sepuluh hari sudah gelisah nih Pak Bobby." Goda Nia.
"Kayak sudah sepuluh bulan nih Bu Nia." Ucap Bobby sambil mengurut dadanya.
"Sabar ya Pak Bobby. Perjalanan masih panjang." Goda Nia.
Bobby menghela napasnya sambil menatap Nia dengan putus asa.
"Kamu bisa lebih kreatif gak sayang?" Tanya Bobby.
"Maksudnya?" Nia memandang Bobby dengan wajah yang polos.
Bobby tersenyum dan meraih tangan Nia.
"Ih apaan sih?" Nia menarik kembali tangan nya dan memunggungi Bobby.
"Nia.. Nia.. Nia.. Sayang..Sayangkuu...Cintaaa.. sayang.. kreatif dong sayang.." Bobby mencolek-colek pinggang Nia yang sedang memunggungi dirinya.
"Apaaaaa ah."
"Kreatif sayang, ayo dong." Goda Bobby lagi.
Nia membalikan tubuhnya dan menatap Bobby yang sedang memasang wajah puppies eyes.
"Dasar laki-laki!"
"Ya memang laki, masa perempuan." Ucap Bobby yang mulai putus asa.
Nia mengulum senyum nya saat memandangi wajah suami nya itu.
"Sini-sini." Ucap Nia seperti sedang membujuk anak kecil yang sedang merajuk.
Bobby pun langsung bersemangat dan mendekatkan dirinya kepada Nia.
"Tapi bo'ong." Ucap Nia sambil tertawa dan kembali memunggungi Bobby.
"Yahhhh.. nasib." Ucap Bobby. yang kembali merebahkan dirinya di atas ranjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Susi sukam
kreatif apaan ya Thor🤔🤔🤔🤣🤣🤣🤣🤣🤣 berimajinasi nyokkkk
2022-10-20
1
Wati Simangunsong
😃😃😃😃sbr bob msih ad 30 hri lgi
2021-12-17
1
Dyah Handini
hmmmm
2021-11-13
1