"Sebenarnya apa yang menarik dari tempat ini, sampai kita harus menghadapi hal-hal semacam itu."
Zen bergumam pelan setelah Classic pearl melaju dengan tenang.
"Kita semakin mendekat, aku perlu masukkan dari kalian semua. Saat ini kita belum mengetahui apa yang akan kita hadapi di tempat itu, aku berpikir akan membagi anggota kita menjadi dua kelompok. Bagaimana, apa aku boleh melanjutkan rencana ini?"
Naoki menarik nafas panjang sebelum kembali membahas rencana selanjutnya.
"Silahkan lanjutkan pangeran, kami akan mendengarkan."
Haruka kembali mempersilahkan Naoki untuk mengutarakan rencananya, sementara yang lainnya hanya diam dan memperhatikan.
"Kita akan terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama akan tetap menjaga kapal dan memperhatikan daerah sekitar, serta mencari keberadaan anak buah pangeran Yosi. kelompok kedua akan turun dan menjelajahi gerbang tengkorak putih. Jika kalian menyetujuinya kita akan melakukan pembagian kelompok, atau ada rencana lainnya?"
Untuk sejenak ada keheningan diantara mereka, semua berpikir rencana pangeran tidak buruk dan bisa di coba.
"Aku ingin mengajukan diri untuk menjadi kelompok yang turun dan menjelajahi gerbang tengkorak itu, sementara Eiji akan disini untuk menjaga kapal serta mencari keberadaan anak buah pangeran Yosi."
Arnius berdiri dari tempatnya.
Eiji menyetujui usulan kakaknya dengan menganggukkan kepala.
"Aku akan disini bersama pangeran."
"Yuki, Wu Ling dan kau Genta tolong ikut bersama Arnius. Zora, Kin dan Eiji serta nona-nona para pengendali air akan tetap disini bersama Zen. Bagaimana?"
Naoki kembali berucap.
"Kami bersedia pangeran."
Ucap mereka serempak.
"Aku akan mengikuti tuan Arnius, setidaknya aku tahu beberapa hal tentang tempat ini. Mungkin akan sedikit membantu."
Sayuri menunduk hormat.
"Baiklah kau masuk dalam kelompok Arnius."
"Terimakasih atas kepercayaannya, semoga saya bisa sedikit membantu."
Sayuri kembali menunduk hormat.
"Untuk keamanan, kapal tidak akan berlabuh. kita akan tetap berlayar perlahan. Setelah lebih dekat kalian bisa menggunakan kemampuan kalian untuk meninggalkan kapal ini. Kalian mengerti?"
Naoki memandang seluruh anggotanya.
"Sebaiknya kita tidak berpisah, kita akan berkelana bersama. Kita semua sama sekali tidak mengetahui apa yang akan kita hadapi ditempat ini. Aku bukannya tidak menyetujui rencana pangeran, namun kita perlu berfikir sejenak. Perjalanan menuju ke tempat ini tidaklah mudah, jadi mungkin kita akan menemui tantangan yang lebih besar pula."
Zen, orang yang berusia paling tua diantara mereka mengutarakan pendapatnya.
"Sebelum aku bertemu dengan kalian, aku selalu berkelana seorang diri. Dan itu bukanlah hal yang mudah ataupun menyenangkan. Sebaiknya kita kembali memikirkan rencana yang akan kita lakukan, tempat ini adalah hal asing bagi kita semua."
Zen kembali memberikan petuahnya.
"Kau benar Zen, lalu bagaimana dengan kapalnya? kita tidak bisa meninggalkan Classic pearl disini."
Naoki memijat pelipisnya.
"Aku bisa mengurus kapal ini, kalau memang kita akan menjelajahi tempat ini bersama-sama."
Keiko berucap pelan.
"Bersama-sama juga lebih baik, kita akan saling membantu. Lalu bagaimana selanjutnya?"
Haruka mulai bertanya.
"Kalian lihat batu karang yang paling besar itu? kita akan berkumpul di sana. Tapi sebelumnya matikan mesin kapal dan padamkan semua bahan bakar. Jangan lupa bawa barang yang kalian perlukan saja."
Keiko kembali berucap.
Semua mengangguk secara bersamaan kemudian bersiap mengambil posisi masing-masing, setelah mesin kapal dimatikan serta perapian bahan bakar pun telah di padamkan.
"Apa kau membutuhkan bantuan nona? jangan sungkan untuk mengatakannya. Aku akan berusaha membantu dan menjaga dirimu."
Arnius sejenak memandang Sayuri.
"Terimakasih tuan muda, saya tidak akan sungkan."
Sayuri tersenyum kecil kemudian melesat turun dari kapal. Kakinya dengan mudah menapak air laut dan mulai melompati beberapa batu karang kecil.
Arnius dan lainnya memperhatikan setiap gerakan Sayuri hingga kemudian mereka melesat menyusul perempuan cantik yang lebih dulu pergi meninggalkan Classic pearl.
Bagi mereka yang tidak mampu melayang di udara sepenuhnya, mereka menggunakan beberapa batu karang kecil sebagai pijakan kaki sebelum kembali melompat hingga tiba di atas batu karang yang cukup besar dan berhenti di atasnya.
"Aku bukan anak kucing kau tahu itu."
Suara Zen terdengar begitu kesal, saat Genta mulai menarik kerah baju nya dan membawanya terbang.
"Ya aku tahu, dan setelah misi ini kuharap kau mampu untuk terbang sendiri."
Genta memegang erat kerah baju Zen.
"Aku akan membahas nya dengan tuan Yaza nanti."
Zen bergumam pelan.
Tubuh Keiko sudah melayang di atas kapal, setelah semua penghuni Classic pearl itu pergi ia mulai mengayunkan tangannya. Dengan sekejap bak mandi besar itu hilang dari pandangan.
"Jaga baik-baik kapal itu, kita masih memerlukannya untuk kembali pulang."
Zen berucap pelan di samping Keiko.
"Tenanglah paman, kau bisa percaya padaku. Aku mampu menjaga kapal itu tetap utuh."
Keiko mengusap cincin kuning yang melingkar di jari manisnya.
"Mari kita lanjutkan perjalanan."
Hampir seluruh anggota Classic pearl memiliki kemampuan dasar bela diri, sehingga mereka mampu berlari dengan kecepatan tinggi atau bahkan terbang. Walaupun mampu bergerak lebih cepat, namun mereka bergerak saling beriringan dan tidak ada yang mendahului tanpa ada perintah.
Diantara mereka kemampuan Zen memang yang paling rendah, Zen sudah berusaha berlari secepat yang ia bisa. Faktor usia serta latihan yang kurang, menyebabkan ia tertinggal jauh. Zen berhenti dan mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan.
"Ayolah Zen, apa tubuhmu Setua itu?"
Genta yang berlari di barisan paling belakang berhenti saat melihat Zen yang berhenti berlari dan nafasnya terlihat begitu memburu.
"Zora keluarkan kursi kayu yang kau buat kemarin."
Genta melihat Zora yang juga ikut menghentikan langkahnya bersama yang lainnya.
Zora mengeluarkan sebuah kursi kecil yang ia buat sebagai tandu darurat bila mana diperlukan dari dalam cincin dimensinya, dan memberikannya kepada Genta.
"Ayo naiklah pak tua, aku akan membawa mu berlari."
Genta sudah mengikatkan kursi kecil itu pada punggungnya kemudian sedikit berjongkok supaya Zen bisa lebih mudah duduk di punggungnya.
"Awas jangan sampai kau terjatuh, pasang tali pengikat itu di tubuhmu."
Genta kembali berucap.
"Terimakasih anak muda."
Zen tersenyum kecil.
"Ini tidak gratis pak tua."
Genta kembali berlari bersama dengan yang lain, dengan membawa serta Zen yang sudah berada dalam gendongannya.
Setelah melewati pasir serta batu karang yang cukup luas, kini mereka mulai melintasi pepohonan. Arnius yang berlari paling depan tiba-tiba menghentikan langkahnya dan mengangkat tangannya, seluruh rombongan yang berlari di belakangnya pun berhenti.
"Ada apa Ar?"
"Pangeran apa kau pernah melihat pohon seperti ini?"
Arnius menunjuk sebuah batu yang berbentuk seperti pohon besar dan berwarna putih.
"Aku juga baru melihatnya."
Naoki dan yang lainnya mulai memperhatikan sekitarnya yang ditumbuhi pohon batu yang juga berdaun putih.
"Jangan di sentuh."
Sayuri tiba-tiba berteriak saat Arnius mencoba menyentuh sebuah daun yang baru saja jatuh di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments