I Love You Tante..! 2
"Nia, lu gue jemput ya." Ucap Farah lewat sambungan telepon di kediaman nya.
"Lu mau ngajak gue kemana lagi Far? Lu mah parah, setiap hamil demen banget nyusahin gue." Ucap Nia.
"Gak sopan lu sama mertua! ingat Nia, lu itu menantu gue." Ucap Farah dengan nada suara yang kesal.
Nia hanya mencebikkan bibirnya saat mendengar kata-kata yang di lontarkan oleh Farah.
"Hhhh..! sejak jadi mertua dia sesuka hati sama gue. Gendek banget gue punya mertua begini." Gumam Nia di dalam hati nya.
"Pokok nya mau gak mau lu gue jemput, TITIK gak pake koma!" Ucap Farah.
"Far, sebentar lagi kita lahiran, suami lagi pada kerja tau! kalau lahiran di Mall baru tau rasa lu!" Ucap Nia.
"Ya elah, gue sudah biasa mules-mules sambil nyetir." Ucap Farah.
"Ya sudah deh! terserah lu aja. Gue mau siap-siap dulu." Ucap Nia.
"Nah, gitu dong. Menantu soleha namanya itu." Ucap Farah sambil terkekeh.
"Mertua sesat!" Ucap Nia sebelum ia mengakhiri percakapan itu.
Farah terkekeh saat Nia mematikan sambungan telepon nya. Lalu ia menaruh kembali gagang telepon nya dan beranjak mengambil tas tangan nya.
Dengan susah payah, karena perut yang membuncit. Farah pun keluar dari rumah nya dan memasuki mobil keluaran terbaru yang dibelikan Fajar untuk dirinya.
Fajar memang suami yang penuh kejutan. Walaupun Fajar bukanlah suami yang romantis di setiap hari nya, tetapi Fajar suka sekali memberikan Farah kejutan-kejutan yang membuat wanita itu merasa sangat bersyukur memiliki suami sebaik Fajar.
Fajar juga sayang sekali dengan Queen. Walaupun awalnya Fajar agak bersikap kaku terhadap Queen, lama-lama Fajar dan Queen pun mulai akrab dan kini selayak nya Ayah dan Anak.
Tentu saja hal itu membuat Queen merasa bahagia. Selama ini tidak ada sosok seorang Ayah yang mendampingi hari-hari nya. Kini, ada Fajar yang Queen panggil dengan sebutan "Om Ayah" yang mampu untuk mengganti kekosongan sosok seorang Ayah dalam hidup Queen.
Farah menyalakan mesin mobilnya, lalu perlahan ia beranjak meninggalkan kediaman nya menuju rumah Nia dan Bobby.
..
Nia menatap perut nya yang membuncit di depan cermin. Nia tersenyum bahagia melihat bayangan dirinya sendiri yang kini tampak berbeda dari biasanya.
"Gue sexy sekali ternyata lagi hamil. Walaupun lemak di sana sini."
Nia memuji dirinya sendiri sambil tersenyum malu-malu.
"Ah, HPL tinggal dua minggu lagi, harus nya sih dirumah saja. Eh, Nenek lampir keganjenan ngajakin shopinggggggg terus! Dasar Nenek lampir!" Gumam Nia sambil menyisir rambut yang panjang.
Kini, Nia sudah siap untuk berangkat ke Mall. Setelah menunggu sekian puluh menit, tetapi Farah tak kunjung datang. Nia mulai khawatir dan mencoba menghubungi Farah.
Sekali, dua kali panggilan tak di angkat oleh Farah. Nia pun semakin khawatir. Karena mengingat sahabat yang juga mertua nya (secara tak langsung) sedang hamil tua dan menyetir sendirian, kekhawatiran Nia pun semakin bertambah.
"Duh.. Nenek lampir kemana sih!" Gumam Nia sambil berjalan mondar-mandir di ruang tamu.
Dretttt!
Ponsel Nia pun bergetar. Langsung saja Nia membuka pesan dari Farah yang baru saja ia terima.
Nia mengernyitkan dahinya saat melihat sebuah gambar yang di kirim oleh Farah.
"Hah! si Farah lagi di McD! Buset dah! gue nungguin Oneng! lu malah makan di McD!" Gumam Nia, kesal. Lalu, ia mencoba menghubungi Farah sekali lagi.
