Waktu pergantian pelajaran masih cukup lama. Sehingga waktu ini kami manfaatkan untuk menyelesaikan tugas sesegera mungkin. Namun aku masih kebingungan dengan mereka yang tiba-tiba berkeluyuran menghampiriku. Kemudian mereka menjelaskan kemunculannya di sini.
“Abaikan kami saja. Kami tidak berniat mengganggu kalian berdua.” ucap salah satu dari mereka.
“Lah? Terus situ datang ke sini mau ngapain, Mas?” gumamku kesal dalam hati. Lalu aku mengajari Hart dan mengerjakan bersama sedangkan mereka hanya menyimak dan menyalin tugas kami.
Setelah itu Aku dan Hart mencoba untuk mengerjakannya sendiri-sendiri. Namun Hart belum begitu mengerti dengan materi tersebut.
“Aku tidak mengerti bagian ini harus dihitung bagaimana.” ucap Hart kebingungan sambil menunjukkan soalnya kepadaku.
“Oh… Diameternya kau ubah dahulu menjadi jari-jari. Setelah itu masukkan ke rumus ini.” jelasku kepadanya. “Lalu apa bedanya dengan kedua rumus ini.” tanya Hart yang sepertinya sudah pusing dihapadkan dengan matematika.
“Rumus ini kau gunakan jika pusat lingkaran berada di koordinat x dan y sama dengan nol. Sedangkan yang ini sebaliknya.” jelasku sambil mengajarinya dengan pelan-pelan.
“Baiklah. Aku mengerti sekarang!” ucapnya dengan lantang dan semangat yang membara. Kemudian Hart mengerjakan soal tersebut. Aku pun melanjutkan kembali tugasku. Tidak lama berselang aku merasa terganggung lagi dengannya setelah ia mengatakan telah selesai mengerjakan.
“Yes! Sudah selesai. Bagaimana? Benar, kan?” tanya Hart dengan bangga dan percaya diri setelah mengerjakan soal nomor pertama.
“Lah? Ini sumbu koordinatnya kebalik, Bambang.” ucapku sedikit syok kepadanya.
“Loh kok bisa? Padahal tadi aku sudah yakin mengerjakannya.” tuturnya dengan penuh kebingungan dan masih tidak percaya. “Ngomong-ngomong namaku Hart, bukan Bambang.” sindir Hart peland dan sedikit kesal. “Aku tahu itu!” balasku. Lagi-lagi aku kehabisan akal untuk berinteraksi dengannya.
Aku pun menghela napas kemudian menjelaskannya. “Sumbu x itu garis yang horizontal sedangkan sumbu y itu vertikal.” paparku dengan berusaha tenang kepadanya. “Oh iya, ya. Aku lupa, hehe…” ucapnya dengan cengar-cengir kepadaku. Lalu Hart melanjutkan mengerjakan soal itu kembali. Aku juga lanjut mengerjakannya. Tetapi ia lagi-lagi menginterupsiku yang sedang fokus menghitung.
“Nah, bagaimana dengan sekarang?” tanya Hart dengan senang karena telah selesai mengerjakannya walaupun baru satu soal. Berulang-ulang aku syok dengan alur berpikirnya yang selalu menghasilkan jawaban yang sama. Aku dengan penuh kesabaran berusaha untuk tidak geram padanya.
“Kok sepertinya tidak ada yang berubah.” cakapku bernada sebal kepadanya.
“Serius?” tanyanya heran dan tidak percaya. “Lah iya, kok bisa sama lagi?” imbuhnya lagi kebingungan seperti anak kecil sambil membandingkan kedua jawabannya. Aku hanya bisa menepuk jidatku.
“Kupikir aku sudah mengerjakannya dengan benar.” ucapnya dengan wajah sedikit sedih. “Horizontal itu garis dari atas ke bawah dan vertikal sebaliknya, kan?” tanya Hart dengan pasrah.
“Otakmu tidak terbalik, kan?” gumamku pelan kepadanya sambil menghela napas.
“Ayolah… aku tidak seperti alien yang otaknya cair terus.” rengeknya sembari menyindir halus kepadaku. Aku bingung harus kesal dengan tingkahnya, ucapannya, atau pemikirannya yang sama-sama bobrok.
“Semoga hanya ada seorang kau yang seperti ini.” harapku dalam hati. Namun saat itu juga harapanku terpatahkan setelah melihat teman-temanku yang melihat kami dengan penuh kebingungan dan tatapan kosong.
“Sepertinya aku tidak boleh banyak berharap…” batinku sumarah.
Kemudian aku menjelaskan kepada Hart dan memperlihatkan cara menghitungnya. Hart hanya bisa memperhatikan sambil meletakkan dagunya di atas meja. Beberapa temanku malah asyik mengobrol.
“Ah sudah! Aku pusing.” ucap Hart sambil menundukkan kepalanya di atas meja kemudian tidur. “Yah… korslet.” sindirku kepadanya. “Kau kerjakan saja tanpa aku. Aku mau menenangkan diri dulu sebentar.” ungkap Hart dengan suranya yang terseret seperti orang belum sepenuhnya sadar dari tidur.
Akhirnya aku mengerjakan semua soal-soal itu. Hart masih tertidur pulas dan teman-temanku asyik dengan dunianya sendiri. Setelah tugasku selesai aku memberikan bukuku kepada Hart. Hart menerimanya kemudian menyalinnya dengan wajah yang masih mengantuk. Lantas teman-temanku ikut menyalinnya juga. Aku hanya bisa memohon dalam hati.
“Berilah hamba kesabaran menghadapi semua ini…”
Bersambung~
Sekiranya jika cerita ini seru dan menarik, mohon berkenan untuk setia mendukung dan sebar luaskan ke pembaca lainnya :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Icha Ae
visualnya donk thoorr😁😁😁...keren ceritanya...😊😊
2021-03-18
1