"Jangan bicara omong kosong pada calon pengantinku, Lana.." ucap Dean ketika masuk kedalam ruangan. Ia terlihat sudah memakai tuxedo yang Lana siapkan. Dean menoleh pada Jessy dan menatapnya.
"Aku mengatakan kebenarannya, Lee..."seru Lana kesal. "Itu kenyataannya jika kau belum pernah memiliki seseorang kekasih. Kau bahkan tidak bisa romantis sedikitpun."
"Hentikan. Kau membuatku.... " ucap Dean membelakangi Jessy. Ia berbisik. "Malu.."
Jessy memiringkan kepalanya. "Aku mendengarnya.." ucapnya.
Lana tersenyum. Kemudian ia memegang tangan Jessy. "Apakah kau pernah memiliki kekasih?"
Dean menoleh dengan cepat untuk mengetahui jawabannya. Ia menatap Jessy tajam.
Jessy tersipu malu. "Aku malu mengatakannya. Tapi dengan bangga aku mengatakan aku pernah memiliki kekasih. Ia adalah pria paling tampan di kota tempat tinggalku."
Lana terkejut dan tak tahan untuk menggoda Dean. "Lalu apa yang terjadi sehingga hubungan kalian berakhir?" tanya Lana bersemangat.
"Cukup Lana. Aku membayarmu untuk melakukan pekerjaanmu sebagai perancang pakaian kami. Bukan sebagai orang yang mendengar semua omong kosong dari anak ini." seru Dean kesal.
"Anak ini?Apa yang kau katakan? Aku memang seorang gadis berusia dua puluh tahun, tapi aku sudah dewasa. Aku memiliki identitas diri ku sendiri. Jangan karena kau merasa tersaingi karena aku yang terlebih dahulu memiliki kekasih, sehingga kau mengatakan hal itu." Ucap Jessy marah. "Kau memang tidak memiliki kekasih, tapi koneksi dan popularitasmu bisa membuatmu bebas memilh siapapun. Bahkan hingga membawa mereka ke tempat tidur."
"Aku tidak memintanya. Mereka yang menawarkan diri." jawab Dean.
Lana melihat pertengkaran keduanya. "Sepertinya aku salah. Dean, kau keluarlah dahulu. Aku sedang menyiapkan Jessy."
Dean menatap Lana yang sedang menatapnya dengan memelass. "Baiklah.." ucapnya sambil berjalan keluar.
"Aku tidak yakin bagaimana aku bisa hidup dengan manusia seperti itu.."ucap Jessy kesal.
Tiba-tiba Anastasia masuk. "Ada apa dengan Dean?"
"Urusan mereka berdua, Ana. Hanya mereka yang bisa menyelesaikannya." jawab Lana.
Anastasia menggaruk dahinya. Jika Dean dan Jessy terus berkelahi, bagaimana nanti jika mereka sudah menikah?
...***...
Dean dan Jessy berada di mobil yang sama ketika mereka pulang dari butik Lana. Anastasia pergi ketika mereka berganti pakaian.
"Dean.. sebelum kita menikah, bolehkah aku meminta sesuatu?" tanya Jessy mencoba mencairkan suasana antara keduanya.
Dean menoleh. "Apa itu?"
Jessy menggigit bibirnya. "Aku.. Kalau kau mengijinkanku.." ucapnya tertahan.
"Perlukan kita ke hotel untuk melakukannya?" goda Dean.
Jessy menggelenkan kepalanya dengan cepat. "Bukan. Jangan berfikir kotor. Aku ingin pergi ke apartemen miniku. Kau bisa menemaniku sebentar? Aku harus membawa beberapa perlengkapan yang masih tertinggal disana."
Dean tersenyum. "Baiklah. Kau ingin melakukannya di apartemen mini mu itu?"
"Aku malas berbicara denganmu.." ucap Jessy kesal.
Dean tersenyum tanpa melepaskan tatapannya kedepan. Sejak mengenal Jessy, ia memang tak henti menggodanya. Pertengkaran tadi membuatnya tahu satu hal. Jessy baru berusia dua puluh tahun. Ia telah membohonginya ketika itu.
Apartemen Jessy berada jauh dari kota. Itu bukan apartemen yang biasa ia lihat di kota. Tapi, seperti apartemen kumuh. Ia melirik Jessy. "Apakah benar ini apartemen mu?"
"Ya, aku menyewanya cukup murah." jawab Jessy. Ia kemudian melihat ada beberapa orang yang membawa kamera. Ia menatap Dean panik.
"Dean..." ucapnya.
"Aku tahu. Mereka hanya media sampah yang ingin mengambil fotomu untuk dijual."
"Kenapa?" tanya Jessy.
"Karena aku telah meminta semua berita untuk menurunkan wajahmu. Kau tidak perlu takut lagi." jawab Dean tenang.
"Aku tidak mau turun jika mereka masih ada disana." ucap Jessy.
Ketika mobil berhenti didepan basement, Dean turun terlebih dahulu. Ia kemudian berjalan menuju pintu Jessy dan membukanya. Ia menunduk dan berbisik. "Kau bisa menundukkan wajahmu ketika berjalan kedalam."
Jessy mulai turun dari mobil dan berdiri. Dean langsung memeluk bahunya dan menundukkan kepala Jessy di dadanya. Ia bisa merasakan panggilan dari orang-orang yang berada disana. Jessy menutup matanya dan tanpa sadar mereka sudah menaiki tangga. Ia mengangkat wajahnya. "Oh, kita hampir sampai. Masih ada lima tangga lagi." ucapnya.
"Yang benar saja, gedung ini tidak memiliki lift?" tanya Dean sedikit marah.
Jessy tersenyum jahil. "Rusak dan belum diperbaiki oleh pemiliiknya."
Jessy membuka pintu apartemennya. Ketika ia akan masuk, Dean masuk terlebih dahulu. Ia langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidur miliknya.
"Ini tempat tidur yang pernah kau tiduri bukan?"
"Untuk apa kau tidur disana? Bangunlah!"
Dean bangun dan duduk dipinggir tempat tidur. Ia melihat sekeliling. "Apartemen mu kecil sekali. Bagaimana kau bisa melakukannya? Tidur, makan dan mandi diruangan sekecil ini?"
"Apapun yang aku dapatkan, aku bersyukur." jawab Jessy. Ia mulai mengeluarkan tas kecilnya. Ia memasukkan pakaian-pakaian yang harus ia bawa. Ia pun memasukkannya.
Dean terdiam sambil melihat Jessy melakukan kegiatan itu. Ia kembali berbaring. Terdengar suara barang dikeluarkan, disimpan bahkan dibanting. Hal itu membuat Dean menutup matanya. Ia merasa tenang.
"Apalagi yang harus aku bawa?" tanya Jessy bingung. Kemudian ia berjalan ke meja kecil yang ada disudut ruangan. Ia mengeluarkan kotak berwarna silver dari dalam laci. Benda yang selalu ia bawa ketika masih kecil. Setelah semua selesai, ia menyimpannya didepan pintu. Ia menghampiri Dean. Ia terdiam melihat Dean tertidur.
"Dean..." panggil Jessy. Tidak ada pergerakan sedikitpun dari Dean. Ia menatap wajah tampan itu cukup lama. Pesona Dean luar biasa. Wajar saja banyak wanita yang tergila-gila pada ketampanannya.
"Cukup menatapku seperti itu." jawab Dean tanpa membuka matanya. Jessy langsung gugup. Ia mundur, tapi lengan nya bisa ditarik oleh Dean dengan mudahnya.
Jessy menjerit hingga tubuhnya berada diatas Dean. Kedua tangan Dean dilingkarkan pada tubuh Jessy. "Malam ini kita tidur disini. Aku malas pulang." bisiknya.
Jessy berusaha menahan kepalanya agar tidak dekat dengan Dean. "Lepaskan aku. Hal ini tidak ada diperjanjian kita."
Dean tersenyum. Ia membalikkan tubuh Jessy ke sampingnya. Ia memeluk Jessy dari belakang. Kemudian Dean menyimpan wajahnya dibahu Jessy. "Kau memiliki harum yang khas. Aku menyukainya. Ini bukan rayuan. Aku tidak bisa merayu. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."
"Kau harus membayar ku lebih karena kau bermain fisik denganku." ucap Jessy.
"Aku akan membayar lebih." jawab Dean dengan mata tertutup. Ia semakin mempererat pelukannya pada Jessy. Ia merasa nyaman. Selama ini ia dekat dengan wanita manapun tanpa merasa nyaman. Tapi dengan Jessy, ia merasa nyaman walaupun tidak melakukan apa-apa. Berulang kali ia memikirkan hal itu. Jessy bisa merubah sikapnya perlahan. Sikap Jessy pada kedua orangtuanya pun membuatnya menggelengkan kepalanya. Ia bisa langsung sedekat itu padahal baru saja mengenalnya. "Jessy..." panggilnya. Namun kini ia tidak merasakan pergerakan wanita dalam pelukannya. Ia membuk matanya dan melihat wajah Jessy. Ia sudah tertidur padahal mereka berbincang baru saja beberapa menit yang lalu. Dean tersenyum dan mengangkat sebagian tubuhnya. Ia mendaratkan sebuah kecupan ringan di dahi Jessy. "Selamat tidur, Jessy.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
~Viie
mulai ada perasaan ☺️☺️
2021-09-28
0
Maya AL Fadl
😍😍😍😍
2021-08-01
0
⛤Mursini Zahwa🆘
sweet😍
2021-06-21
0