"Halo Nia menantu ku yang cantik, ada apa?" Tanya Farah.
"Lu bener-bener ya! gue nungguin Far! malah mampir ke McD!"
"Ya Allah Nia, lu gitu amat sama mertua. Gue gak sadar Nia, ini setir mobil tiba-tiba sudah belok otomatis ke Mcd. Terus gue kayak kesirep gitu, tiba-tiba pesan dan gue gak sadar! percayalah... percayalah!" Ucap Farah.
"Kebangetan lu Far, ngerjain orang namanya! pesenin gue seporsi! gue gak mau tau!" Ucap Nia.
Tersenyum Farah terkekeh dari ujung sana.
Satu jam kemudian, Farah pun tiba di kediaman Nia dan Bobby, dengan membawa sebungkus paket makanan yang di pesan oleh Nia.
Farah disambut oleh wajah Nia yang terlihat kesal karena menunggu nya terlalu lama.
"Jangan ngambek dong, nih lu makan dulu." Farah menyodorkan sebungkus paket makanan kehadapan Nia.
Masih dengan raut wajah yang kesal, Nia merampas makanan tersebut, lalu membukanya di atas meja ruang tamu. Tanpa basa-basi sebelumnya, Nia langsung melahap makanan tersebut.
"Lu kesel ama gue apa lapar Nia?" Tanya Farah sambil menahan senyum nya saat melihat Nia makan seperti orang yang sedang kelaparan.
"Dua-duanya!" Ucap Nia sampai beberapa butir nasi melompat dari dalam mulut nya.
"Ih jorok lu." Ucap Farah sambil tertawa terbahak-bahak.
Hanya dalam hitungan menit, Nia sudah menghabiskan makanan tersebut tanpa tersisa. Bahkan tulang-tulang ayam pun Nia kunyah hingga menjadi serpihan kecil-kecil.
"Ih mual gue lihat lu begitu Nia! bar-bar lu kayak manusia purba!" Ucap Farah sambil memandang jijik kepada Nia.
"Biarin!" Sahut Nia sambil membereskan sisa makanan nya dan membuang nya ke tempat sampah yang berada di dapur. Lalu, ia mencuci tangan nya dan kembali ke ruang tamu.
"Ayo berangkat." Ucap Nia sambil menenteng tas tangan nya.
"Ayo lah kuy..!" Sahut Farah. Lalu dua Ibu hamil itu pun pergi menuju ke Mall.
..
Dua Ibu hamil yang berisik itu pun berjalan-jalan di Mall. Tentu saja terkadang mereka berdua menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung yang merasa lucu karena dua orang Ibu hamil yang hangout tanpa suami.
Farah dan Nia pun asik memilih-milih beberapa perlengkapan bayi yang lucu. Terutama Nia yang sedang mengandung anak pertamanya. Nia terlihat sangat bersemangat dan menjadi tak terkendali saat berbelanja.
"Katanya malas jalan-jalan ke Mall, tapi ngabisin uang paling banyak." Sindir Farah.
"Lu racun nya." Ucap Nia sambil tertawa geli.
Bryurrrrr!
Tiba-tiba saja air ketuban Farah mengalir di kedua pahanya. Nia dan Farah pun saling bertatapan.
"Oh, no!" Seru Farah sambil menatap air yang terus membasahi lantai Mall tersebut.
"Lu pipis di celana?" Tanya Nia yang masih lugu dengan masalah kehamilan.
"Gue mau Beranakkkkk!" Seru Farah.
"Hah!"
"Ayo!" Farah menarik tangan Nia untuk turun menuju parkiran mobil.
"Far, lu beneran gak pipis di celana? lu nakut-nakutin gue ih!" Ucap Nia.
"Dih Nia! lu bener-bener ya, gue serius ini mau melahirkan! ini namanya ketuban, masa lu gak tahu?"
"Iya gue tahu, tapi gue cuma memastikan aja kok Far." Ucap Nia yang tergopoh-gopoh mengikuti langkah kaki Farah di parkiran mobil.
"Nih, lu bawa deh mobil nya." Farah menyerahkan kunci mobil nya kepada Nia.
"Gue?" Tanya Nia dengan wajah yang panik.
"Iya elu? Terus siapa? Memang nya ini mobil bisa auto pilot?" Tanya Farah.
"Ya ampun Far! Gue dilarang menyetir sama Bobby." Ucap Nia.
"Lah, terus siapa yang mau bawa ini mobil?" Tanya Farah, kesal.
"Lagian gue sudah bilang jangan jalan-jalan kan Far!" Ucap Nia tak kalah kesal nya.
"Ya sudah, gue akan jaga rahasia. Nanti kalau Bobby nanya, gue bilang gue nyetir sendiri. Ok!"
Tanpa menunggu jawaban dari Nia, Farah masuk ke kursi penumpang dan duduk menunggu Nia yang masih terdiam di depan mobil.
"Ayo buruan! lu mau jadi bidan apa kalo anak gue brojol disini? Nih gue udah mulai mules.. Aduhhhhh aduh..." Keluh Farah.
"I-iya." Nia langsung masuk dan duduk di balik kemudi. Tanpa pikir panjang ia mulai menjalankan mobil Farah.
Tangan Nia gemetar karena khawatir dengan Farah. Ia menjadi tidak fokus saat menyetir mobil tersebut. Ditambah Farah yang selalu mengomel dengan cara menyetir Nia.
"Pelan-pelan ini mobil baru, nanti lecet!"
"Pelan-pelan lu bawa orang mau lahiran Nia!"
"Pelan-pelan Nia di depan ada sepeda motor!"
"Nia gue mules ini rasanya sudah di ujung."
Nia mengusap keringat yang meleleh di dahi nya saat mendengar segala protes yang di lontarkan Farah.
"Nia.." Belum sempat Farah mengutarakan apa yang ingin ia katakan, Nia pun langsung berteriak dengan panik.
"Diaaaaammmmm!"
Farah pun menutup bibir nya rapat-rapat.
Nia menarik nafasnya dan menghembuskan nya berkali-kali. Seakan-akan dirinyalah yang akan melahirkan.
Tentu saja hal itu membuat Farah menjadi bingung terlebih saat keringat terus bercucuran di dahi Nia.
"Nia, lu kenapa?" Tanya Farah sambil mengusap dahi Nia dengan selembar tissue yang ia ambil dari atas dasboard mobil nya.
"Benar-benar lu ya Far, beranak aja lu ngajak-ngajak gue! gue mules, gue rasa gue juga mau melahirkan!"
"Hah!" Farah terkejut mendengar apa yang dikatakan Nia.
"Lu serius?"
"Iyaaaaa... mulessssss!" Ucap Nia sambil menahan tangis nya.
"Wah! sebentar lagi sampai Rumah sakit Nia. Hayo lu pasti bisa! Nia! Nia! Nia! Go! Go! Go!" Farah mencoba menyemangati Nia.
Nia menatap menoleh kepada Farah dengan wajah yang kesal, lalu ia mempercepat laju mobil nya hingga akhir nya mereka sampai di rumah sakit.
Nia keluar terlebih dahulu, disambut oleh sekuriti rumah sakit.
"Pak tolong Pak. Saya sama teman saya mau melahirkan!" Seru Nia yang langsung duduk di atas kursi roda.
"Jadi yang mau lahiran siapa mbak?" Tanya sekuriti itu dengan wajah yang bingung.
"Dua-duanya!"
"Hah!"
Sekuriti pun ikut panik dan langsung membopong tubuh Farah yang terlihat sudah mulai lemas. Sedangkan Nia di bawa ke UGD memakai kursi roda yang di dorong oleh seorang perawat.
Mereka berdua pun di bawa ke ruang bersalin. Farah dan Nia hanya di batasi oleh gorden yang menghalangi pandangan mereka berdua.
Dua dokter kandungan pun berlari ke ruang bersalin mencoba untuk membantu dua Ibu hamil yang akan melahirkan tersebut.
Terdengar suara Farah yang kesakitan dan berusaha mengejan dari bilik nya. Hanya hitungan menit, terdengar tangisan bayi yang baru dilahirkan oleh Farah. Tentu saja hal itu membuat Nia menjadi ketakutan dan menjadi pucat pasi.
Nia baru menyadari, menjadi seorang Ibu itu adalah perjuangan yang sangat besar. Mengandung dan melahirkan itu benar-benar perjuangan yang tak main-main. Saking takut nya, Nia terus meracau memanggil Emak nya sambil menangis.
Tak lama kemudian, Bobby dan kedua orang tua Nia datang. Bobby di izinkan masuk untuk mendampingi dan memberikan Nia semangat untuk berjuang melahirkan buah hati mereka.
Sedangkan Farah sudah langsung di pindahkan ke ruang perawatan. Fajar yang baru saja sampai langsung memeluk Farah dengan bahagia. Fajar pun langsung ke ruangan bayi, untuk mengenali dan mengadzani putra pertamanya itu.
Bapak dan Emak yang menunggu kelahiran cucu pertama mereka pun tampak gelisah di ruang bersalin. Bapak tampak terus berdoa tak putus-putusnya untuk keselamatan putri semata wayangnya dan cucu pertama yang di idam-idamkan nya.
Emak juga tampak berdoa sambil menangis saat mendengar Nia yang terus memanggil diri nya dari dalam ruangan tersebut.
Bobby terus menyemangati Nia yang mulai diperbolehkan mengejan. Dengan mengikuti aba-aba yang di ucapkan Dokter, Nia mengejan dengan sekuat tenaga nya.
Beberapa detik kemudian terdengarlah tangisan bayi yang terlahir dengan sehat dan sempurna. Bobby tampak menangis saat pertama kali melihat anak perempuan nya yang masih terhubung oleh placenta.
Bobby mengecup lembut kening Nia yang tampak sangat kelelahan. Lalu membelai lembut rambut Nia yang basah karena keringat perjuangan nya.
Nia tersenyum bahagia, saat Bobby berulang kali mengucapkan syukur dan terima kasih kepadanya.
Bobby pun mengikuti suster untuk mengenali buah hati nya. Sementara Nia di bersihkan oleh perawat dan di persiapkan untuk di pindahkan keruang rawat inap.
Bobby menatap mungilnya darah daging nya yang masih menangis. Sejak pandangan pertama, Bobby langsung merasakan cinta yang tak biasa. Ia benar-benar jatuh cinta dengan makhluk kecil itu.
"Ternyata begini rasanya menjadi seorang Ayah." Gumam Bobby sambil terus menatap gadis kecil yang sedang di bungkus bedung oleh perawat.
Bobby pun teringat akan nasihat yang diucapkan oleh Farah, saat beberapa waktu yang lalu ia mampir ke rumah Tante nya itu.
"Bob, hasil USG anak mu perempuan kan?" Tanya Farah.
"Iya Tante." Sahut Bobby.
"Bob, anak perempuan itu cinta pertamanya adalah Ayah nya sendiri. Jadi, Tante harap kamu benar-benar menjadi sosok seorang Ayah yang baik. Ingat Bob, anak perempuan menjadikan Ayahnya itu contoh atau acuan saat ia mencari pendamping nanti." Ucap Farah.
Bobby tertegun dengan nasihat yang di ucapkan oleh Farah.
"Bob, jadilah lelaki yang baik, setia apa pun keadaan Nia. Jadilah Ayah yang baik, walaupun kamu tidak sempurna. Jaga hati, mata dan pikiran ya Bob. Berumah tangga akan sulit bila kita tidak bersyukur dengan apa yang kita punya. Hanya itu pesan Tante."
"Kamu masih muda, Tante khawatir bila kamu bertemu dengan wanita yang lebih baik dari Nia. Kamu akan tergoda. Tante takut sekali bila cinta mu sama Nia hanya cinta monyet. Tolong ingat pesan Tante. Jangan sampai nasib Queen terulang ya Bob." Ujar Farah lagi.
Kata-kata itu terus menggema di telinga Bobby. Ia pun bertekad untuk menjadi suami dan Ayah yang baik, apa pun yang terjadi. Nia dan Bayi mereka adalah tujuan hidup nya saat ini hingga akhir hayat nya.
"Allahu Akbar! Alhamdulillah!" Seru Bobby saat ia pertama kali di izinkan untuk menggendong Kimmy Shakila Azalea.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
baru ketemu lagi belum habis cerita yg pertama penasaran lnjut disini
2022-12-20
1
Susi sukam
author akohhhhhh hadir 😍😍😍😍👍👍👍👍👍 nggak guaaa ma makbunnnn somplakkkk 🤣🤣🤣🤣
2022-10-20
1
Yuli Astuty
hadeuh duo ini ngebodormulu
2022-07-20
1