Jessy Julian adalah seorang gadis cantik yang berasal dari negara bagian Amerika serikat, Nevada. Ia datang ke New York untuk mencari keberuntungan. Namun nyatanya ia malah bekerja disebuah tempat laundry. Dandanannya biasa, ia menggunakan kacamata besar dan dengan rambut blonde panjang yang ia gulung keatas dan sedikit acak-acakan. Kecantikannya tertutup oleh penampilannya. Ia tidak memiliki siapapun di dunia ini. Orangtuanya sudah meninggal ketika ia masih bayi. Tidak ada yang mengurusnya selain panti asuhan. Itu menurut ibu panti yang memberitahunya.
Hari sudah malam tapi kesibukan kota New York benar-benar membuatnya tak berdaya. Ia harus menaiki bis untuk mencapai apartemen mininya dipinggiran kota New York. Dan itu membutuhkan waktu 30 menit perjalanan menggunakan bis. Jika menggunakan mobil pribadi bisa lebih cepat sampai.
Jalanan masih ramai dihampir semua jalan. Tampak Billboard di kota itu menayangkan iklan dari aktris yang baru saja bermain dalam film Death. Film horror yang sedang naik daun saat ini. Dimana pun ia berada, orang-orang pasti membicarakannya. Ia teringat bagaimana orang-orang membicarakannya selama di tempat laundry. Mereka mengelu- elukan aktor dan aktrisnya. Jessy pernah melihatnya di koran yang dijual pedagang. Mereka memang tampan dan cantik. Wajar saja jika mereka jadi bahan pembicaraan. Sedangkan ia, ia tidak terlalu menyukai film horror. Siapapun pemeran film itu, baginya sama saja.
Selama perjalanan, ia menyandarkan kepalanya kesamping kaca karena ia benar-benar lelah. Terkadang ia berfikir, kehidupannya sangat tidak menyenangkan. Hidup tanpa orangtua dan harus bekerja keras untuk mendapatkan uang seperti sekarang. Tapi ia tidak ingin melalui dengan sulit.
Ketika bis menurunkannya di halte dekat apartemen, ia melihat pasangan tua yang ia tahu adalah tetangganya. Dengan berlari ia menghampiri pasangan itu hanya untuk menyapanya.
"Kakek, nenek, apa yang kalian lakukan diluar pada malam hari? "
"Kami baru saja pergi makan. Kami merayakan ulangtahun pernikahan kami yang ke 50."jawab salah seorang dari mereka.
"Aku sangat bahagia mendengarnya. Aku ingin seperti kalian." Ucap Jessy sambil memeluk mereka berdua. Yang ia tahu mereka berdua memiliki seorang anak. Anak mereka berada di Michigan beserta suami dan anak-anaknya. Mereka biasa mengunjungi orangtua mereka sebulan sekali. Para orangtua itu mengajak Jessy untuk mampir ke apartemen mereka. Sayangnya, Jessy harus menolaknya karena ia benar-benar kelelahan. Dan sebenarnya ada yang paling dibutuhkan olehnya saat ini. MANDI.
Beberapa saat kemudian, Jessy sudah berada didalam kamarnya. Tubuhnya ambruk sesaat setelah ia melihat ranjang di kamarnya. Tubuhnya sangat lelah. Tapi ia masih bisa berfikir.
Aku ingin seperti mereka. Hidup selama itu menjadi pasangan yang saling mencintai. Bagaimana dengan orangtuaku? Apakah ketika hidup kalian saling mencintai?
Jessy mendesah. Rasanya ia belum pernah jatuh cinta pada siapapun. Menginjak usianya yang ke 20 tahun, sangat aneh baginya karena ia belum pernah memiliki pacar. Ia terlalu sibuk bekerja. Sampai-sampai ia tidak sempat mencari pasangan. Jessy memandang apartemennya. Semuanya dilakukan dalam satu ruangan. Hanya kamar mandi yang memiliki tembok sendiri. Tidak ada sofa, yang ada hanya kursi kuno. Itupun pemberian dari pemilik apartemennya. Dapur berada disamping sebelah kanan. Hanya ada lemari es mini, kompor kecil dan perabotan seadanya.
Ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Yang paling ia sukai hanya ranjang dan kamar mandi. Sehingga ia hanya menyayangi keduanya karena ia rela mengeluarkan uang lebih bagi keduanya. Konyol memang, tapi sejak ia tinggal di panti asuhan tidak pernah sekalipun ia memiliki kamar mandi. Anak-anak panti biasa mandi di sungai yang mengalir dibelakang rumah.
Jessy memutar kran air hangat dan mengeluarkan cairan sabun dan essence untuk merelax kan tubuhnya. Jessy menatap cermin dihadapannya. Ia perlahan menatap dirinya. Kacamata tebalnya dibuka dan disimpan di rak kaca depan cermin. Rambutnya yang digulung keatas ia uraikan. Rambut berwarna kuning keemasan langsung terurai.
Setelah melepas pakaiannya, ia masuk kedalam bath tub dan menyandarkan tubuhnya disana. Perasaan relax langsung terasa. Bath tub itu bukan baru. Ia mendapatkannya dari tetangga yang membutuhkan uang. Begitu pula dengan pemanas air. Jika membeli yang asli, uangnya dari pekerjaan sebagai laundry tidak akan cukup.
Ia hanya berharap suatu saat nanti ia akan bisa keluar dari ketidaknyamanan itu. Iapun mulai bernyanyi..
I walked through the door with you
The air was cold
But something about it felt like home somehow
And I left my scarf there at your sister's house
And you've still got it in your drawer even now
Oh, your sweet disposition
And my wide-eyed gaze
We're singing in the car, getting lost upstate
Autumn leaves falling down like pieces into place
And I can picture it after all these days
And I know it's long gone and that magic's not here no more
And I might be okay but I'm not fine at all
'Cause there we are again on that little town street
You almost ran the red 'cause you were lookin' over at me
Wind in my hair, I was there
I remember it all too well
^^^Taylor Swift^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Najwa Fajarina
menarik ah, cus....
2021-11-09
0
Sheryl<N>■■~
Menarik nih
2021-08-12
0
Maya AL Fadl
nyemak
2021-08-01
3