Cahaya mentari cerah menerpa wajah kami saat pelajaran olahraga dimulai. Kegiatan materi kali ini tidak terlalu berat, karena masih tahun ajaran baru sehingga pembelanjaran pelajaran ini masih sedikit santai. Kemudian guruku muncul dan kami semua pergi menghampirinya.
“Baiklah setelah semua berkumpul dan berbaris. Silahkan pilih satu teman kalian untuk memimpin pemanasan.” ucap guru olahragaku dengan suara berat dan lantang. Seketika itu juga Hart menyerukan namaku kepadanya. “Adelard, Pak!” teriak Hart dari barisan belakang. Aku menjadi sedikit jengkel kepadanya.
“Kenapa aku terus?” tanyaku dalam hati. Aku yang berada di barisan depan langsung maju dengan pasrah dan memimpin pemasanan.
Namun teman-teman sekelasku yang perempuan nampaknya tidak fokus dengan pemanasan, melaikan mereka semua menatapku dari atas sampai bawah. Aku yang melihatnya membuatku malu dan salah tingkah. Aku melihat sekujur tubuhku dan mencari keanehan tersebut.
“Apakah seragamku terbalik?” tanyaku berbisik pelan kepada temanku yang berada di hadapanku.
Ia membalasnya dengan menggeleng-geleng kepala. Sikap mereka yang terus-terusan menatapku dengan tajam seperti mengawasiku. Lantas aku menjadi tidak fokus memimpin pemanasan. Sontak Hart menyindirku dan bersiul menggoda dari belakang.
“Berisik!” tegasku kepadanya.
Seketika suasana menjadi hening. Para perempuan tersebut terkejut dan terperanga dengan ucapanku barusan. Kemudian semua tunduk mengikuti gerakanku dengan benar. Pemanasan berlanjut dengan lancar sampai selesai. Setelah itu kami bersiap untuk berlari mengitari lapangan. Namun ada pertanyaan yang ingin kutanyakan kepada Hart.
“Kenapa aku selalu ditatap mengerikan oleh perempuan?” Aku kebingungan.
“Di rumahmu tidak ada cermin, ya?” sindir Hart kepadaku. “Maksudmu?” tanyaku kembali sambil memikirkan maksud perkataannya. Hart menghelas napas dan menjelaskannya.
“Lihatlah tubuhmu yang atletis itu. Kau memiliki bentuk tubuh yang sempurna dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kau ini bukan alien, kan? Kami semua iri padamu.” ujarnya sedikit jengkel dan aku diperhatikan oleh semua teman laki-laki dengan ekspresi geregetan.
“Padahal jarang olahraga dan banyak sekali makan.” sindirnya bercanda, tapi aku menjadi sedikit kesal. “Kau pun sama, tahu!” tegurku dengan menaikkan nada. “Lagi pula aku sendiri juga bingung kenapa aku seperti ini…” ucapku pelan sambil menunduk melihat kedua tanganku.
“Patut disyukuri, bukan?” ucapnya sambil tersenyum. Aku pun membalasnya juga demikian.
Tak lama kemudian kami berlari mengitari lapangan. Setelah itu kami diberi sedikit teori tentang atletik lari. Suasana pecah dan senang tidak terpisahkan saat pelajaran ini berlangsung. Matahari mulai berada di ujung tanduk. Kami pun pergi ke ruang ganti untuk berganti pakaian. Namun tiba-tiba Freda menghampiriku dan mengajakku untuk mengobrol.
“Kau agak payah dalam olahraga, ya?” sindir Freda kepadaku dengan senyum canda di bibirnya. “Untung saja aku tidak encok.” lanjutku mencairkan suasana.
“Kau bukan benar-benar alien, kan?” tanya Freda dengan penuh canda. Namun aku memikirkannya dengan serius. Entah mengapa aku menjadi tidak enak karena menjadi bahan pembicaraan dan perhatian orang-orang.
“A—Apa?” tanyaku dengan penuh kebingungan.
“Tidak jadi. Hehe…” balasnya tersenyum senang kepadaku. Tetapi julukan tersebut masih menempel erat di benakku dan aku menjadi bertanya-tanya kepada diriku sendiri.
“Aku bukan alien, kan? Apa hanya aku yang seperti ini?”
Ketika aku berganti pakaian pun para temanku yang laki-laki menatap iri ke arahku. Aku yang setengah terbuka menjadi segan dan cepat-cepat mengenakan seragamku. Namun lagi-lagi aku dijahili oleh Hart yang mengambil seragamku. Kami saling kejar-kejaran di dalam ruang ganti dengan diriku yang hanya memakai celana pendek.
“Hart! Kembalikan!” seruku kepadanya. Namun ulahnya yang kegirangan tidak menanggapiku. Perhatian sontak menjadi tertuju kepada kami berdua.
“Ayo sini… Ckckck.” sahutnya yang terus berlarian. Aku yang telah kelelahan tidak sanggup lagi mengejarnya. Sekujur tubuhku dibasahi keringat yang terus menetes membanjiri lantai.
“Aku menyerah… Tolong kembalikan, kumohon.” ucapku sungguh-sungguh dengan napas yang tidak beraturan. Akhirnya Hart mengembalikkan seragamku. Namun aku tidak dapat langsung memaikainya lantaran tubuhku yang basah semua. Aku hanya bisa menunggu keringatku kering. Sementara itu ruangan ini tinggal berisikan kami berdua.
“Ayo cepat kenakan. Jangan sok pamer lekuk tubuhmu itu.” celetuk Hart sembari menungguku. Aku pun menanggapinya dengan jengkel.
“Salahmu sendiri menajahiliku.” pungkasku kesal kepadanya.
Setelah itu kami kembali ke kelas. Aku yang masih kepanasan hanya bisa engap-engapan sembari mengelap keringat yang terus mengucur di kepalaku. Seketika Hart menegurku pelan.
“Oi, oi… semua mata-mata penuh nafsu mengarah padamu.” desisnya. Namun aku tidak memedulikan ucapannya karena aku sudah lelah dipermainkannya.
“Adelard! Kau mendengarku tidak? Mereka terangsang dengan tingkahmu itu weh.” lanjut bisiknya meninggikan nada. Tetapi aku hanya diam dan melanjutkan langkahku. Kemudian Hart hanya bisa menarik napas dan tidak dapat berkata-kata lagi.
“Huft… Dasar alien erotis.” bengis Hart pelan.
“Apa katamu sajalah.” balasku kesal kecapekan.
Bersambung~
Sekiranya jika cerita ini seru dan menarik, mohon berkenan untuk setia mendukung dan sebar luaskan ke pembaca lainnya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments