Sepulang sekolah aku memenuhi janjiku untuk datang menuju ruang klub drama. Gema suara langkahku mengiringiku berjalan. Lorong yang sunyi dan sepi membuat suara angin terdengar cukup jelas. Cahaya kejinggaan menembus jendela menjadikan tempat yang sedang kulewati ini nampak adem.
Sesampainya di ruang klub drama, suasana ramai dan semangat yang membara telihat jelas di wajah-wajahnya. Emery mendatangiku dan memberikan naskah untuk drama nanti. Aku memahami inti cerita dan menghafal bagian dialog yang penting. Sedangkan sisanya mungkin dapat diimprovisasi saja.
Setelah selesai membaca seluruh naskah, aku menjadi penasaran.
“Lalu siapa yang menjadi Sang Putri?” tanyaku kepada Emery.
“Oh iya, aku lupa memperkenalkan tokoh-tokoh sekaligus pemerannya.” Ia pun memeperkenalkannya satu per satu. Dari semua tokoh yang disebutkan, ia belum menyebut tokoh Sang Putri. Sampai akhirnya ia menyebutkannya.
“Dan yang memerankan Sang Putri adalah…”
“Aku.” ucap Emery gugup tersipu malu.
Sontak aku pun kaget dibuatnya. Namun saat itu juga aku menyadarinya bahwa itu masuk akal. Apalagi Emery sebagai ketua klub, tentunya ia akan memerankan peran yang penting. Emery yang meilhatku terkejut menjadi panik dan salah tingkah sendiri.
“M—Mohon kerja samanya.” tutur Emery.
“Iya. Mohon aku juga.” balasku.
Tidak lama kemudian aku dipersilakan untuk mencoba kostum yang akan kupakai saat pementasan lomba drama nanti. Aku yang belum pernah menggunakan kostum menjadi kewalahan dengan banyaknya aksesoris. Akibatnya aku menghabiskan waktu yang cukup lama. Setelah selesai mengganti pakaian, orang-orang dikagumkan dengan penampilanku yang sangat cocok.
“Wah gagah sekali.” Pujian berdatangan kepadaku. “Cocok sekali.” Itulah perkataan yang jelas kudengar dari sekian kalimat yang terlontar dari seisi ruangan. Emery yang menatapku wajahnya tersenyum berseri-seri.
“Emery, sekarang giliranmu.” cakap salah satu anggota.
Emery pun menggantikan pakaiannya dengan kostum yang telah dipersiapkan. Tak lama kemudian ia keluar dari ruang ganti. Waktu bergantinya sangat cepat dibandingkan denganku tadi. Lagi-lagi pujian bersorak-sorai menuju kepadanya. Tak kusangka kostum yang dikenakannya sangat mirip dengan Sang Putri seperti yang tergambar di dongeng-dongeng.
“Cantik sekali.” pujiku kepada Emery.
“Te—Terima kasih.” balasnya gugup dan wajahnya memerah.
Saat itu juga banyak pembicaraan yang terjadi. Kebanyakan mereka mencocok-cocokkan kami sebagai pasangan yang serasi. Aku dan Emery lantas malu dengan situasi seperti ini.
Setelah semua siap kami pun berlatih memainkan drama tersebut dari awal sampai akhir. Ada beberapa adegan yang tidak kuingat dan tidak sesuai naskah. Namun aku segera mengatasinya dengan improvisasi. Aku tidak ada pengalaman berakting sama sekali sebelumnya. Film-film dari bioskop dan televisi menjadi referensiku sekaligus guru dalam kondisi saat ini. Untung saja semua pemeran dapat menyesuaikannya saat itu juga. Aku merasa lega.
Selepas seluruh cerita selesai aku dan beberapa pemeran lainnya mengulang beberapa adegan bersama. Lalu kami kembali mengganti pakaian. Kemudian semuanya merapihkan ruangan dan bersiap untuk pulang. Sebelum itu kami saling mengorol sampai akhirnya langit mulai memerah gelap lalu orang-orang saling berpisah pulang.
“Kerja bagus!” pujinya senang kepadaku.
“Kau juga.” balasku. “Kau sangat jago berakting, ya?” imbuhku tersenyum. Orang-orang mulai meninggalkan ruangan dan akhirnya menyisakan kami berdua. Aku tidak enak meninggalkan seorang perempuan di dalam gedung sendirian. Ia yang masih merapihkan beberapa kostum lantas aku ikut membantunya. Aku yang bingung kemudian bertanya.
“Bukankah seperti ini sudah rapih?” tanyaku.
“Supaya aman aku ingin memindahkan ke dalam loker.” jawabnya sembari mondar-mandir membawa kostum dan meletakkannya.
“Baiklah kalau begitu.” sahutku.
Setelah beberapa saat kemudian akhirnya semua beres dan kami dapat pergi keluar ruangan dan pulang. Sesampainya di gerbang aku dan Emery berpisah lantaran rumah kami terletak berlawanan arah dari sekolah.
“Terima kasih untuk hari ini. Sampai jumpa.” tutur Emery senang.
“Sama-sama.” jawabku.
Sepanjang penglihatanku ia berjalan girang dan bernyanyi-nyanyi ria. Aku yang melihatnya begitu ikut senang. Hari yang melelahkan namun juga menyenangkan.
“Senang bisa membantu mereka.” gumamku bahagia seraya melangkahkan kaki sendirian.
Bersambung~
Sekiranya jika cerita ini seru dan menarik, mohon berkenan untuk setia mendukung dan sebar luaskan ke pembaca lainnya :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments