Sepulang sekolah aku dan Freda tidak dapat pulang awal seperti biasa. Aku dengannya bersama beberapa temanku yang lain harus menyelesaikan piket kelas terlebih dahulu. Hart sudah lebih dulu meninggalkan kelas karena harus mengikuti latihan basket. Begitu pula dengan Cassie. Suasana gedung di lantai dua ini telah menjadi sepi dengan cepat.
Setelah itu aku merapihkan tasku. Freda yang melihatnya menjadi penasaran dan bertanya kepadaku.
“Kau tidak bawa payung? Padahal beberapa hari kedepan diprediksi sering hujan, lho.”
Aku bingung harus menjawab bagaimana. Payungku sedang dipinjam oleh Cassie. Bahkan aku baru sadar bahwa payungku belum sempat ia kembalikan, namun ia telah pulang sedari tadi. Aku terdiam selama beberapa saat yang membuat Freda menjadi kebingungan sekaligus semakin penasaran.
“Apa ada sesuatu?” tanya Freda kepadaku.
“Bukan apa-apa.” jawabku dengan muka sedikit panik.
“Hmm… kau tampak mencurigakan.” ucapnya ragu-ragu kepadaku. “Jangan-jangan…” lanjut imbuhnya memancing-mancingku. Aku yang merasa tidak nyaman dengannya membalasnya tegas.
“Serius. Aku tidak apa-apa.”
“Ya sudahlah, jika kau bilang begitu.” sahutnya.
Kemudian Aku dan Freda berjalan menuruni tangga. Sesaat berbicara sesuatu kepadaku. “Kau duluan saja. Aku ingin ke toilet dulu.” ucapnya kemudian berjalan menuju toilet di ujung lorong. Lalu aku melanjutkan langkah kakiku ke arah pintu keluar gedung sekolah. Namun aku menemukan sebuah buku di lantai.
“Buku siapa ini?” gumamku pelan sambil memeriksanya.
Terlihat coret-coretan yang begitu rapih hampir di setiap halamannya. Tidak lain dan tidak bukan itu adalah buku paket matematika. Buku yang diperlakukan seperti ini terpikirkan olehku kalau orang yang memilikinya adalah orang yang rajin dan pandai. Tetapi aku tidak menemukan tanda-tanda pemilik buku ini, termasuk namanya.
“Lebih baik kusimpan dulu.” Aku memasukkan buku tersebut kedalam tasku. Selepas itu aku melanjutkan langkah kakiku. Akan tetapi langkahku terhenti saat berada di depan pintu gedung sekolah. Nampak Cassie yang sedang menunduk mondar-mandir sambil mencari sesuatu. Lantas aku menghampirinya.
“Sedang mencari sesuatu?” tanyaku bingung dengan pelan. “Iya.” jawabnya yang sedang fokus melihat kolong-kolong lemari kemudian berbalik arah kepadaku. Tiba-tiba saja ia terkejut melihatku.
“A—Adelard?” ucapnya gagap tersipu malu. “Ya?” balasku kebingungan kepadanya sambil memiringkan kepala. “I—Itu… Aku hanya… mencari sebuah buku.” Seketika aku paham bahwa buku yang kutemukan tadi sepertinya milik Cassie. Hal ini masuk akal dengan isi buku tersebut yang mendeskripsikan orang yang rajin.
Tiba-tiba Cassie teringat sesuatu dan mencari-cari suatu barang di tasnya. Aku juga mengambil buku tersebut dari tasku. Kemudian aku mengulurkan tanganku memberi buku itu kepadanya.
“Ini.” ucap kami bersamaan.
Kedua tangan kami yang masih terulur yang satu memegang buku dan yang satunya lagi memegang payung. Seketika aku menjadi malu dan begitu pula dengannya. Kemudian kami mengembalikkan barang kami masing-masing.
“Terima kasih…” ucap Cassie pelan. Wajahnya yang memerah membuatku tertular sepertinya. Kami berdua sama-sama menunduk malu.
“Terima kasih juga.” balasku.
Selang beberapa detik kemudian suasana menjadi hening dan sungkan. Aku yang merasa gugup tidak tahu harus bagaimana. Sementara itu Freda belum kembali dari kamar mandi. Kami hanya bisa saling berhadapan dan tidak ada yang memulai pembicaraan. Aku yang ingin segera pulang namun segan karena aku telah berjanji dengan Freda bahwa kami akan pulang bersama.
“Cepatlah, Freda. Aku tidak tahu harus berkata apa.” batinku penuh harap. Tetapi batang hidungnya tak kunjung muncul hingga beberapa menit kemudian.
“Kalau begini terus, mau tidak mau aku harus mulai bicara kepadanya. Semoga ia tidak membenciku.” gumamku lagi dalam hati.
Bersambung~
Sekiranya jika cerita ini seru dan menarik, mohon berkenan untuk setia mendukung dan sebar luaskan ke pembaca lainnya :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments