"Apa kau belum puas bermain dengan mahkluk laut itu? dasar ular aneh."
Raiden berteriak keras setelah memastikan Classic pearl berada dalam posisi aman.
Genta yang mendengar teriakkan Raiden seketika berubah menjadi seekor naga emas dan membakar gurita besar itu hingga tak tersisa.
Langit yang masih nampak sedikit gelap karena matahari pagi belum terbit seutuhnya, kini terlihat sangat terang karena semburan api dari naga emas yang mengejar seekor Phoenix merah menghiasi langit laut kematian.
"Apa mereka benar-benar tidak bisa akur?"
Arnius menggeleng pelan dan mengibaskan tangannya, seketika kilatan api besar muncul memisahkan naga emas dan Phoenix merah dengan jarak yang cukup jauh.
Eiji segera memadatkan udara di sekitar mereka berdua, hingga tak ada satupun dari mereka yang mampu bergerak.
Genta dan Kin yang menyadari peringatan dari tuannya, segera menghentikan aksinya dan kembali dalam wujud manusia serta bergegas kembali ke Classic pearl setelah Eiji membebaskan udara di sekitar mereka.
"Masih ingin bertingkah seperti anak kecil?"
Arnius menatap tajam Genta dan juga Kin Raiden yang hanya menunduk dan menggelengkan kepalanya.
"Daratan .. Pulau itu sudah mulai terlihat."
Naoki yang berdiri di anjungan kapal berteriak keras sambil menunjuk ke satu arah.
Seluruh penghuni Classic pearl ikut melihat ke arah yang ditunjuk Naoki. Terlihat sebuah pulau besar dikelilingi batu karang yang terjal.
"Aku tidak melihat satupun pohon yang tumbuh di sana, apa penglihatan ku yang salah?"
Zora mengusap kembali kedua matanya dan menajamkan penglihatannya.
"Kakak tidak salah, itu adalah tengkorak putih. Gerbang untuk memasuki pulau terlarang itu. Setelah lebih dekat kalian akan lebih jelas melihat bentuk gerbang pertama Bunin."
Sayuri mengatakan beberapa hal yang telah diketahuinya.
"Gerbang pertama? memangnya akan ada berapa gerbang?"
Arnius menatap Sayuri meminta penjelasan.
"Aku hanya mengetahui tiga gerbang, namun dari beberapa informasi yang kudapat pulau itu memiliki sekitar lima gerbang."
Sayuri menjawab pelan.
"Tengkorak putih, lendir hitam, pasir merah dan tanah hijau, itu yang aku ketahui. Entah apa selanjutnya."
Haruka juga ikut mengatakan hal yang diketahuinya.
"Gerbang tanpa batas, itu yang ku baca dari buku di perpustakaan istana. Namun di buku yang aku baca juga menyebutkan ada beberapa gerbang kecil yang tersembunyi dan menyimpan berjuta misteri."
Keiko ikut menimpali percakapan tersebut.
"Tuan kecil segera pasang segel udaramu ada sesuatu yang menunggu kita di sana."
Kin Raiden sedikit berteriak setelah merasakan sesuatu hal yang cukup mengganggunya.
Kini sikap setiap orang berubah menjadi waspada setelah mendengar ucapan Kin Raiden. Sebuah pulau batu karang besar yang berbentuk seperti tengkorak kepala manusia terlihat dari kejauhan.
"Kapal ini tidak bisa terbang di atas pulau itu, ada sesuatu yang akan menghisap apapun yang melintas di atas pulau itu."
Sayuri kembali memperingatkan.
"Lalu bagaimana kita mencapai pulau itu?"
Yuki terlihat khawatir.
"Kalian lupa apa yang sedang kalian naiki saat ini?" Zen tersenyum kecil.
"Aku yang mengendalikan kapal ini, ikuti aba-aba dari ku."
Zen kembali berucap.
"Arnius tutup semua tabung udara saat aku bersiul satu kali, Eiji kendalikan udara setelahnya, Zora kau lepaskan sayap kapal di sisi kanan setelah siulan ku yang kedua, Wu Ling kau sayap sebelah kiri dan kalian para hewan besar jangan sampai kapal ini terjun bebas ke dalam air."
"Nona Kei siapkan airmu untuk hal yang tidak terduga bersama gadis ikan, tuan putri serta kau nyonya panglima, berpencar lah."
"Yuki, tahan laju kapal setelah kau mampu merasakan tanah itu. Pangeran, pastikan semua berjalan sesuai urutan. Kuharap kalian semua mengerti?"
Zen mengarahkan telunjuknya ke setiap nama yang sudah ia sebutkan.
Semua mengangguk mengerti dan bersiap pada posisi masing-masing. Zen mulai menghitung jarak serta kecepatan kapal yang sudah mulai ia perlambat untuk mendaratkan bak mandi besar itu di atas lautan, kecepatan angin pun tak luput dari perhitungannya.
Gundukan batu karang putih perlahan mulai tampak membesar setelah jarak mereka mulai berkurang.
"Bersiap."
Zen berteriak keras.
Siulan pertama Zen mulai terdengar, Kapal mulai sedikit terguncang setelah Arnius menutup semua tabung. Kapal mulai turun perlahan setelah Eiji memadatkan udara disekitar kapal.
Siulan kedua dari Zen, muncul sayap di kanan dan kiri Classic pearl untuk membantu menahan tekanan udara.
Ekor panjang Kin Raiden sudah terikat erat dengan tiang layar Classic pearl, untuk memastikan kapal tidak terjun bebas ke dasar lautan.
Sang naga emas yang terbang mengitari kapal pun ikut memastikan tidak ada sesuatu hal yang mampu mengancam keselamatan mereka.
"Nona-nona kapal masih terlalu cepat, buat permukaan air laut itu lebih rendah atau kapal ini akan hancur saat kita mencapai lautan."
Zen kembali berucap, ke empat gadis penguasa elemen air mulai melakukan tugasnya.
"Eiji .. Kapal ini bergantung padamu. Angin kembali berhembus, aku masih ingin melihat matahari terbenam senja nanti."
Zen memegang erat kemudi kapal.
"Kogane lakukan sesuatu sebelum kapal ini terhempas."
Arnius berucap dalam pikirannya, dan seketika tubuh naga emas menahan laju kapal yang terus meluncur ke bawah.
Pekik burung terdengar setelah laju kapal mulai mampu dikendalikan. Classic pearl mulai menyentuh permukaan laut secara perlahan.
"Yuki, berusahalah."
Naoki memberi semangat pada Yuki yang sudah mulai melakukan gerakan aneh serta mengucapkan beberapa mantra yang tidak mereka pahami.
"Aku bajak laut yang mengarungi laut kematian."
Zen tersenyum lebar setelah mampu kembali mengendalikan laju Classic pearl di atas permukaan laut.
"Tutup sayap kapal, siapkan dayung."
Zen kembali berteriak. Wu Ling serta Zora kembali melakukan tugasnya.
Classic pearl mulai melaju perlahan di atas gelombang laut yang tenang. Naga emas dan Phoenix merah masih terbang di atas Classic pearl, memastikan semua baik-baik saja.
"Ada sesuatu yang mulai menekan dari bawah, aku berusaha menahannya."
Tubuh Yuki mulai berkeringat seakan menahan sesuatu yang besar.
"Bertahanlah, aku akan membantu."
Keiko mulai meliuk-liukkan tubuhnya, mengendalikan air laut yang berada sekitarnya.
Zen kembali terlihat cemas saat melihat wajah Yuki yang mulai memucat.
Ryu kogane mulai menyadari ada sesuatu yang salah di bawah sana, naga emas itu meluncur ke dasar laut dan melihat sebuah gelombang air ingin menghisap kapal menuju satu lubang besar diantara batu karang besar.
Ryu kogane mengibaskan ekornya beberapa kali, hingga membuat beberapa batu karang hancur dan jatuh menutupi lubang besar itu.
Keiko mulai mampu mengendalikan air laut dengan mudah, sehingga kapal melaju di jalur yang benar. Yuki kembali membuka mata setelah sekian lama mengendalikan pasir laut untuk menahan laju kapal.
"Kau baik-baik saja Yuki?"
Naoki kembali melihat keadaan sahabat adiknya itu.
"Aku hanya perlu beristirahat sejenak pangeran."
Yuki duduk bersila dan mulai mengatur nafasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments