Kebisingan terdengar dari setiap sudut koridor kelas saat aku melangkahkan kaki menuju kantin. Masih ada cukup waktu untuk mengganjal perut sebelum bel masuk berbunyi. Namun sepertinya aku harus mengurungkan niatku karena kantin penuh sekali. Melihatnya saja sudah membuatku sesak.
“Astaga! Ramai sekali. Pasar ini mah!” ucapku terkejut kesal dalam hati.
Setelah melihat keramaian tersebut aku berputar arah dan kembali menuju kelas. Namun seketika ada yang memanggilku dari belakang.
“Adelard!” teriak seorang perempuan yang berlari ke arahku. Suaranya yang cukup keras membuat perhatian sekitar tertuju kepada kami. “Ada apa?” tanyaku pelan kebingungan.
“Ini bekal buatanku untukmu!” ucapnya menaikkan nada. Tangannya yang mengulur ke arahku dengan bekal dalam genggamannya. Dirinya yang menunduk membuatnya terlihat seperti orang yang memohon kepadaku. Aku sontak terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa.
“E—Eh? K—Kok begini?” tanyaku dalam hati.
Kejadian tersebut membuat orang-orang berguman dan berbisik. Tiap desis terdengar bahwa mereka membicarakan kami. “Wah… Berani sekali.” Kalimat tersebut dan yang serupa banyak terdengar kecil di telingaku. Aku langsung mengambil tindakan daripada suasana semakin canggung.
“Terima kasih.” ucapku padanya sambil tersenyum.
“Semoga kau suka.” balasnya kemudian berjalan cepat meninggalkanku.
Aku yang masih belum mengerti dan kebingungan berjalan menuju kelas. Bekalnya yang ditutupi kain kujinjing sepanjang jalan. Setiap aku melewati orang-orang, mereka seketika terfokus kepada tempat makan yang kubawa.
“Kenapa aku harus bawa bekal perempuan? Memalukan.” ucapku dalam hati.
Sesampainya di kelas sudah ada Hart yang menungguku. Aku diajak makan bersama dengannya. Hart seketika terkejut ketika aku menunjukkan tempat makan perempuan.
“L—Loh? Sejak kapan kau mengganti tempat makan?” tanya Hart kebingungan. “Bentuknya seperti tempat makan perempuan.” tambahnya. “Tempat makanmu tidak tertukar dengan adikmu, kan?” imbuhnya bertanya lagi.
“Eh? Eee… Iya ini dari—” jawabku padanya namun aku ucapanku langsung dipotong. “Jangan-jangan! Heemm…” tutur Hart sambil tersenyum curiga dan alisnya diangkat-angkat.
“Jangan berpikir yang aneh-aneh!” bentakku kepadanya. Namun dia hanya tersenyum menahan tawa. Lagi-lagi aku mencuri perhatian orang-orang. “Siapa ya kira-kira?” sindirnya lagi. Aku benar-benar kesal kepadanya. Untung saja aku masih bisa menahannya. Tingkahnya yang semakin curiga kepadaku membuatku malu dan tidak nyaman. Aku mencoba menjelaskannya dengan nada sedikit kesal.
“Jangan salah paham dulu. Dia yang memberikannya.” ucapku memalingkan muka darinya. “Lagi pula aku tidak mengenalnya dan tempat makan ini…” Sontak aku tersadar bahwa aku membawa tempat makan dari perempuan yang aku sendiri tidak tahu asal usulnya.
“L—Lah? Bagaimana aku mengembalikkan tempat makan ini nanti?” tanyaku bernada keras dengan rasa bingung dan panik.
“Kau orang yang lucu, ya!” teriak teman sekelasku entah darimana.
Kemudian aku membuka tutup tempat makan itu. Aku lagi-lagi dikejutkan dengan tampilan makanannya yang rapih dan bagus. Seketika nafsu makanku bertambah. Hart yang melihatnya juga terperangah dan tidak menyangka akan sebagus ini. Namun Hart kembali licik menyindirku setelah melihat tumpukan lauk yang berbentuk hati di atas nasi.
“Hihihi… Kau seperti anak kecil.” sindir Hart tertawa kecil.
“Sebenarnya kau sendiri pun mau ini, kan?” balasku kesal kepadanya.
“Tentu saja. Aku comot satu, ya.” cakapnya senang. Aku hanya bisa menarik napas melihat tingkahnya yang bersemangat itu.
“Huft… Untung saja kau temanku.”
Setelah perut terisi penuh aku pun merapihkan tempat makan. Saat itu juga aku teringat kembali dengan tempat makan misterius ini lagi.
“Lalu, bagaimana aku mengembalikkannya?” tanyaku heran.
Bersambung~
Sekiranya jika cerita ini seru dan menarik, mohon berkenan untuk setia mendukung dan sebar luaskan ke pembaca lainnya :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments