Setelah lama berkutat dengan masakan yang ingin di buatnya akhirnya Zora menyelesaikan sebelas mangkuk mi kuah panas dilengkapi sayuran dengan meletakkan telur dan udang diatasnya.
"Makan malam sudah siap."
Teriak Zora, setelah selesai menata semua mangkuk mi di atas meja.
"Kelihatannya enak, terimakasih."
"Semoga perutku baik-baik saja setelah memakannya."
"Aku harap kakak akan tetap membuatkan aku masakan lezat lainnya."
"Kuharap kau tidak turut memasukkan rempah-rempah obat kedalam masakan ini."
"Hei ternyata selain meramu obat dan peledak, kau juga mahir membuat makanan. Terimakasih ini sangat enak."
Berbagai ucapan terlontar saat satu persatu penghuni Classic pearl mengambil makanan di hadapan Zora.
"Apa ada yang keracunan atau mati?"
Ucap Zora ketus setelah mereka menyelesaikan acara makan itu.
"Apa masih ada lagi?"
"Zora masakan mu yang terbaik."
"Terimakasih, aku yang akan mencuci piring kotornya dan membersihkan meja."
Kembali berbagai ucapan di dengar Zora namun kali ini ada satu ucapan yang membuatnya mematung.
"Aku akan selalu menunggu masakan mu selanjutnya, bolehkan?"
Ucapan Azumi disertai senyum manis yang menghiasi bibirnya masih melintas memenuhi isi kepala Zora.
Malam yang tenang serta perut yang kenyang membuat seluruh penghuni Classic pearl beristirahat dengan nyaman, setelah lelah dengan kejadian beberapa hari terakhir yang telah mereka lewati bersama hingga pagi menjelang.
Naoki yang sedang berdiri mengedarkan pandangannya ke lautan luas yang berada tepat di bawah Classic pearl bersama yang lainnya di kejutkan oleh suara pekikan seekor burung elang yang terbang mengitari kapal.
Haruka yang baru saja keluar dari ruangannya dengan sedikit berlari kemudian ia melemparkan sebuah gulungan kertas ke udara dan langsung di tangkap oleh cakar elang tersebut dan membawa gulungan kertas itu pergi.
"Semoga gulungan itu tiba lebih cepat sebelum para penjaga itu menyadari kedatangan kita dan melakukan penyambutan yang tidak biasa."
Haruka berucap pelan dan pandangannya tertuju kepada burung elang yang telah membawa pergi gulungannya.
Haruka menyadari tatapan bingung dari beberapa pasang mata yang melihatnya, kemudian ia mulai bercerita tentang letak posisi mereka saat ini.
Beberapa batu karang terjal menjulang tinggi di atas hamparan pulau kecil yang tampak hijau tertutup pepohonan rindang. Setiap pasang mata yang berada di atas Classic pearl terbelalak melihat pemandangan yang berada di bawahnya. Aksi beberapa orang yang bergelayutan dari satu batu ke batu yang lain, mereka terlihat seolah-olah terbang mengelilingi tebing batu karang terjal tersebut.
"Tempat ini adalah pelatihan bagi mereka yang benar-benar ingin menjadi Shinobi yang terlatih secara fisik."
Ucap Haruka pelan tanpa mengalihkan pandangannya.
"Eagle rocks, ku dengar begitu mereka menyebut tempat ini. Mereka yang pernah menapakkan kakinya di pulau kecil di tengah lautan itu, bukanlah orang bisa dianggap remeh."
Naoki berucap tanpa mengalihkan pandangannya dari pulau kecil di bawahnya.
"Perkampungan elang selalu menghasilkan para Shinobi yang handal dari banyak latihan fisik yang mereka lakukan."
Haruka kembali menjelaskan.
"Lalu, apa kita akan mendarat di tempat itu atau tidak?"
Tanya Zen menyela perbincangan mereka.
"Kau lihat bangunan tertinggi di sana? Jika surat ku tadi sudah sampai mungkin mereka mengizinkan kita mendarat di sana."
Haruka menunjuk kearah tebing yang paling tinggi. Zen hanya menganggukkan kepalanya.
"Persiapkan diri kalian, sepertinya gulungan dari guru belum ada yang menerima. Mereka akan memberi sedikit sambutan."
Azumi tersenyum kecil.
"Tidak ada api, tidak ada ledakan ingat itu baik-baik. Jangan menyakiti ataupun membunuh elang yang ada di tempat itu. Atau mereka akan benar-benar mencincang tubuh kalian untuk makanan elang-elang itu. Kita datang untuk meminta bantuan dari mereka, ingat ucapan ku barusan."
Ucap Haruka tegas, ketika mulai menyadari kesiagaan para penjaga yang berdiri di setiap menara pengawas.
"Zora kibarkan bendera kerajaan."
Naoki sedikit berteriak. Dengan cepat Zora melesat kepuncak Classic pearl dan mengibarkan bendera kerajaan yang berukuran besar.
Dan benar saja, setelah Zora mengibarkan bendera di puncak Classic pearl terdengar siulan yang beruntun dari setiap menara pengawas. Tak lama kemudian terlihat seseorang mengibarkan kain merah di sebuah tanah lapang yang terletak pada tebing paling tinggi di tempat itu.
"Kau lihat tanda merah itu Zen, sepertinya di sanalah kita harus mendarat."
Haruka kembali menunjuk ke arah tebing tertinggi.
"Tetap siaga."
Arnius berucap pelan setelah Classic pearl mulai merendah. Tangan Yuki yang sudah memegang jangkar mengedarkan pandangannya untuk memastikan keadaan.
"Aku akan memeriksa ke bawah, tunggu aba-aba dariku sebelum menurunkan jangkar itu."
Ucap Genta yang langsung melompat turun dari Classic pearl.
"Tunjukan tanda pengenalmu."
Ucap seorang lelaki muda yang sudah menunggu di bawah. Genta menangkap sesuatu yang dilemparkan oleh Naoki ke arahnya saat ia melompat turun.
"Maksudmu seperti ini."
Genta menunjukan kepingan perak bergambar simbol kerajaan. Penjaga itu tampak mengangguk, mengerti arti dari kepingan perak yang ditunjukkan Genta.
"Baik, saya akan membawa kalian menemui master."
Lelaki itu kembali berucap.
Genta menjentikkan jarinya, terlihat kepulan asap keluar dari ujung ibu jarinya dan seketika Yora melompat sambil melepaskan jangkar, diikuti oleh seluruh penghuni Classic pearl terkecuali Zen, Eiji dan Keiko yang harus memastikan keamanan armada mereka di sebuah pulau kecil yang masih asing bagi mereka.
"Selamat datang pangeran, maaf tidak ada sambutan yang meriah untuk kehadiran pangeran di pulau kecil ini."
Ucap seorang gadis muda berparas cantik yang sudah berdiri sedikit membungkuk di depan pintu bangunan besar itu.
"Selamat datang pangeran, panglima Haruka maaf aku sepertinya sedikit terlambat menerima surat pemberitahuan darimu."
Ucap seorang laki-laki tua yang baru saja keluar dari dalam bangunan.
"Tidak mengapa Master, maaf mengganggu waktu istirahat Master Zabuza."
Haruka membungkuk lebih dalam diikuti oleh semua anggota Classic pearl.
"Tidak perlu sungkan panglima dan jangan memanggilku seperti itu, panggil saja paman Sandayu seperti dulu. Mari silahkan masuk."
Senyum kecil terlihat di wajah tua yang tertutup kumis serta jenggot panjang yang hampir menutupi leher.
"Yome siapkan hidangan untuk tamu kita."
Sandayu berucap pelan sambil menoleh ke arah gadis cantik yang masih berdiri kaku. Ciyome hanya menunduk dan berlalu dari tempatnya berdiri.
"Apa gerangan yang membawa Pangeran beserta panglima kerajaan ke pulau kecil ini?"
Sandayu memulai percakapan.
"Kaisar mengutus pangeran bersama tuan putri untuk mengamankan negri dari pergerakan pemberontakan yang dilakukan oleh pangeran Yosi, paman."
Ucap Haruka singkat.
"Putri kecil Ruru bersama kalian? ehm maksud ku permaisuri Rumiko."
Sandayu sedikit meralat ucapannya.
"Azumi memberi hormat Kakek."
Azumi berdiri dari tempat duduknya dan membungkuk hormat.
"Oh putri kecil Ruru sudah besar dan cantik seperti ibunya."
Sandayu tersenyum kecil.
"Maaf mungkin kalian heran kenapa aku bisa mengenal ibu kalian. Rumiko kecil adalah putri dari adikku, ibu kalian pernah tinggal di pulau kecil ini beberapa tahun sebelum adi ku membawanya ke kota kekaisaran untuk memperdalam ilmu pengetahuannya. Hingga bertemu dan menikah dengan ayah kalian, mungkin sekarang Rumiko kecil sudah melupakan tempat ini."
Sandayu sedikit menjelaskan.
"Ibu sering bercerita mengenai pulau ini dan juga menceritakan beberapa hal tentang kakek Dayu."
Azumi menjawab singkat. Sandayu tertawa lebar mendengar ucapan Azumi.
"Baiklah apa yang bisa aku bantu untuk kalian?"
Sandayu kembali bertanya.
"Kami masih belum mengetahui tempat pangeran Yosi bersembunyi."
Haruka menjawab pelan.
"Baiklah aku akan menurunkan beberapa Shinobi untuk mencari tahu hal itu, dan aku juga akan menyuruh murid ku untuk bergabung bersama kalian sebagai penghubung bagi Shinobi yang berpencar untuk mencari tempat yang kalian inginkan. Kalian sudah menempuh perjalanan cukup jauh, singgah lah sebentar untuk beristirahat. Mari kita makan apa yang sudah mereka persiapkan."
Sandayu mengantar semua tamunya masuk menuju ruang makan.
"Kami mohon diri untuk di luar bersama yang lainnya pangeran."
Ucap Arnius pelan di samping Naoki. Naoki hanya mengangguk.
"Yome hidangkan juga makanan untuk mereka."
Sandayu kembali menoleh kearah Ciyome yang sudah mengangguk pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments